Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Plasma dalam Program HTI Pola PIR Dukungan Pemerintah

31 Pemeliharaan tanaman HTI yang monokultur adalah mirip dengan pemeliharaan pohontanaman perkebunan. Setelah ditanam, tegakan mungkin memerlukan tindakan penjarangan thinning agar pertumbuhan volume dapat maksimum. Permasalahan yang biasanya muncul pada hutan tanaman adalah ancaman hama dan penyakit, kebakaran. Untuk mengatasi ancaman hama dan penyakit perlu dikembangkan pengendalian manajemen terpadu dengan mengintegrasikan semua kegiatan yang dapat menekan munculnya hamapenyakit seperti pemilihan jenis kayu yang cocok dengan tempat tumbuh, penggunaan bibit unggul yang tahan hamapenyakit dan pemeliharaan tegakan.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Plasma dalam Program HTI Pola PIR

a. Lahan Milik Plasma Modal alami sumber daya alam yang dimiliki plasma dan menjadi alasan utama keikutsertaan plasma dalam program HTI Pola PIR adalah lahan kosong yang luas. Lahan kosong yang dimiliki petani plasma ini sepenuhnya merupakan lahan kering yang pada awalnya hanya ditumbuhi semak atau alang-alang. Status kepemilikan lahan plasma dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri dengan Pola PIR adalah tetap milik peroranganadatmarga yang bersangkutan dan tidak ada pemindahanpengalihan hak milik lahan kepada perusahaan inti Darwo, dkk 2004. Menurut Soekartawi 1990, ukuran lahan pertanian sering dinyatakan dengan hektar. Tetapi bagi petani-petani di pedesaan seringkali masih menggunakan ukuran Universitas Sumatera Utara 32 tradisional, misalnya, bata, jengkal, patok, bahu, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi peneliti atau orang yang melakukan penelitian harus mengerti akan ukuran- ukuran tradisonal tersebut, supaya dapat mengkonversi ke satuan hektar . Luasnya lahan yang dimiliki oleh petani plasma menyebabkan banyak lahan- lahan kosong yang tidak dapat dimanfaatkan karena pemilik lahan pada umumnya tidak mempunyai modal yang cukup untuk mengelolanya. Kondisi lahan yang kosong menyebabkan status lahan menjadi tidak jelas dan sangat riskan terhadap klaim kepemilikan dari orang lain.

b. Dukungan Pemerintah

Pemerintah mulai menyadari bahwa pengelolaan hutan tanpa melibatkan masyarakat sekitar hutan tidak akan mencapai kondisi yang kondusif bagi keberhasilan pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Untuk itulah pemerintah membuat kebijakan mengenai Pembinaan Desa Masyarakat Desa Hutan PMDH. Pelaksana PMDH tidak saja perusahaan pemegang HPH, tetapi juga perusahaan pemegang HPHTI. Sejak tahun 1995 tugas ini sudah menjadi kewajiban dalam arti luas harus dilaksanakan oleh pemegang HPHHPHTI dan menjadi syarat untuk kelangsungan usaha HPHHPHTI. Menurut Sarjono,dkk 2000 sasaran PMDH adalah: 1. Peningkatan pendapatan, tumbuhnya ekonomi masyarakat pedesaan yang berwawasan lingkungan. 2. Penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, serta Universitas Sumatera Utara 33 3. Meningkatkan kesadaran dan perilaku positif dalam pemanfaatan sumber daya alam. Salah satu wujud PMDH adalah kerjasama dalam bentuk PIR dengan masyarakat sekitar areal konsensi. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan HTI Pola PIR dalam hal ini adalah masyarakat desa hutan, yaitu kelompok masyarakat setempat, terutama masyarakat tradisional, baik yang berada di dalam hutan maupun di sekitar hutan. Aktor penting dalam menentukan keberhasilan HTI Pola PIR adalah pemerintah termasuk instansi terkait didalamnya. Pemerintah daerah adalah sebagai ”penguasa” daerah yang memiliki otonomi terbesar dalam pembangunan desa dan pembinaan masyarakat. Pemerintah akan menjadi fasilitator dalam program HTI Pola PIR kepada masyarakat serta berperan dalam menetapkan ketentuan-ketentuan yang akan dijalankan oleh perusahaan dan plasma. Realisasi penanaman HTI Pola PIR sangat dipengaruhi oleh partisipasi dari masyarakat. Menurut Soetrisno 1995 partisipasi masyarakat dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri sangat tergantung dari sistem dan model yang dikembangkan antara masyarakat dengan pengusaha industri yang secara umum selalu difasilitasi oleh pemerintah. Keberadaan kegiatan HTI Pola PIR sebagai salah satu kegiatan pembangunan tidak akan diketahui oleh masyarakat tanpa adanya penyuluhansosialisasi mengenai kegiatan tersebut. Menurut Slamet 2001, tercapainya suatu tujuan pembangunan nasional harus didukung oleh kesiapan mental dan intelektual serta kiprah seluruh Universitas Sumatera Utara 34 anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif secara berkualitas. Kualitas partisipasi masyarakat, diantaranya diwujudkan melalui kegiatan penyuluhan pembangunan. Penyuluhansosialisasi dilaksanakan perusahaan bersama-sama dengan pemerintah daerah.

c. Keuntungan Program