40
ketiadaan rumah, tidak ada akses untuk berobat, tidak dapat bersekolah, tidak tahu baca-tulis, tidak punya pekerjaan , kuatir tentang masa depan dan hidupnya hanya
untuk hari ini. Muchtar 2006, dalam laporannya menyatakan bahwa masyarakat miskin yang
tinggal disekitar kawasan hutan relatif tidak mendapat perhatian dari pemerintah, dibanding masyarakat miskin yang berdomisili di kota dan desa, serta masyarakat
miskin nelayan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian Agusril 1994, dengan judul “Studi Evaluasi Aspek Sosial Ekonomi dan Psikologis Masyarakat Transmigran Peserta Program-HTI Trans” studi kasus di
PT. Kiani Hutani Lestari Kalimantan Timur. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan statistik non parametrik “Korelasi Peringkat Spearmen”, Uji Chi-
square” dan “Uji t-student”. Salah satu hasil dari penelitian ini adalah perbedaan pendapatan transmigrasi peserta program HTI-trans setelah mengikuti adalah sangat
nyata. Sementara Masjud 1995, dalam penelitiannya yang berjudul “ Keadaan
Tingkat Erosi dan Aliran Permukaan serta Tingkat Pendapatan HTI-Trans di HTI Musi Hutan Persada Propinsi Sumatera Selatan, menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata antara pendapatan transmigran yang bekerja di HTI dengan pendapatan transmigran yang tidak bekerja di HTI.
Universitas Sumatera Utara
41
Penelitian Marco Taruli Panggabean 2006, dengan judul “Analisis Pengaruh Proyek Plasma Hutan Tanaman Industri PT TPL terhadap Pendapatan Petani Peserta
di Humbang Hasundutan. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan Multiple Regresi Linier, menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan pendapatan
masyarakat peserta plasma berkisar antara Rp. 2.718.750,- hingga Rp.9.062.500 setiap tahunnya.
2.7. Kerangka Berpikir
Kebutuhan bahan baku kayu semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri pulp, menyebabkan hutan alam semakin habis. Untuk
memenuhi bahan baku kayu tersebut, maka dilaksanakan program Hutan Tanaman Industri pada kawasan hutan produksi. Namun realisasi penanaman masih jauh dari
luasan yang telah ditargetkan. Setiap perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan hutan dan hasil hutan diwajibkan untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan.
Dipihak lain, banyak masyarakat memiliki lahan kosong yang belum dikelola karena tidak memiliki modal. Oleh sebab itu, PT Toba Pulp Lestari Tbk
melaksanakan program pembuatan Hutan Tanaman Industri Pola PIR, dimana PT Toba Pulp Lestari Tbk sebagai bapak angkat dan petani pemilik lahan sebagai petani
plasma. Luas HTI Pola PIR dipengaruhi oleh luas lahan milik petani plasma, persepsi petani plasma terhadap dukungan pemerintah, keuntungan yang diperoleh petani
plasma dan upah yang diterima petani plasma.
Universitas Sumatera Utara
42
Program pengembangan HTI Pola PIR yang dilaksanakan oleh PT TPL Tbk akan berdampak terhadap pengembangan wilayah yang dalam hal ini mampu
meningkatkan pendapatan petani plasma melalui penjualan produksi HTI Pola PIR dan upahjasa yang didapat dari pelaksanaan lapangan persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan, menciptakan lapangan kerja dan pembangunan insfrastruktur berupa pembukaan jalan menuju lokasi HTI Pola PIR. Kerangka
berpikir tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.1 di balik.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Hutan Tanaman Industri Pola PIR
PT. TPL, Tbk
- Luas Lahan milik petani plasma
- Persepsi petani plasma terhadap
dukungan Pemerintah -
Keuntungan yang diperoleh petani plasma
- Upah yang diterima petani plasma
Pendapatan Penyerapan
Tenaga Kerja Insfratruktur
Pengembangan Wilayah
Petani Plasma
Universitas Sumatera Utara
43
2.8. Hipotesis