merupakan bagian dari konstruksi idiomatis dalam leksikon sebuah bahasa, sehingga ketika seseorang mendengar metafora tersebut, ia langsung dapat
menangkap makna metaforisnya tanpa memikirkan terlebih dahulu makna harfiah kata-kata yang membentuknya, contoh: kaki meja, berdarah biru, dsb.
Metafora hidup adalah metafora yang dibentuk oleh penulis atau pembicara untuk menjelaskan sesuatu yang masih asing dengan cara membandingkannya
dengan sesuatu yang telah dikenal sebelumnya.
b. Klasifikasi Parera
Parera 2004: 119 mengklasifikasikan metafora berdasarkan pilihan citranya menjadi empat kelompok, yaitu 1 metafora antropomorfik atau
bercitra manusia, contohnya bahu jalan; 2 metafora bercitra binatang, contohnya buaya darat; 3 metafora bercitra abstrak ke konkret, contohnya
secepat kilat, dan 4 metafora bercitra sinestesia atau berdasarkan pengalihan panca indera, contohnya janji manis.
c. Klasifikasi Ingendahl
Ingendahl 1971: 42 mengklasifikasikan metafora berdasarkan proses pembentukannya ke dalam tiga kelompok besar, yaitu metafora nominal,
metafora adjektival, dan metafora verbal. Ingendahl kemudian membagi lagi metafora ke dalam tiga kelompok yaitu metafora sebagai kata, metafora
sebagai kata dalam kalimat, dan metafora sebagai kalimat. Selain itu, Ingendahl juga mengklasifikasikan metafora berdasarkan hubungan antara
metafora dan objek acuannya menjadi metafora bebas dan metafora attributif.
d. Klasifikasi Wahab
Wahab 1995: 72 mengklasifikasikan metafora berdasarkan segi sintaksisnya menjadi tiga kelompok, yaitu metafora nominatif, metafora
predikatif, dan metafora kalimatif. Metafora nominatif merupakan metafora yang makna kiasnya terdapat pada nomina kalimat, baik yang berfungsi
sebagai subjek, maupun nomina yang berfungsi sebagai objek. Jika makna kiasnya terletak pada nomina subjek, maka metafora tersebut disebut sebagai
metafora subjektif. Jika makna kiasnya terletak pada nomina objek, maka metafora tersebut disebut sebagai metafora objektif.
Dalam metafora predikatif, makna kias hanya terdapat pada predikat kalimat saja, sedangkan subjek dan komponen lain dalam kalimat itu
menyatakan makna literal. Dalam metafora kalimatif, sebuah lambang kias yang dipakai tidak terbatas pada nomina dan predikat saja, tetapi mencakup
keseluruhan unsur yang membentuk kalimat metaforis itu. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan klasifikasi Wahab untuk
mendeskripsikan metafora yang ditemukan. Klasifikasi Wahab dipilih karena metafora yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari berbagai bentuk. Melalui
klasifikasi tersebut, dapat dilihat apakah unsur ungkapan yang membentuk metafora berbentuk sebuah kata, frasa, maupun kalimat. Selain itu, klasifikasi
tersebut juga dapat menunjukkan apakah metafora berwujud subjek, objek, predikat, atau keseluruhan unsur kalimat.