penelitian ini yaitu pendekatan semiotik. Teori interaksi dan pendekatan semiotik sama-sama berlandaskan pada interaksi dalam pembentukan makna.
3. Struktur
Menurut Beekman dan Callow dalam https:pusatbahasaalazhar.word press.comhakikat-hakiki-kemerdekaanmakna-figuratif-metafora-dan-metonimi
metafora terdiri dari tiga bagian, yaitu 1 topik, yaitu benda atau hal yang dibicarakan; 2 citra, yaitu bagian metaforis dari majas tersebut yang digunakan
untuk mendeskripsikan topik dalam rangka perbandingan; 3 titik kemiripan, yaitu bagian yang memperlihatkan persamaan antara topik dan citra. Topik
disebut juga dengan tenor, citra disebut juga dengan vehicle, dan titik kemiripan disebut juga dengan ground. Ketiga bagian yang menyusun metafora tersebut
tidak selalu disebutkan secara eksplisit. Sehubungan dengan hal tersebut, Orrecchioni dalam Zaimar, 2002: 48-49 membedakan metafora menjadi
metafora in praesentia dan metafora in absentia. Metafora in praesantiai adalah metafora yang seluruh komponen strukturnya disebutkan, sedangkan dalam
metafora in absentia, salah satu komponen strukturnya tidak disebutkan.
4. Jenis
Terdapat berbagai jenis metafora berdasarkan klasifikasi-klasifikasi tertentu. Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi metafora menurut ahli-ahli
bahasa.
a. Klasifikasi Larson
Larson 1998: 274-275 mengklasifikasikan metafora menjadi metafora mati dead metaphor dan metafora hidup live metaphor. Metafora mati
merupakan bagian dari konstruksi idiomatis dalam leksikon sebuah bahasa, sehingga ketika seseorang mendengar metafora tersebut, ia langsung dapat
menangkap makna metaforisnya tanpa memikirkan terlebih dahulu makna harfiah kata-kata yang membentuknya, contoh: kaki meja, berdarah biru, dsb.
Metafora hidup adalah metafora yang dibentuk oleh penulis atau pembicara untuk menjelaskan sesuatu yang masih asing dengan cara membandingkannya
dengan sesuatu yang telah dikenal sebelumnya.
b. Klasifikasi Parera
Parera 2004: 119 mengklasifikasikan metafora berdasarkan pilihan citranya menjadi empat kelompok, yaitu 1 metafora antropomorfik atau
bercitra manusia, contohnya bahu jalan; 2 metafora bercitra binatang, contohnya buaya darat; 3 metafora bercitra abstrak ke konkret, contohnya
secepat kilat, dan 4 metafora bercitra sinestesia atau berdasarkan pengalihan panca indera, contohnya janji manis.
c. Klasifikasi Ingendahl
Ingendahl 1971: 42 mengklasifikasikan metafora berdasarkan proses pembentukannya ke dalam tiga kelompok besar, yaitu metafora nominal,
metafora adjektival, dan metafora verbal. Ingendahl kemudian membagi lagi metafora ke dalam tiga kelompok yaitu metafora sebagai kata, metafora
sebagai kata dalam kalimat, dan metafora sebagai kalimat. Selain itu, Ingendahl juga mengklasifikasikan metafora berdasarkan hubungan antara
metafora dan objek acuannya menjadi metafora bebas dan metafora attributif.