antisipasi,  erotesis  atau  pertanyaan  retoris,  silepsis  dan  zeugma,  koreksio  atau epanortosis, hiperbola, paradoks, dan oksimoron. Gaya bahasa kiasan merupakan
penyimpangan  yang  lebih  jauh,  khususnya  dalam  bidang  makna  atau  dapat dikatakan maknanya tidak dapat  ditafsirkan sesuai  dengan makna kata-kata  yang
membentuknya. Jenis-jenis bahasa kiasan yaitu: persamaan atau simile, metafora, alegorie, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia,
hipalase, ironi, satire, innuendo, antifrasis, dan paronomasia. Tarigan  1986:  ix  membagi  gaya  bahasa  menjadi  1  gaya  bahasa
perbandingan  yang  terdiri  dari  perumpamaan,  metafora,  personifikasi, depersonifikasi,  alegori,  antithesis,  pleonasme  dan  tautologi,  periphrasis,
antisipasi atau prolepsis, koreksio atau epanortesis; 2 gaya bahasa pertentangan yang  terdiri  dari  hiperbola,  litotes,  ironi,  oksimoron,  paronomasia,  paralipsis,
zeugma  dan  silepsis,  satire,  innuendo,  antifrasis,  paradoks,  klimaks,  antiklimaks, apostrof, anastrof dan inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase,
sinisme,  sarkasme;  3  gaya  bahasa  pertautan  yang  terdiri  dari  metonimia, sinekdoke,  alusi,  eufimisme,  eponim,  epitet,  antonomasia,  erotesis,  paralelisme,
ellipsis,  gradasi,  asindenton,  polisindeton;  dan  4  gaya  bahasa  perulangan  yang terdiri dari aliterasi,  asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, teutotes, anafora,
epistrofa, simploke, mesodiplosis, anadiplosis. Jadi,  gaya  bahasa  merupakan  penggunaan  bahasa  yang  diarahkan  untuk
suatu tujuan tertentu. Penelitian ini difokuskan kepada gaya bahasa metafora yang terdapat dalam iklan-iklan mobil Volkswagen berbahasa Jerman.
D. Metafora
1. Definisi Metafora
Metafora merupakan salah satu gaya bahasa yang paling sering digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tak jarang metafora diucapkan secara
spontan oleh penutur bahasa dalam sebuah percakapan. Metafora sejak lama telah menjadi bahan kajian dalam berbagai bidang termasuk linguistik, filosofi, dsb.
Menurut  Keraf  1991:  139  metafora  adalah  semacam  analogi  yang membandingkan  dua  hal  secara  langsung,  tetapi  dalam  bentuk  yang  singkat.
Metafora  sebagai  perbandingan  tidak  mempergunakan  kata:  seperti,  bak,  bagai, dan  sebagainya.  Contoh:  Orang  itu  adalah  buaya  darat.  Orang  itu  buaya  darat.
Menurut  Marquaß  2000:  80,  metafora  adalah  sebuah  gambaran  yang  sangat sering muncul dengan dua gambaranbentuk yang berbeda yang melebur menjadi
sebuah makna yang baru. Melalui sisipan kata yang tidak sesuai dan diharapkan, terjadi sebuah ungkapan yang memiliki arti baru.
Metafora  adalah  sejenis  gaya  bahasa  perbandingan  yang  paling  singkat, padat,  tersusun  rapi.  Di  dalamnya  terlihat  dua  gagasan,  yang  satu  adalah  suatu
kenyataan,  sesuatu  yang  dipikirkan,  yang  menjadi  objek;  dan  yang  satu  lagi merupakan  pembanding  terhadap  kenyataan  tadi;  dan  kita  menggantikan  yang
belakangan itu menjadi yang terdahulu tadi Tarigan, 1986: 9. Menurut Eco 1986: 127, terbentuknya metafora adalah fungsi dari format
sosio-kultural  dari  penginterpretasian  ensiklopedi  subjek.  Dalam  perspektif  ini, metafora  terbentuk  dengan  dasar  kekayaan  budaya,  dengan  keseluruhan  konten
yang telah diatur kedalam  hubungan-hubungan interpretannya,  yang menentukan
secara  semiotis  indentitas-identitas  dan  perbedaan-perbedaan  hal-hal  dalam metafora itu. Senada dengan hal tersebut, Rumaningsih 2005: 5 mengungkapkan
bahwa  metafora  sangat  terkait  dengan  budaya  masyarakat,  karena  metafora  lahir dan  tumbuh  dari  pengalaman.  Pengalaman  itulah  yang  menjadi  sumber
terbentuknya metafora yang membingkai cara pandang dan pola pikir masyarakat. Metafora bekerja melalui penggunaan kesamaan dan ketidaksamaan secara
bersamaan, dengan menjadikan keserupaan sebagai  alasan bagi  penggantian kata figuratif  atas  hilangnya  atau  ketiadaan  kata  literal  Rumaningsih,  2005:  6.  Cara
kerja tersebut berkaitan erat dengan fungsi  puitis dan konatif bahasa. Oleh sebab itu, metafora banyak digunakan sebagai salah satu bentuk retorika kuno yang ada
dan berkembang sepanjang sejarah hidup manusia. Jadi,  metafora  merupakan  gaya  bahasa  sekaligus  retorika  kuno  yang
terbentuk  dari  budaya  masyarakat.  Pembentukannya  terjadi  melalui  penggantian suatu nama tanda literal dengan nama tanda figuratif atas dasar keserupaan.
2. Teori-teori tentang Metafora
Terdapat  berbagai  teori  yang  dikembangkan  oleh  ahli-ahli  bahasa  sejak jaman  Aristoteles  untuk  menjelaskan  fenomena  lingual  berupa  metafora  ini.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai empat teori metafora, yang salah satu di antaranya digunakan dalam penelitian ini.
a. Teori Perbandingan Comparison Theory
Teori  perbandingan  dicetuskan  oleh  Aristoteles  pada  abad  ke-4 Masehi.  Aristoteles  berpendapat  bahwa  metafora  merupakan  sarana  berpikir
yang  sangat  efektif  untuk  memahami  suatu  konsep  abstrak  dengan  cara