Identifikasi Masalah Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa

sendiri, motivasi yang tidak membutuhkan pujian dari luar atau pun hadiah apapun dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri, atau bisa disebut juga kebalikan dari motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik ini justru membutuhkan pujian atau hadiah dari luar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Komponen-komponen Motivasi

Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam inner component dan komponen luar outer component. Komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai. 7

4. Fungsi Motivasi

Menurut Oemar Hamalik fungsi motivasi yaitu: 1 mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan 2 sebagai pengarah 3 sebagai penggerak. 8 Menurut teori diatas menjelaskan bahwa ada tiga fungsi motivasi yaitu 1 mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa adanya motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan sebagai belajar pada diri seorang siswa, 2 berfungsi sebagai pengarah, misalnya mengarahkan perbuatan kepada tujuan yang diinginkan oleh seorang siswa yaitu ingin mendapatkan nilai yang bagus saat ujian, dan 3 berfungsi sebagai penggerak, maksudnya menggerakkan tingah laku seseorang, semakin kuat motivasi yang ada pada diri seseorang, maka semakin cepat suatu pekerjaan itu dilakukan. 7 Ibid., h. 159. 8 Ibid., h. 161

5. Teknik-teknik Motivasi

Berikut ini dijelaskan beberapa teknikpendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar. 1 berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan lebih lanjut 2 ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan 3 aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi 4 pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan 5 kembangkan pengertian para siswa secara wajar 6 berikan komentar terhadap pekerjaan siswa. 9 Dalam teori diatas yang berkaitan dengan yang penulis tulis ada pada nomor empat, yaitu “pakailah metode penyampaian yang bervariasi sesuai dengan materi yang disaji kan”. Dalam hal ini penulis menggunkan metode role palying bermain peran untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia. 6. Belajar a. Teori Belajar Secara global ada tiga teori yakni, teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt dan ilmu jiwa asosiasi 1 Teori belajar menurut ilmu jiwa daya Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat dipergunakan berbagai cara atau bahan. 2 Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagianunsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermuara pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan menyeluruh. Tokoh penting yang merumuskan penerapan dari kegiatan pengamatan adalah Koffka. 3 Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi 9 Masnur M., Nur Hasanah dan Basennang Saliwangi. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesi. Bandung: Jemmars, 1987 h. 59-61 Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yakni: teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlov. 10

b. Pengertian Belajar

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 11 1 Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience ”. 2 Harold spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction ”. 3 Geoch, mengatakan: “Learning is a changr in performance as a result of practice ”. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar juga adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya kognitif, keterampilannya psikomotor, maupun sikapnya afektif. Selanjutnya ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu- individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai 10 Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 30-33 11 Ibid., h. 20 rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kogitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. 12 Menurut Suyono dan Hariyanto dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran menjelaskan belajar itu adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. 13 Menurut pendapat penulis maksud teori diatas adalah suatu tindakan atau perbuatan untuk memperoleh suatu pengetahuan, dalam hal ini bukan hanya pada pengetahuan tentang mata pelajaran di sekolah saja, tapi juga pengetahuan dalam hal lainnya, seperti ingin memperoleh pengetahuan tentang alam.

c. Tujuan Belajar

Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu: 1 Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemikiran pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. 2 Penanaman konsep dan keterampilan 12 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005 cet ke-5, h.154 13 Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011 cet ke- 1. h. 9 Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan yang dapat dlihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerakpenampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata- mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat. 3 Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak kan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu guru tidak sekedar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Jadi intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mentalnilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi: a Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta kognitif. b Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap afektif c Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan psikomotorik Ketiga hasil belajar diatas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan. 14 14 Ibid., h. 26

d. Jenis – jenis Belajar

Muhibbin syah menjelaskan ada 8 jenis-jenis belajar yaitu: 1 Belajar Abstrak, 2 Belajar Keterampilan, 3 Belajar Sosial, 4 Belajar Pemecahan Masalah, 5 Belajar Rasional, 6 Belajar Kebiasaan, 7 Belajar Apresiasi, 8 Belajar Pengetahuan. 15 Dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan yang berkaitan dengan pengetahuan yaitu belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Yang bertujuan agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi mengamati tokoh atau menyimpulkan isi dalam sebuah cerita atau percakapan dengan mengguakan metode role playing bermain peran.

7. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar Siswa

Menurut kamus bahasa Indonesia yang disusun oleh Qonita Alya, “motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu”. 16 Menurut M. Dalyono motivasi adalah “daya penggerak pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. 17 Motivasi yang berasal dari dalam diri intrinsik yaitu dorongan yang dating dari hati sanubari. Umumnya karena kesadaranbakan pentingnya sesuatu. Jadi, dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk melakukan kegiatan proses belajar. Pendorong seseorang dalam proses belajar itu bermacam- 15 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 cet ke- 15. h. 120-122 16 Alya Qonita, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar Jakarta: PT Indah Jaya Adipratama, 2009 h. 472 17 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, 2001 cet ke-6. h. 57 macam, bisa berbentuk tujuan, karena hukuman, hadiah, dan lain-lain. Siswa akan semangat dalam kegiatan belajar apabila memiliki dorongan motivasi yang jelas. Begitu juga sebaliknya, siswa akan kurang bergairah jika tidak mempunyai motivasi. b. Pentingnya motivasi dalam Belajar Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut: 1 Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. 2 Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. 3 Mengarahkan kegiatan belajar 4 Membesarkan semangat belajar. 5 Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja di sela-selanya adalah istirahat atau bermain yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Bagi guru pentingnya motivasi adalah sebagai berikut: 1 Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. 2 Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam. 3 Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan lain sebagainya. 4 Memberi peluang guru “untuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semu siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalismenya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi beresemangat belajar. “Mengubah” cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar. 18

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. “Motivation Is An Essential of Learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan dan dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan. 19 Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi: 1 motivasi sebagai pendorong perbuatan 2 motivasi sebagai penggerak perbuatan 3 motivasi sebagai pengarah perbuatan. 20 Dari ketiga fungsi diatas penulis menyimpulkan, ada tiga fungsi motivasi yaitu 1 Motivasi sebagai pendorong perbuatan, 2 Motivasi sebagai penggerak perbuatan, 3 Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Maksud dari motivasi sebagai pendorong perbuatan yaitu ketika seorang anak tidak memiliki minat untuk mempelajari suatu pelajaran, tapi ada sesuatu yang membuat seorang anak ingin mengetahuinya dari pelajaran tersebut, maka muncullah dorongan ingin belajar pada diri seorang anak. Kemudian motivasi sebagai penggerak perbuatan yaitu setelah motivasi itu tertanam pada diri seorang anak, kemudian ia akan menentukan arah perbuatan nya atau aktivitas belajarnya sesuai dengan tujuannya. Dan yang terakhir motivasi sebagai pengarah perbuatan yaitu setelah anak tahu arah yang akan dicapainya, 18 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 85 19 Ibid., h. 84 20 Ibid., h. 157 seorang anak tersebut akan menyeleksi perbuatannya, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuannya. d. Indikator Motivasi Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4 Adanya penghargaan dalam belajar 5 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6 Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memunginkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 21 Keenam Indikator motivasi diatas yang akan digunakan oleh penulis untuk dijadikan instrument angket pada penelitian ini. B. Metode Role Playing

1. Pengertian Metode

Metode pembelajaran memegang peran penting dalam rangkaian system pembelajaran. Maka dari itu diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam memilih metode pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat menjadikan pembelajaran kurang efektif. Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut disebabkan perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi dalam pembelajaran. Pengertian metode menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya menyatakan bahwa “metode mengajar adalah suatu pengetahuan 21 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Penidikan, Jakarta: PT Buki Aksara, 2008, Ed. 1, Cet. 3, h. 23 tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian ini adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompokklasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin banyak metode mengajar, maka makin efektif pula pencapaian.” 22 Menurut M. Subana dan Sunarti dalam dunia pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan approach bersifat filosofisaksioma. 23 Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan informasi guru kepada siswapeserta didik. Metode pembelajaran di kelas akan efektif apabila dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri. Seorang guru yang ptofesional dalam meningkatkan motivasi siswa di sekolah hendaknya menguasai, mengetahui, dan memahami semua jenis metode pembelajaran. Dengan memiliki berbagai macam metode, seorang guru akan lebih mudah memilih salah satu metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Guru harus memotivasi siswa untuk terbuka, responsive, kreatif, dan evaluatif. Dalam konteks tersebut metode pembelajaran role playing bermain peran dapat dijadikan salah satu alternatif selain metode-metode yang telah ada. 22 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Bnadung: CV Pustaka Setia, 2005 cet ke-2, h. 52 23 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011 cet ke- 3, h. 20

2. Pengertian Metode Role Playing bermain peran

Masitoh dan Laksmi Dewi menyatakan bahwa role playing bermain peran merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi sekelompok siswa dalam melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan guru. Simulasi ini menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang, peristiwa tersebut bermakna bagi kehidupan sekarang. 24 Menurut Hamzah B. Uno bermain peran sebagai suatu metode pembelajaran yang berujuan untuk membantu siswa dalam menemukan makna diri jati diri di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan dirinya juga prilaku orang lain. 25 Menurut Oemar Hamalik bermain peran atau teknik sosiodrama adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antarinsani. 26 Menurut Abdul Majid role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. 27 Dari beberapa teori diatas penulis menyimpulkan metdoe role playing bermain peran adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk simulasi yang dilakukan oleh sekelompok siswa yang telah diarahkan oleh guru. Metode ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami sebuah peristiwa atau kejadian- 24 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama, 2009 Cet Pertama, h. 119 25 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 20011 Cet. 7. h. 26 26 Ibid., h. 199 27 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet ke- 1, h. 206 kejadian yang telah terjadi, sedang terjadi atau mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa penggunaan metode ini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Basyiruddin Usman menyatakan metode bermain peran cocok digunakan bilamana: a Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut banyak orang berdasarkan pertimbangan didaktis. b Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis. c Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahnya. 28 Keberhasilan pembelajaran metode role playing bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran enacement yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Disamping itu, tergantung pada persepsi siswa terhadap peran yang dimainkannya terhadap situasi yang nyata real life situation.

a. Kelebihan dan kekurangan metode Role Playing bermain

peran Menurut Basyiruddin Usman kelebihan dan kekurangan metode bermain peran adalah: 1 Kelebihan metode role playing bermain peran antara lain:  Siswa terlatih untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian mereka  Kelas akan menjadi hidup karena menarik perhatian para siswa 28 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembeljaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002 cet ke- 1, h. 51  Siswa dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri  Siswa dilatih dalam menyusun buah pikiran secara teratur 2 Kekurangan metode role playing bermain peran  Banyak menyita waktu atau jam pelajaran  Memerlukan persiapan yang teliti dan matang  Kadang-kadang siswa keberatan untuk melakukan peranan yang diberikan dengan alas an psikologis, sperti rasa malu, peran yang dberikan kurang cocok dengan minatnya, dan sebagainya.  Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil suatu kesimpulan 29

b. Tujuan bermain peran

Tujuan bermain peran sesuai dengan jenis belajar menurut Oemar Hamalik adalah: a belajar dengan berbuat b belajar melalui peniruan imitasi c belajar melalui balikan d belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. 30

c. Langkah-langkah pelaksanaan metode role playing bermain

peran Menurut Hamzah B. Uno ada 9 langkah yang harus dikuasai guru sebelum melaksanakan metode role playing. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut: 1 Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada pemasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan 29 Ibid. h. 51-52 30 Ibid., h. 199 permasalahan dengan jelas disertai contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. 2 Memilih partisipan partisipan. Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa saja yang mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. Langkah pertama dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk memainkan peran apapun. 3 Menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario tanpa dialog lengkap yang menggambarkan urutan bermain peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian diikuti oleh siapa dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang lebih kompleks meliputi aksesoris yang lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri. 4 Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat disini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan tersebut. 5 Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permaina peran sudah terlalu jauh keluar jalur guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya. 6 Guru dan siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apapun hasil diskusi dan evaluasi tidak menjadi masalah. 7 Permainan peran ulang. Seharusnya permainan peran kedua ini akan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario. 8 Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Mangapa demikian? Karena pada saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kanyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli dengan harga yang tidak realistis, hal ini dapat menjadi bahan diskusi. 9 Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa manghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi ayah dari siswa tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan dengan cara ini, siswa akan belajar tentang kehidupan. Dengan mengacu pada langkah-langkah metode role playing diatas, maka diharapkan semua kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada metode ini dapat diatasi sehingga penggunaan metode role playing ini dapat berjalan baik dan bermanfat sesuai dengan fungsi dan tujuannya, terutama dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia siswa. C. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, oleh karena itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk “penguasaan kemampuan dasar untuk menggunakan bahasa lisan, tulis dan angka dalam berkomunikasi” 31 Dalam hal ini penulis mengkaitkannya dengan belajar bahasa Indonesia yang membutuhkan kemampuan dasar menggunakan bahasa lisan dengan metode role playing. Pada materi mengamati sebuah percakapan dan cerita kemudian memainkan peran yang ada dalam sebuah percakapan dan cerita setelah itu mendiskusikan bersama-sama dan memberikan kesimpulan. Tujuan pembelajaran bahasa menurut Tarigan adalah “belajar menyimakmendengarkan, berbicara, membaca dan menulis”. 32 Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemua itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

D. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Metode pembelajaran memegang peran penting dalam rangkaian system pembelajaran. Maka dari itu diperlukan kecerdasan dan kemahiran guru dalam memilih metode pembelajaran. Pemilihan metode yang kurang tepat menjadikan pembelajaran kurang efektif. Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut disebabkan perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi dalam pembelajaran. Pengertian metode menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya menyatakan bahwa “metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang 31 Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Surabaya: UM Press, 2004 h. 93 32 HG. Trigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , Bandung” Angkasa, 2008 h, 1 cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian ini adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompokklasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin banyak metode mengajar, maka makin efektif pula pencapaian.” 33 Menurut M. Subana dan Sunarti dalam dunia pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan approach bersifat filosofisaksioma. 34 Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan informasi guru kepada siswapeserta didik. Metode pembelajaran di kelas akan efektif apabila dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri. Seorang guru yang ptofesional dalam meningkatkan motivasi siswa di sekolah hendaknya menguasai, mengetahui, dan memahami semua jenis metode pembelajaran. Dengan memiliki berbagai macam metode, seorang guru akan lebih mudah memilih salah satu metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi pembelajaran. Guru harus memotivasi siswa untuk terbuka, responsive, kreatif, dan evaluatif. Dalam konteks tersebut metode pembelajaran role playing bermain peran dapat dijadikan salah satu alternatif selain metode-metode yang telah ada. E. Merancang Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Drama “Materi pembelajaran drama di sekolah dasar harus sesuai dengan karakteristik usia anak. Hamzah dalam Jauharoti Alfin dkk. menyatakan bahwa kegiatan drama bagi anak-anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan bermain kelereng, layang-layang, sekolah-sekolahan, rumah- rumahan dan boneka-bonekaan. Pembelajaran drama di SD berbeda dengan 33 Ibid., h. 52 34 Ibid, h. 20 orang dewasa. Mereka kita ajak bermain peran sekaligus melatih dasar-dasar bermain drama.” 35 Permainan drama di sekolah dasar dapat dilakukan dalam bentuk: 36 1. Pantomim Hamzah menguraikan bentuk pantomime yaitu: a. Pantomime ialah seni yang menyatakan bermacam ide tanpa media kata. b. Pantomime adalah suatu pertunjukan yang para pemainnya mengekspresikan dirinya melalui isyarat. c. Pantomime ialah suatu cerita, suatu tema yang diceritakan atau dikembangkan melalui gerak tubuh dan wajah ekspresif. 2. Sosiodrama sederhana Sosiodrama adalah peragaan mirip drama yang berisi peragaan gerak dan bicara. 3. Berekspresi dengan topeng Pembelajaran dengan topeng dapat dilakukan dengan cara: a. Guru memperlihatkan beberapa topeng dan karakternya. b. Anak-anak diminta membayangkan dialog topeng-topeng yang sedang diperhatikan. c. Guru memberikan contoh ekspresi sedih gembira, tertawa, takut dan sebagainya. d. Guru memanggil beberapa anak untuk memperagakan ekspresi topeng, kemudian melakukan dialog sesuai dengn lakon yang diberikan. 4. Bermain boneka Sebagai guru atau calon guru pasti sudah paham dengan kebiasaan anak-anak bermain boneka ketika di rumah. Dari pengalaman bermain boneka, anak-anak kita ajak bermain boneka. Mereka kita minta untuk mengamati boneka-boneka yang kita siapkan, kemudian 35 Jauharoti Alfin, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, Surabaya: Aprinta, 2009 h. 19 36 Ibid., h. 19-21 mintalah mereka melakukan dialog sesuai dengan karakter dalam lakon cerita yang kita berikan.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan diantaranya ialah sebagai berikut: 1. “Pengaruh Metode Role Playing terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa kelas V SDN Pekayon Bekasi Jawa Barat”, Ade Rahmi, Universitas Islam Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Penedidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, jenjang pendidikan S1, 2014. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan metode role playing berpengaruh terhadap motivasi belajar IPS siwa. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata skor posttes kelas eksperimen yaitu 76,43, sedangkan rata-rata skor kelas control yaitu 69,00. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t hitung = 4,66 dan t tabel = 2,00. Data ini menunjukkkan bahwa t hitung t tabel, maka H ditolak dan H 1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode role playing dapat mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V. 2. “Penerapan Metode Bermain Peran Role Playing dalam Peningkatan Keterampilan B erbicara Siswa Kelas V MI Pangkalan Kota Sukabumi”, Mia Rosmiati, Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan Islam, Prodi Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jenjang Pendidikan S1, 2012. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran degan metode bermain peran role playing dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas IV Pangkalan Kota Sukabumi telah terlaksana dengan baik, hal itu bias dilihat dari: a. Adanya konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum yang ditandai dengan adanya kesesuaian tujuan pengajaran, bahan pengajaran yang diberikan, jenis kegiatan yang dilaksanakan, peralatan yang digunakan dan penilaian yang dilakukan. b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan sesuai dengan harapan, hal itu tampak terlihat dari dipahami dan diikutinya petunjuk-petunjuk pembelajaran dari guru, terlibatnya semua siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan pemecahan masalah, munculnya keberanian untuk bertanya kepada sesame siswa atau guru. c. Penggunaan metode bermain peran role playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada aspek isi, aspek penggunaan bahasa dan aspek performansi.

G. Kerangka Berpikir

Kesulitan siswa dalam memahami karakter tokoh yang ada dalam cerita pendek atau sebuah percakapan dalam Bahasa Indonesia merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru. Bahasa Indonesia itu membosankan, itulah yang sering dikatakan para siswa. Mata pelajaran ini identik dengan ceramah guru. Tanpa disadari guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor tersebut. Fakta yang sering terjadi di kelas diantaranya adalah strategi pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional dan kurangnya penggunaan metode yang menarik perhatian serta motivasi siswa. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang kreatif dalam memilih pendekatan, strategi, metode, serta media yang tepat dengan kondisi siswa, sehingga pembelajaran menjadi berkualitas, efisien, dan bermanfaat bagi siswa. Agar siswa lebih mudah dan termotivasi mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia maka perlu diberikan suatu upaya yang kreatif yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode role playing bermain peran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan membantu siswa memahami materi pelajaran. Dengan begitu siswa mengalami proses pembelajaran yang menyenangkan, siswa lebih termotivasi untuk belajar dan pada akhirnya hasil belajar mereka bisa optimal.

H. Hipotesis Penelitian

Ha = terdapat pengaruh pada pengunaan metode role playing bermain peran terhadap motivasi belajar siswa kelas V A SDN Cempaka Putih I pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ho = tidak terdapat pengaruh pada penggunaan metode role playing bermain peran terhadap motivasi belajar siswa kelas V A SDN Cempaka Putih I pada mata pelajaran bahasa Indonesia. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cempaka Putih 1 yang dilakukan pada siswa kelas V semester ganjil tahun ajaran 2014-2015 yang dilaksanakan pada bulan November 2014 – Maret 2015.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra- eksperimental, karena design ini belum merupakan eksperimen sungguh- sungguh. Karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. 1 Peneliti akan menguji coba pengaruh metode role playing bermain peran terhadap motivasi belajar siswa. Kemudian proses penelitian berjalan dan di observasi untuk menentukan perubahan yang terjadi pada kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group pretest-posttest design, yaitu pola yang menggunakan hanya satu kelompok. Pola ini dikenal pula sebagai pola “sebelum dan sesudah”, dengan struktur desain sebagai berikut: 2 X 1 O X 2 Keterangan : X 1 : Pretest sebelum diberi perlakuan O : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran role playing bermain peran X 2 : Posttest setelah diberi perlakuan O adalah treatment yang diberikan untuk dilihat pengaruhnya dalam eksperimen tersebut. X 1 adalah tes atau observasi yang dilakukan sebelum treatment diberikan, sedangkan X 2 adalah tes atau observasi yang dilakukan 1 Sugiyono, Metode Penelitina Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan RD, Bandung: CV. Alfabeta, 2009 cet ke-7, h. 109 2 Ine I. Amirman Yousda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Bumi AKsara, 1993 cet ke-1, h. 22 setelah treatment diberikan. Pengaruh treatment O dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil X 1 dan X 2 dalam situasi yang terkontrol.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 3 Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa SDN Cempaka Putih I. sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VA SDN Cempaka Putih I. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel bertujuan purposive sampling, yaitu dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah akan tetapi berdaasarkan atas adanya tujuan tertentu. 4

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dapat ditempuh dengan beberapa teknik antara lain: 1. Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 5 Angket merupakan instrument penelitian utama yang digunakan peneliti untuk memeproleh data mengenai motivasi belajar siswa kelas VA pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SDN Cempaka Putih I sebelum dan setelah diberi perlakuan. Angket ini berupa 15 butir daftar pernyataan tentang motivasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, 15 butir pernyataan tentang pengaruh metode role playing terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk mengukur motivasi belajar siswa peneliti menggunakan Skala Likert. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, cet, ke-14, h. 173 4 Ibid., h. 183 5 Sugiyono, op. cit., h. 199

Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Konsep Penggolongan Hewan

1 13 189

Pengaruh Penggunaan Metode Bermain Peran “Role Playing” Pada Kelancaran Berbicara Siswa Kelas VII di MTS Daarul Hikmah Pamulang

0 3 105

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Role Playing (Bermain Peran) Pada Siswa Kelas V Sdn Pabelan 01 Kartasura Sukoharjo Tahun 2012/ 2013.

0 4 14

PENDAHULUAN Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Role Playing (Bermain Peran) Pada Siswa Kelas V Sdn Pabelan 01 Kartasura Sukoharjo Tahun 2012/ 2013.

0 2 6

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SD NEGERI 068474 MEDAN LABUHAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

2 7 19

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIAMELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 01 Pati Tahun 2013.

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIAMELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 01 Pati Tahun 2013.

0 1 19

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI DRAMA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE Peningkatan Pemahaman Materi Drama Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing) pada Siswa Kelas IV Sd Negeri 2 Lemahjaya

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING PADA PELAJARAN BAHASA INGGRIS TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS I SMPN 23 BANDUNG.

0 2 39

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 0 5