89 juga mengalami peningkatan, terutama pada penerapan gaya belajar visual dan
auditorial. Gaya belajar visual dapat dimaksimalkan guru dengan penggunaan media gambar maupun
slide show
pada siklus II. Sedangkan penerapan gaya belajar auditorial dilakukan guru dengan memanfaatkan
sound system
sebagai media pembelajaran untuk pemutaran radio, selain itu guru juga telah mampu
menyesuaikan irama musik pengiring dengan suasana yang sedang berlangsung di kelas.
Berdasarkan penjelasan mengenai peningkatan proses pembelajaran keterampilan keterampilan berbicara di atas dapat disimpulkan bahwa kendala
maupun hal yang kurang dimaksimalkan pada siklus sebelumnya telah mampu diatasi pada siklus II. Merujuk pada hasil analisis proses pembelajaran
keterampilan berbicara berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus II dengan persentase yang menunjukkan pada angka 93,75 dan 95
dengan kategori “Sangat Baik”, maka dapat disimpulkan bahwa kriteria keberhasilan proses pembelajaran keterampilan berbicara telah tercapai.
4. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Siklus II merupakan penerapan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I. Tujuannya adalah agar tindakan yang dilaksanakan pada siklus II lebih
efektif dan aspek keterampilan berbicara siswa dapat lebih ditingkatkan. Model
Quantum Learning
pada siklus II terbukti telah mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Peningkatan keterampilan berbicara yang terjadi pada sikus II sebesar 1,41, kondisi awal 72,41, meningkat menjadi 76,80. Persentase ketuntasan
90 keterampilan berbicara dengan menggunakan model
Quantum Learning
pada siklus II meningkat sebesar 12 siswa atau 38,70, kondisi awal 16 siswa atau
51,61, meningkat menjadi 28 siswa atau 90,32. Dari keseluruhan siswa tersisa 3 orang yang masih tetap berada di bawah KKM. Siswa tersebut
diantaranya 1 orang sulit untuk membuka diri walaupun sudah dimotivasi semaksimal mungkin oleh guru, sedangkan 2 orang yang lain tidak dapat
bantuan untuk mempelajari materi di rumah karena pendidikan orang tua mereka yang rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
upaya guru dan peneliti untuk lebih memaksimalkan penerapan langkah- langkah
Quantum Learning
demi keberhasilan siswa dalam mencapai keriteria ketuntasan minimal telah berhasil dilakukan.
Peningkatan keterampilan berbicara yang berhasil diupayakan senada dengan pengalaman Bobbi dePorter 2008: 4-6, yang telah mampu membuat
lulusannya sukses dan mengalami peningkatan nilai akademik melalui program
Supercamp
yang mengusung prinsip
Quantum Learning
dengan cara mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan
keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Begitu pula dengan sasaran penelitian berupa keterampilan berbicara yang berhasil
ditingkatkan dengan menggunakan model
Quantum Learning.
Dengan demikian hasil penerapan model
Quantum Learning
untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa telah mencapai kriteria
keberhasilan penelitian yang telah ditentukan, dan dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
91 berbicara dengan menggunakan model
Quantum Learning
pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Karangkandri 04 Cilacap dinyatakan berhasil, maka
penelitian berakhir pada siklus II.
C. Keterbatasan Penelitian