PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1

BLUNYAHAN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Emerensiana Simun NIM 12108249067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya (Yesaya 26: 7)

Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya. Bukan hanya menjadi impian


(6)

PERSEMBAHAN

1. Bapak Anggalinus Mandur dan ibu Agnes Didut serta keluarga besar yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya.

2. Nusa, bangsa, dan agama. 3. Almamaterku UNY tercinta.


(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1

BLUNYAHAN BANTUL YOGYAKARTA

Oleh

Emerensiana Simun NIM 12108249067

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) kolaboratif. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas V SD Negeri1 Blunyahan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Desain penelitian menggunakan model Kemmis and Taggart dengan model spiral. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari rerata.

Hasil penelitian penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan. Peningkatan proses terlihat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, mereka terlihat senang pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi dan terlihat lebih aktif.

Peningkatan nilai rerata keterampilan berbicara pada siklus I sebesar 3,21, yang kondisi awal 65,58 meningkat menjadi 68,79, dan pada siklus II meningkat sebesar 18,62 yang kondisi awal 65,58 meningkat menjadi 84,20.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Selama mengerjakan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan berupa petunjuk, bimbingan maupun pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat bapak/ibu di bawah ini.

1. Prof. Dr. H Rochmad Wahab, M.Pd MA, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis skripsi ini. 2. Dr. Haryanto, M.Pd Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan berbagai

kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

3. Suparlan, M. Pd.I, Ketua Jurusan PPSD yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

4. Ibu Suyatinah, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala sekolah SD N 1 Blunyahan bapak H. Sudiyana, S.Pd S.Pd yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di kelas V SD N 1 Blunyahan. 6. Guru kelas V SDN 1 Blunyahan Bapak Arif Eka Prabawa, S.Pd yang telah

membimbing, mengajarkan, serta membantu pelaksanaan proses penelitian. 7. Siswa kelas V SD N 1 Blunyahan yang telah bersedia sebagai subjek dalam

proses penelitian.

8. Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak berhenti-hentinya memberikan dukungan baik secara materi, moral, dorongan, nasehat serta doa dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati serta kasih sayang.

9. Terimakasih kepada Robertus Kano yang selalu memberikan motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

10.Teman-teman PPGT berasrama, selaku Teman seperjuangan yang telah memberikan moivasi, dorongan serta rasa kebersamaan dalam melaksanakan penyususan skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara ... 8


(12)

2. Pengertian Berbicara ... 9

3. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 10

4. Tujuan Berbicara ... 11

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara ... 13

C.Metode Diskusi ... 16

1. Pengertian Metode ... 16

2. Pengertian Metode Diskusi ... 17

3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi ... 19

4. Kelebihan Metode Diskusi ... 20

D.Karakteristik siswa kelas V SD ... 22

E. Pemanfaatan Metode Diskusi Keterampilan Berbicara ... 23

F. Kerangka Pikir ... 24

G.Penelitian Relevan ... 25

H.Hipotesis Tindakan... 26

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 27

B.Subjek Penelitian ... 28

C.Setting Penelitian ... 28

D.Desain Penelitian ... 29

1. Perencanaan ... 30

2. Tindakan / Pelaksanaan ... 31

3. Observasi / Pengamatan ... 32

4. Refleksi... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Tes ... 33

2. Observasi ... 34

3. Dokumentasi... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G.Teknik Analisis Data ... 41


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil penelitian ... 43

1. Deskripsi Kondisi Awal ... 43

2. Deskripsikan Pelaksanakan Tindakan Siklus I ... 45

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 45

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 46

c. Observasi ... 50

d. Refleksi dan Revisi Tindakan Siklus I ... 53

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 55

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 55

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 56

c. Observasi ... 59

d. Refleksi Tindakan Siklus II ... 62

B. Pembahasaan ... 64

1. Peningkatan keterampilan berbicara siklus I ... 64

2. Peningkatan keterampilan berbicara siklus II ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Profil Kelas PraTindakan ... 28

Tabel 2. Kisi- Kisi Keterampilan Berbicara ... 35

Table 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara ... 35

Tabel 4. Lembar Observasi Guru ... 38

Tabe1 5. Lembar Observasi siswa ... 39

Tabel 6. Kriteria Penilaian ... 40

Tabel 7. Nilai Rerata Keterampilan Berbicara Siswa Pada Pratindakan ... 43

Tabel 8. Peningkatan Nilai Rerata Keterampilan Berbicara Pada Siklus I ... 53

Tabel 9. PeningkatanKeterampilan Berbicara Pada Siklus II ... 63

Tabel 10. Kriteria Keberhasilan Keterampilan Berbicara Siklus II ... 63


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart ... 30

Gambar 2. Kegiatan Guru Saat Memberikan Motivasi ... 50

Gambar 3. Guru Dan Siswa Saat Menjelaskan Materi Dalam Kelompok ... 51

Gambar 4. Diagram Peningkatan Keterampilan Berbicara Siklus I ... 54

Gambar 5. Kegiatan Guru Saat Menjelaskan Materi ... 59

Gambar 6. Siswa Berpartisipasi Dalam Kelompok Diskusinya... 62


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) ... 73

Lampiran 2. Rubrik keterampilan berbicara ... 80

Lampiran 3. Lembar observasi aktivitas guru ... 93

Lampiran 4. Lembar observasi aktivitas siswa ... 95

Lampiran 5. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara ... 96

Lampiran 6. Penilaian Keterampilan Berbicara Pratindakan ... 98

Lampiran 7. Hasil Nilai Keterampilan Berbicara ... 99

Lampiran 8. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara... 100

Lampiran 9. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara... 101

Lampiran 10. Lembar penilaian keterampilan berbicara ... 102

Lampiran 11. Lembar penilaian keterampilan berbicara siswa ... 103

Lampiran 12. Lembar penilaian keterampilan berbicara ... 104

Lampiran 13. Hasil Nilai Tes Berbicara Siswa ... 105

Lampiran 14. Peningkatan Nilai Tes Berbicara Siswa ... 106

Lampiran 15. Dokumentasi siklus I ... 107

Lampiran 16. Dokumentasi siklus II ... 108

Lampiran 17. Lembar kegiatan guru ... 109

Lampiran 18. Lembar kegiatan guru ... 111


(17)

Lampiran 20. Lembar kegiatan guru ... 115

Lampiran 21. Lembar kegiatan siswa ... 117

Lampiran 22. Lembar kegiatan siswa ... 118

Lampiran 23. Lembar kegiatan siswa ... 119

Lampiran 24. Lembar kegiatan siswa ... 120


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan atau informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan, Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,(2015:226) bahasa adalah aspek yang penting dalam setiap bidang kehidupan manusia termasuk juga dalam bidang pendidikan. Ada beberapa keterampilan bahasa yang juga diajarkan dalam dunia pendidikan salah satunya adalah keterampilan berbicara.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan menulis sudah meningkat yaitu keterampilan menyimak diperoleh nilai 7,6, keterampilan membaca diperoleh nilai 7,3, keterampilan menulis diperoleh nilai 7,1 sedangkan keterampilan berbicara masih rendah diperoleh nilai 65,58.

Zulkifi Musaba (2012: 7) Berbicara adalah salah satu wujud keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Masing- masing keterampilan tersebut memiliki ciri. Keterampilan menyimak bersifat menerima(reseptif) sebagaimana keterampilan membaca, sedangkan keterampilan berbicara bersifat mengemukakan atau mengeluarkan (produktif) sebagaimana menulis. Sementara itu, Haryadi dan Zamzani (1996/1997: 56) mengungkapkan berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makluk sosial agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Dijelaskan lebih lanjut oleh


(19)

Stewart dan Kenner Zimmer (Haryadi dan Zamzami,1996/1997: 56) yang memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok.

Henry Guntur Tarigan (2013: 3-5) menyatakan berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang di peroleh akan melalui kegiatan menyimak dan membaca. Keterampilan berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan proses-proses berpikir yang mendasari seseorang agar dapat memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan Berbicara disekolah dasar, siswa dituntut untuk mampu berbiara sebagaimana fungsinya yaitu alat komunikasi dalam masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut bisa membuat siswa menguasai dan memiliki keterampilan berbicara yang baik. Untuk itu, guru harus biasa memahami dan menguasai cara yang tepat yang bisa meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Salah satunya yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa juga merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran yang efektif yang bisa meningkatkan motivasi dan lebih memberikan kesempatan kepada


(20)

siswa untuk bisa lebih aktif khususnya untuk mengungkapkan idea atau gagasannya.

Berdasarkan hasil observasi di SD N 1 Blunyahan pada tanggal 23 Oktober 2015 diperoleh data bahwa Siswa mengalami kesukaran dalam mengungkapkan gagasan dan ide karena siswa kurang dilatih untuk berbicara di dalam kelas dan kurangnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk memberikan pendapat. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran yang paling banyak berbicara adalah guru. Selain itu, guru juga jarang berinteraksi dengan siswa misalnya dengan melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa. Dimana melaui kegiatan tanya jawab seperti ini siswa akan di dorong untuk mengungkapkan idea tau pendapatnya.

Keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Blunyahan masih rendah. Hal ini dilihat dari nilai yang diperoleh siswa untuk keterampilan berbicara rata-rata 6 dan nilai ini masih belum tuntas karena belum mencapai KKM. Nilai KKM yang harus dipenuhi oleh siswa adalah 7,5. Oleh karena masih sangat perlu untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa agar bisa memenuhi nilai KKM.

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk keterampilan berbicara kurang bervariasi dan efektif. Guru hanya menggunakan metode ceramah saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa jadi malas dan tidak bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran dilihat dari siswa masih banyak yang bermain dengan teman sebangkunya, dan siswa tersebut jarang mendengar atau memperhatikan


(21)

penjelasan dari gurunya karena pembelajaran kurang menyenangkan. Penggunaan metode ceramah seperti ini, membuat kesempatan siswa untuk berbicara sedikit sehingga keterampilan berbicara siswa pun tidak terlatih dan tidak dapat ditingkatkan.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya yang terkait dengan keterampilan berbicara guru tidak pernah memanfaatkan media. Media merupakan salah satu sarana untuk merangsang keterampilan siswa misalnya melaui gambar dimana siswa diminta untuk menebak gambar yang ditunjukkan oleh guru. Dengan memanfaatkan media-media seperti ini siswa menjadi lebih aktif untuk mengungkapkan ide dan pendapatnya sehingga berdampak juga pada peningkatan keterampilan berbicara siswa.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara guru belum pernah menggunakan metode diskusi. Dimana menelalui metode dikusi siswa diajak untuk saling bekerjasama mengungkapkan ide atau pendapatnya untuk bisa menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. dengan penggunaan metode diskusi ini siswa akan menjadi lebih percaya diri untuk berbicara untuk mengungkapkan ide atau pun untuk bertanya. Kegiatan seperti inilah yang mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dibutuhkan metode yang tepat. Salah satu metode yang efektif digunakan adalah metode diskusi. Menurut Suryosubroto (dalam H. Tukiran Taniredjo, 2011: 24) menyatakan bahwa keuntungan metode diskusi cukup banyak yakni: (1) melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar, (2) setiap siswa


(22)

dapat menguji tingkat penegtahauan dan penguasaan bahan pelajarnya masing-masing, (3) dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (4) dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri, dan (5) dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

Dari permasalahan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat di identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa mengalami kesukaran mengungkapkan gagasan dan ide karena

tidak pernah diberi latihan berbicara di depan kelas.

2. Keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Blunyahan masih rendah nilai rata-rata 6.

3. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk keterampilan berbicara kurang bervariasi dan kurang efektif.

4. Guru jarang memanfaatkan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara

5. Guru kurang bervariasi dalam memanfaatkan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia (khususnya berbicara)


(23)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah peningkatan keterampilan berbicara yang masih rendah dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta?

2. Bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk meningkatkan proses keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta, dan 2) untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.


(24)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagai literature dalam pelaksanaan penelitian dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Membantu siswa yang sulit dalam keterampilan berbicara. 2) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

b. Bagi guru

1) Memberikan tambahan pengetahauan kepada guru tentang pembelajaran keterampilan berbicara.

2) Memberikan tambahan pengetahauan baru kepada guru tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara.

c. Bagi kepala sekolah

Memberikan masukan baru kepada kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran khususnya keterampilan berbicara.


(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian keterampilan

Menurut Yudhyanto (2005: 7) keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (2001:1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatih kepada siswa terutama siswa di kelas tinggi agar dimasa yang akan datang siswa akan terampil berbicara. Menurut Badudu-Zain dalam Nisrina Fatima Zahroh (2005: 9) menyatakan dari sudut pandang keterampilan berasal dari kata terampil dalam bahasa jawa yaitu cekatan, pandai menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Jadi keterampilan adalah kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 99) menyatakan keterampilan adalah kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan atau penilaian atas kondisi suatu objek atau segala perstiwa yang terjadi. Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta, konsep, dan prinsip-prinsip pengetahauan yang diketahaui.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan dari berbagai aktivitas seperti psikomotorik, bahasa ,


(26)

sosial dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Untuk mencapai suatu keterampilan seorang anak perlu dilatih agar mempunyai bekal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Pengertian berbicara

Henry Guntur Tarigan (2013: 16) menyatakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible). Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ketempat lain. Sementara itu, Setiawan Pujiono (2013: 83) menyatakan berbicara merupakan keterampilan berbahasa bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Setiawan Pujiono menambahkan berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang mengikutsertakan sebagian besar dari anggota tubuh kita. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:

a). memberitahukan dan melaporkan (to inform), b). menjamu dan menghibur (to entertain), dan

c).membujuk,mengajak, mendesak, dan menyakinkan(to persuade)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan proses mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman dengan alat ucap, sehingga memahami apa yang kita lisankan. Kegiatan berbicara bagi


(27)

seseorang bermanfaat untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain.

3. Pengertian keterampilan berbicara

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,(2015: 241) keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Sedangkan Henry Guntur Tarigan (2013: 3) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Untuk mengembangkan keterampilan berbicara dapat memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

a) aktivitas mengembangkan keterampilan secara umum,

b) aktivitas mengembangakan bicara secara khusus untuk membentuk model diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa nonstandard, dan c) aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain dan keterampilan berbicara ini juga adalah suatu keterampilan


(28)

berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan untuk keterampilan berbicara akan berujar dipelajari.

4. Tujuan Berbicara

Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 3-5) adalah tujuan berbicara untuk: memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Selain itu perkembangan bicara anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianlah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Menurut Iskandarwassid (2015: 242-243) tujuan berbicara adalah sebagai berikut: a) kemudahan berbicara, b) kejelasan, c) bertanggung jawab, d) membentuk pendengaran yang kritis, dan e) membentuk kebiasaan,

a. Kemudahan berbicara

Siswa harus mendapatkan kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik didalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.


(29)

b. Kejelasan

Dalam hal ini siswa berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya.

c. Bertanggung jawab

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.

d. Membentuk pendengaran yang kritis

Berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan pembicara secara emplisit dan mengajukan pertanyaan.

e. Membentuk kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Karena dalam faktor ini penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketika seseorang berbicara maka dia dapat bergaul dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Hal tersebut tidak lepas dari manusia sebagai makluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan kehadiran manusia lain.


(30)

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran keterampilan Berbicara Dalam berkomunikasi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan berbicara. Menurut Arman Agung (Siti Manar Mufidah, 2010: 55), ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu: 1) faktor internal, dan 2) eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan segala potensi yang ada dalam diri seseorang. Faktor internal meliputi . a) faktor fisik, dan b) faktor non fisik (psikis).

a. Faktor fisik, merupakan faktor yang menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara, dalam hal ini meliputi pita suara, lidah, gigi, dan bibir.

b.Faktor non fisik (psikis), merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang dan tidak berhubungan dengan fisik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu yang meliputi tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Hurlock (1978: 176) mengungkapkan bahwa ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah siswa berbicara dalam artian yang benar atau hanya “ membeo’’. Pertama, siswa harus mengetahaui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya. Kedua, siswa harus menghafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah. Kata-kata yang hanya dapat dipahami siswa


(31)

karenasudah sering mendengarnya atau karena telah belajar memahaminya dan menduga apa yang sedang dikatakan tidak memenuhi kriteria tersebut.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah,dkk (1992: 154-160) menyebutkan bahwa faktor penunjang dalam keterampilan berbicara ialah: a) aspek kebahasaan, dan b) aspek non kebahasaan.

a. Aspek kebahasaan

1) Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi), siswa harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas.

2) Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme.

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. 3) Penggunaan kata dan kalimat

Penggunaan kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat. Siswa juga perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar.

b. Aspek non kebahasaan

1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.

Dalam berbicara harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Wajar berati berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Lalu, sikap tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah,tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Selanjutnya, dalam berbicara juga tidak boleh kaku. 2) Pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara.


(32)

Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa dihargai.

3) Kesedihan menghargai pendapat orang lain.

Dengan menghargai pendapat orang lain berate telah belajar menghormati pemikiran orang lain.

4) Gerak- gerik dan mimik yang tepat.

Gerak-gerik dan mimik yang tepat berfungsi untuk membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.

5) Kenyaringan suara.

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik (ruang dengar) yang ada, yaitu tidak terlalu nyaring dan tidak terlalu lemah.

6) Kelancaran.

Kelancaran dalam berbicara akan mempermudah untuk menangkap isi pembicaraan yang disampaikan.

7) Penalaran dan relevansi.

Yaitu hal yang disampaikan memiliki urutan yang runtut dan memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaaitan atau hubungan dari hal yang disampaikan.

Berdasarkan faktor-faktor yang disampaikan di atas, dapat diketahaui bahwa keterampilan berbicara sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa SD. Sebab pada dasarnya, siswa SD selalu ingin mengungkapkan apa yang dipikirkan tanpa


(33)

memperhatikan apakah yang ingin disampaikan dapat mengerti arti dan maksudnya oleh orang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirancang suatu pembelajaran yang dapat menstimulasi dan melatih keterampilan berbicara siswa dengan baik, sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa yang mudah dipahami orang lain dan keterampilan berbicaranya akan meningkat. C.Metode Diskusi

1. Pengertian metode

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, (2015: 56) menyatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan ( KBBI, 1995). Metode ini lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.

Menurut Suryosubroto (2002: 149) menyatakan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Moeslichatoen (2004: 7) menyatakan metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Jadi metode adalah cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat simpulkan bahwa metode adalah: cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode merupakan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain


(34)

itu, metode juga merupakan cara atau jalinan yang mudah untuk mencapai tujuan.

2. Pengertian Metode Diskusi

Menurut Hamdani (2011: 279) menyatakan bahwa suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahauan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas suatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan. Menurut Abdul Azis Wahab,(2012:100) Diskusi adalah suatu tugas yang benar-benar memerlukan keahlian. Oleh sebab itu apa yang disebut dengan metode diskusi belum diterapkan dengan baik dan dengan persiapan yang sungguh-sungguh baik dari pihak guru, sekolah maupun siswa. Karena diskusi yang sebenarnya adalah salah satu diantara teknik mengajar yang paling mujarab dan sekaligus paling sulit. Oleh karena itu, maka dilihat dari sejarahnya diskusi sebagai salah satu cara mengajar lahirnya gagasan dari pikiran siswa. Dengan demikian pada jaman modern diskusi telah dianggap sebagai salah satu ciri penting sebuah kelas yang demokratis, yang didefenisikan sebagai suatu kegiatan dimana orang-orang berbicara bersama untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Dijelaskan Nio, 1981 (Haryadi dan Zamzami 1997: 69) menyatakan bahwa diskusi adalah proses penglibatan dua atau lebih individu yang


(35)

berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar informasi untuk memecahkan masalah.

Menurut Conny Semiawan,dkk (1992: 76) menyatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyampain pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.

Menurut Suwarna Pringgawidagda(2002: 83) menyatakan bahwa teknik diskusi adalah cara penyajian materi pembelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu masalah dan pembelajar mencari pemecahan secara bersama. Adapun kelebihan teknik diskusi yaitu:

a. merangsang kreativitas pembelajar dalam membentuk ide dan gagasan dalam memecahkan masalah,

b. membiasakan pembelajar untuk bertukar pikiran dengan teman, c. cakrawala berpikir pembelajar menjadi lebih luas, dan

d. perhatian pembelajar lebih tercurah pada pembelajaran.

Metode diskusi Suryosubroto (2002: 179) menyatakan bahwa adalah metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan untuk bagaimana cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran


(36)

pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi guna untuk memperoleh pengetahauan dan pengalaman yang dapat memperjelas suatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan, melalui diskusi dimana siswa akan terlibat langsung dalam proses belajar baik sebagai partisipan maupun sebagai ketua kelompok. Dimana setiap kelompok siswa dimungkinkan untuk berpartisipasi khususnya dalam kelompok kecil guna mengembangkan proses intelektualnya, serta menumbuhkan sikap toleran dengan menyadari adanya perbedaan-perbedaan pandangan yang menyangkut dalam pemecahan diskusi tersebut. 3. Langkah-langkah penggunaaan metode diskusi diskusi

Menurut Suryosubroto (2002: 181) menyatakan penggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut: a) guru menemukan masalah, b) guru membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok diskusi, c) siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing, d) setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, dan e) siswa mengumpulkan hasil diskusinya.

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

b. dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan( ketua, sekertaris) (pencatat), pelapor ( kalau perlu), mengatur tempat duduk,ruangan, saranan, dan sebagainya.

c. para siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain ( kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar.

d. kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu di anggapi oleh semua siswa ( terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-lapoaran tersebut. e. akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil-hasil) diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.


(37)

Menurut Hasibuan dan Moedji (1995: 23-24)menyatakan langkah-langkah peggunaan metode diskusi adalah sebagai berikut.

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan sepenuhnya mengenai cara-cara pemecahannya.

b. Dengan pimpinan guru,para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi(ketua, sekertaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan sarana, dsb.

c. Para siswa diskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling kelompok yang satu dgn kelompok yg lain serta memberikan dorongan dan bantuan agar disksui berjalan lancar.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut di tanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

4. Kelebihan metode diskusi

Menurut Khoirul Anam (2015: 145) beberapa kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut.

a. Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan- prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain c. Memperluas wawasan

d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan masalah.


(38)

Sementara itu, menurut Hamdani(2011: 279-280) menjelaskan kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut.

a. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecah dengan berbagai jalan, menyadarkan siswa bahwa dengan diskusi, mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif shingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, b. Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda

dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

Menurut Conny Semiawan dkk: (1992: 76) menyebutkan kelebihan diskusi adalah sebagai berikut.

a. Mempertinggi peran serta secara perorangan,

b. Mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan c. Memumpuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2005:237) menyebutkan kelebihan metode diskusi yaitu.

a. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).

b. Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat simpulkan bahwa kelebihan metode diskusi adalah untuk belajar menjadi lebih kritis, resposif, dan argumentatif. Selain itu, diskusi juga sebagai tugas yang benar-benar memerlukan keahlian. Dalam hal


(39)

ini diskusi diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

D.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Karakteristik siswa kelas V SD karakteristik siswanya lebih difokuskan pada kegiatan belajarnya. Karena siswa SD akan memulai dengan mandiri dan akan lebih senang dengan memecahkan masalah, pada prosesnya pembelajaran siswa akan lebih senang dengan kehidupan sehari-harinya karena siswa sudah mempunyai minat dan kemauan untuk kehidupan setiap harinya. Dengan demikian, siswa kelas V SD masih membutuhkan bimbingan dari gurunya. oleh karena itu, guru mempunyai peranan penting dalam membimbing siswanya terutama siswa SD kelas V agar dalam proses pembelajaran siswa akan lebih mudah dan lebih memahami saat proses pembelajaran berlangsung.

Menurut piaget, (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 34-35) tahap-tahap perkembangan kognitif yaitu:

a). tahap sensori motor, 2) tahap pra-operasional, 3) tahap operasional konkret, dan 4) tahap operasional formal.

1. Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini belum memasuki usia sekolah.

2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema kongnitifnya masih terbatas.

3. Tahap operasional konkret (usia7-11 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume


(40)

dan jumlah, mempunyai kemampuan memahami cara mengo binasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya.

4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia remaja, perkembangan kongnitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengorrdinasikan dua ragam kemampuan kongnitif baik secara simulatan( serentak) maupun berurutan.

Menurut Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) cirri khas siswa kelas tinggi di sekolah Dasar adalah sebagai berikut.

a). Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b). Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c). Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d). Siswa memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah

e). Siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain peran bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. E.Pemanfataan Metode Diskusi dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbicara

Menurut Tukiran Taniredja dan Mifatha Fardli (2013: 33) manfaat metode diskusi adalah sebagai berikut: 1) Guru diberikan bila siswa telah memiliki konsep atau pengalaman terhadap bahan yang akan didiskusikan, oleh karena itu sebelum diskusi guru hendaknya telah memberikan penjelasan tentang bahan yang akan didiskusikan. Apabila siswa memaksa untuk memiliki konsep atau


(41)

pengalaman maka siswa akan mengalami kemacetan dalam berbicara. Dengan metode diskusi siswa akan terampil dalam berbicara. 2) Memperdalam pengetahauan yang telah dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu menggunakan metode diskusi untuk memperkuat pengetahauan yang dimiliki oleh siswa. Agar siswa tetap terampil berbicara. Dengan pemanfaatan metode diskusi dalam keterampilan berbicara, siswa akan memiliki berbicara yang lancar dan susunan kata-kata yang jelas. 3) Melatih siswa mengidentifikasi dan memecahkan maslah. Serta mengambil keputusan. Agar siswa bisa memikir dan menyusun kata yang baik, maka siswa juga memiliki berbicara yang lancar dan pemikiran yang efektif dalam mengambil suatu keputusan.

F. Kerangka Pikir

Keterampilan berbicara adalah suatu keterampilan atau kemahiran untuk menyampaikan informasi atau pesan, yang ditujukan kepada seseorang secara lisan agar informasi yang di sampaikan dapat di pahami oleh penerima informasi. Keterampilan berbicara mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan seorang anak untuk dapat melakukan komunikasi dengan orang lain. Keterampilan berbicara sangat penting dikembangkan pada anak usia sekolah dasar. Banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan berbicara disekolah dasar. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran keterampilan berbicara adalah metode yang digunakan oleh guru. Guru harus pandai memilih metode yang untuk melatih keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Salah


(42)

satu metode yang dapat digunakan dalam keterampilan berbicara adalah metode diskusi. Metode diskusi adalah penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan untuk cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi guna untuk memperoleh pengetahauan pengalaman yang dapat memperjelas suatu bahan pelajaran dan pencapai kesepakatan.

Melalui metode diskusi siswa dapat belajar nyaman dan lebih leluasa dalam menyampaikan ide dan gagasan. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran keterampilan berbicara ialah agar siswa bisa mengutarakan pendapat, gagasaan dan idenya. Disamping itu. Siswa dilatih untuk lebih berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan guru bisa tahu sejauh mana pemahaman siswa melalui pendapat-pendapat yang diutarakan oleh siswa. Dalam metode diskusi siswa akan belajar secara berkelompok sehingga dapat berinteraksi dengan orang lain. Jika metode diskusi dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa, maka pembelajaran tidak akan membosankan sehingga kepercayaan diri siswa akan lebih meningkat.

G. Penelitian Relevan

1. Peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode sosiodrama siswa kelas VB SD Negeri Keputaran 1 Yogyakarta. (2013) oleh Hesti Ratna Sari. Penggunaan metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas VB. Peningkatan keterampilan berbicara pada siklus 1 sebesar 7,38, yang kondisi awal 60,35 meningkat menjadi 67,73 dan


(43)

peningkatan keterampilan berbicara pada siklus II meningkat sebesar 16,17, yang kondisi awal 60,35 meningkat menjadi 76,52.

2. Peningkatan keterampilan berbicara melalui model active learning teknik card sort siswa kelas 2 SDN Permitan 2, Bondowoso, Mertoyudan, Magelang. (2014) oleh RisQa Erdhika. Melalui model active learning teknik card sort dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas 2 SDN Permitan 2, Bondowoso, Mertoyudan, Magelang, peningkatan keterampilan berbicara pada siklus 1 sebesar 7,86 yang kondisi 65,5 meningkat menjadi 73,36, dan peningkatan keterampilan berbicara pada siklus 2 meningkat sebesar 15,81 yang kondisi awal 65,5 meningkat menjadi 81,31.

H.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir keterampilan berbicara dapat di ditingkatkan dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suyanto (dalam H. Sudjati,2000: 2) mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara profesional. Adapun yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas (H.Sujati, 2000: 5) adalah sebagai berikut.

1. Perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran.

2. Mengembangkankemampuan-kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan-permasalahan aktual pelajaran dikelasnya.

3. Alat untuk memperkenalkan pendekatan atau inovasi baru dalam dunia pembelajaran.

4. Menumbuhkan budaya meneliti dikalangan para guru.

Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas,yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran. fokus penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dirangcang oleh peneliti kemudian dicobakan, dievaluasi bagaimana tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang dihadapi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas kolaboratif yaitu orang yang akan melakukan tindakan juga harus terlibat dalam proses penelitian awal (Suwarsih Madya, 1994: 27). Jenis penelitian tindakan kelas ini akan menciptakan kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Guru dan peneliti bekerja sama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas yang kolaboratif. Dengan demikian antara


(45)

guru dengan peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dari mulai menemukan masalah, perencanaan, memantau, mencatat, mengumpulkan data, lalu menganalisa dan akhirnya selesai berupa laporan.

B. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul yang berjumlah 24 siswa dengan perincian 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Tabel 1.Profil Kelas Pratindakan

Kelas Jumlah siswa Nilai Rata-Rata keterampilan

berbicara Laki-laki Perempuan

V SD Negeri 1 Blunyahan

10 14 60

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Blunyahan. SD tersebut beralamat dikecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. SD Negeri 1 Blunyahan terletak cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta. Untuk menuju kesana dari kota kecamatan Sewon hanya beberapa menit saja. Sekolah ini berada diantara persawahan dan di sekitarnya juga tidak banyak berdiri rumah-rumah pemukiman warga. Karena di kecamatan Sewon ini hanya terdapat persawahan. Bangunan sekolah ini bisa dikatakan cukup baik untuk ukuran sekolah yang berada di kecamatan. Halaman sekolah ini tidak terlalu luas namun sudah cukup memadai untuk digunkan sebagai tempat bermain anak-anak juga untuk melaksanak-anakan upacara bendera setiap hari senin. Kondisi di


(46)

sekitar sekolah ini banyak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang dan dikelilingi persawahan sehingga suasana terasa nyaman dan mendukung untuk proses pembelajaran.

Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting didalam kelas, yaitu pada saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung di SD Negeri 1 Blunyahan. Kelas V SD Negeri Blunyahan dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan awal proses pembelajaran awal dalam proses pembelajaran membaca dan wawancara dengan Bapak Eka selaku guru guru mata pelajaran bahasa Indonesia, bahwa hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V memiliki rata-rata 60. Sehingga perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam peningkatan keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Madya, 1994: 25), seperti yag tampak pada gambar tersebut:


(47)

Gambar 1. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap silkus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut.

1. Perencanaan

2. Tindakan / Pelakasanaan 3. Observasi / Pengamatan 4. Refleksi.

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Blunyahan. Kemudian bersama guru kelas yang bersangkutan peneliti melakukan identifikasi masalah. Setelah peneliti dan guru mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara, peneliti bersama guru merangcang

Keterangan: Siklus 1:

Perencanaan 1 Tindakan 1 Pengamatan 1 Refleksi 1 Siklus 2

Perencanaan 2 Tindakan 2 Pengamatan 2 Refleksi 2


(48)

pelaksanaan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara.

Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada dikelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan metode diskusi yang diyakini mampu meningkatkan keterampilan berbicara. Tahap-tahap yang dilaakukan adalah sebagai berikut.

a. Menemukan masalah penelitian yang ada dilapangan. Dalam tahap ini peneliti bersama guru kelas berdiskusi melalui observasi di dalam kelas.

b. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan setiap hari senin, kamis, dan jumat sesuai jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri Blunyahan. c. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran yaitu menyusun RPP dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V pada siklus 1. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya.

2. Tindakan / pelaksanaan

Merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu melakukan tindakan pembelajaran di kelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengajar dengan RPP yang telaah dibuat oleh peneliti dengan guru sebelumnya.


(49)

3. Observasi / pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer. Pengamatan ini tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan dilakukan pada waktu tindakan berlangsung. Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pengamatan ini mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi. Data yang dikumpulkan adalah data tentang proses perubahan kinerja pembelajaran akibat implementasi tindakan (keberhasilan proses) dan hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksaan (kebehasilan produk).

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan. Data atau hasil perubahan setelah adanya tindakan dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap perlu untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya. Apabila pada tindakan pertama hasil dari pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perubahan rencana tindakan pada siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya. Dalam upaya memperbaiki tindakan pada siklus yang berikutnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil observasi, baik proses maupun produk.

Keempat komponen di atas merupakan satu siklus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian siklus adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri


(50)

dari: 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan/tindakan (action), 3) observasi/pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Silkus kedua akan dilakukan dengan tahap yang sama apabila pada siklus pertama belum mencapai indikator keberhasil atau tujuan.

Keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus merupakan keputusan bersama antara peneliti dan guru kelas V sepakat bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana dan telah mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

E.Teknik pengumpulan Data 1. Tes

Suharsimi Arikunto (2006: 150) berpendapat tes adalah seretan pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahauan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan menggunakan dua cara yaitu ingatan dan pemahaman. Ketepatan dalam memahami bacaan yang terdiri dari kemampuan memahami makna kata dalam kalimat, kemampuan memahami paragraf, kemampuan menangkap ide, kemampuan menentukan garis besar dan kemampuan dan kemampuan menyimpulkaan bacaan.


(51)

2. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, aspek-aspek yang diobservasi adalah perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. seperti keaktifan siswa, perhatian siswa dalam merespon tugas, dan menyimpulkan materi setelah proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya yang bersifat tertulis. Artinya dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara meneliti sumber tertulis yang sudah tersedia. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa foto-foto saat proses pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non-test hal tersebut dikarenakan variabel terikat yang berupa keterampilan berbicara tidak dapat diuji secara tertulis. Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes Berbicara

Menurut Ahmad Rofi Udin dan Darmiyati Zuhdi(1999: 239) Tes berbicara dilakukan secara praktik, dapat berupa presentasi hasil diskusi, bercerita, berdialog dalam permainan drama, dan mengungkapkan pendapat dalam tanya jawab dengan guru. Tes ini dilakukan pada awal sebelum diberikan treatment,


(52)

serta diberikan pada akhir setelah treatment selesai diberikan. Tujuan diadakannya tes adalah untuk mengetahaui peningkatan yang terjadi pada keterampilan berbicara siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment oleh peneliti. Berikut adalah kisi-kisi tes keterampilan berbicara dan rubrik penilaian (Ahmad Rofi udin dan Darmiyati Zuhdi, 1999 : 244).

Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara

No. Aspek Yang Dinilai Indikator Skor

Maksimal

1. Kebahasaan Tekanan 16

Ucapan 12

Kosakata 16

Struktur kalimat 24

2. Non- Kebahasaan Keberanian 16

Kelancaran 16

Jumlah 100

Adapun rubrik yang menjadi dasar atau acuan dalam pemberian skor dalam keterampilan berbicara siswa seperti di bawah ini.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No Aspek

Penilaian

Indikator Skor Kriteria 1 Tekanan Jika penempatan nada, tekanan, dan

jeda sudah tidak tepat

13-16 Sangat baik tekanan tepat, namun tekanan, tetapi

jeda kurang tepat

9-12 Baik Jika penempatan nada tepat, naamun

tekanan, jeda belum tepat

5-8 Kurang Jika penempatan nada,tekanan, dan

jeda belum tepat

1-4 Kurang Baik 2 Ucapan Jika pembicaraan mudah

dipahami,vokal jelas, dan tidak ada pengaruh bahasa daerah atau bahasa yang tidak baku.

10-12 Sangat baik


(53)

No

Aspek penilaian

Indikator Skor Kriteria

Jika pembicaraan mudah dipahami, tetapi vokal kurang jelas, dan kadang terpengaruh bahasa yang tidak baku

7-9 Baik

Jika pembicaraan sulit dipahami, vokal kurang jelas, dan terpengaruh bahasa yang tidak baku

4-6 Kurang

Jika pembicaraan tidak dapat dipahami, vokal tidak jelas, suara tidak terdengar, dan terpengaruh bahasa yang tidak baku

1-3 Kurang baik 3 Kosakata Jika kosakata banyak, penggunaan dan

pengucapan sudah benar

13-16 Sangat baik Jika kosakata terbatas, tetapi

penggunaan dan pengucapan sudah benar

9-12 Baik

Jika kosakata terbatas, kurang tepat penggunaannya, tetapi sudah benar mengucapkannya

5-8 Kurang

Jika kosakata terbatas, kurang tepat penggunaannya,dan sering salah mengucapkannya.

1-4 Kurang baik 4 Struktur

kalimat

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, dapat menempatkan subyek,predikat, obyek secara tepat, dan sudah ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.

19-24 Sangat baik

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, dapat menempatkan subyek,predikat, obyek secara tepat, namun belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.

13-18 Baik

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, namun masih belum bisa menempatkan subyek, predikat, obyek secara tepat, dan belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain

7-12 Kurang

Kalimat yang diucapkan belum sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, masih belum bisa menempatkan subyek, predikat, obyek secara tepat, serta belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lain.

1-6 Kurang baik


(54)

5 Keberanian Jika siswa mampu presentasi di depan kelas dengan berani, tanpa gugup, disertai gerak-gerik untuk mendukung pembicaraan, serta tatapan mata yang mengarah pada pendengar

13-16 Sangat Baik

Jika siswa mampu presentasi di depan kelas tanpa gugup, namun belum ada gerak tubuh dan belum berani menatap teman

9-12 Baik

Jika siswa sudah berani maju ke depan kelas untuk presentasi, walau ada rasa takut dan gugup

5-8 Kurang

Jika siswa belum berani berbicara di depan kelas, hanya mampu berbicara di tempat duduk

1-4 Kurang baik 6 Kelancaran Kalimat lancar dan tidak terputus-putus 13-16 Sangat

Baik Kalimat lancar tetapi kurang stabil 9-12 Baik Lambat, kalimat lancar tetapi ada bunyi

/e/, /anu/, em/, dan lain-lain

5-8 Kurang baik Lambat, kalimat putus-putus, jeda

panjang, dan kalimat pendek-pendek

1-4 Kurang baik

2. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang berisi daftar aspek-aspek pokok mengenai pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, dan guru. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan telah selesai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran yang menggunakan metode diskusi. Berikut adalah contoh lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses penerapan metode diskusi.


(55)

Tabel 4. Lembar Observasi Guru Dalam Proses Penerapan Metode Diskusi

No Indikator Aspek yang diamati Keterangan

1 Guru

mengemukakan masalah

Menemukan masalah yang akan didiskusikan

4 3 2 1

Memberikan pengarahan seperlunya 2 Guru

membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok diskusi

Memilih pimpinan ketua,sekertaris, pencatat.

Mengatur tempat duduk, ruangan, saranan.

3 Siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing

Guru berkeliling dari kelompok satu dengan kelompok lain

Memberikan ketertiban serta dorongan dan bantuan sepenuhnya

4 Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya

Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut

5 Siswa

mengumpulkan hasil

diskusinya

Guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap- kelompok

Skor mentah Total Persentase


(56)

Tabel 5. Lembar Observasi Siswa dalam Proses Penerapan Keterampilan Berbicara

No Aspek yang diamati Keterangan

4 3 2 1

1 Siswa membahas masalah yang akan didiskusikan 2 Siswa berpartisipasi dalam

kelompoknya

3 Siswa aktif dalam

mengajukan pendapat kepada guru

4. Aspek yang diamati Keterangan

hal yang belum dimengerti

pada pembelajaran

keterampilan berbicara yang

menggunakan metode

diskusi

4 3 2 1

5 Siswa senang saat diberi tugas memerankan tokoh drama dan

6 Siswa aktif saat

mengerjakan tugas dalam kelompok diskusinya yang diberikan oleh gurunya

7 Setiap kelompok

melaporkan hasil diskusinya 8 Masing-masing siswa dalam tiap kelompoknya wajib

membacakan hasil

diskusinya

9 tiap kelompok akan

mengoreksi hasil diskusi kelompok lain

10 Siswa mengumpulkan hasil diskusinya.

Skor Mentah Total Persentase


(57)

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diterapkan yaitu secara kuantitatif menggunakan statisti deskriptif dengan mencari rerata. Teknik mencari rerata digunakan dalam menganalisis hasil penelitian keterampilan berbicara siswa dalam satu kelas. Selain teknik rerata digunakan pula teknik persentase yang bertujuan untuk mengetahaui seberapa besar persentase siswa yang telah memenuhi KKM. Berikut adalah rumus mencari rerata menurut Sudjana (2010: 109) dan teknik persentase yang digunakan.

X= � = ∑ � � Keterangan

X = rata-rata kelas ∑X = jumlah nilai siswa N = banyaknya siswa Kriteria hasil penilaian siswa

Tabel 6. Kriteria Penilaian

Skor Kriteria

81- 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 -40 Kurang

0 -20 Sangat kurang

H.Kriteria keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahaui tingkat keberhasilan suatu penelitian, perlu adanya kriteria atau acuan dalam pengukuran. Pada penelitian ini digunakan dua kriteria keberhasilan, yaitu kriteria keberhasilan proses pembelajaran keterampilan


(58)

berbicara dan kriteria dan kriteria keberhasilan keterampilan berbicara. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran keterampilan berbicara ditentukan berdasarkan persentase observasi aktivitas siswa yang mencapi 81%- 100% atau masuk dalam kriteria “sangat baik”. Ketercapaian tersebut ditunjukan dengan kondisi siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyatakan pendapat, siswa lebih partisipatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa bebas mengeskspresikan diri, siswa lebih kreatif dalam belajar, serta siswa menjadi lebih berani dan percaya diri tampil di depan kelas. Kriteria keberhasil keterampilan berbicara siswa dilakukan dengan membandingkan hasil tes sebelum tindakan dengan dan sesudah tindakan yang bertujuan. Penelitian ini dipandang berhasil jika nilai rata-rata kelas keterampilan berbicara minimal 70 (KKM).


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta dalam pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1. Deskripsi kondisi awal

Penelitian diawali dengan pengamatan peneliti di kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara siswa. dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta untuk mengetahaui kondisi awal keterampilan berbicara siswa sebelum melakukan tindakan penelitian.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia langkah-langkah yang dilakukan guru adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis kembali teks cerita tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemudian siswa diminta untuk membaca sendiri. Setelah itu, satu per satu dari siswa maju ke depan untuk membaca hasil tulisan terkait peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar secara lisan tanpa membawa teks telah di buat siswa sebelumnya. Berdasarkan pengamatan tersebut, ditemukan permasalahan dalam pembeajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan mengungkapkan pendapatnya kedalam kalimat yang benar. Siswa cenderung


(60)

malu dan takut untuk mengutarakan pendapatnya dan kurang percaya diri karena belum terbiasa untuk berbicara didepan kelas atau didepan umum. Siswa takut salah maka pembelajaran keterampilan berbicara siswa pun masih rendah. Pada saat teman maju di depan kelas siswa yang sibuk bermain dengan teman sebangkunya. Siswa tidak memperhatikan apa yang disampaikan temannya yang sedang maju. Siswa merasa tidak penting pembelajaran keterampilan berbicara karena kurang menarik minat siswa.

Guru kurang memaksimalkan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan berbcara. Dimana guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dari pada menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Kurang memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan motivasi terhadap siswa, sehingga siswa kurang kurang keberanian dalam mengutarakan pendapat atau idenya. Nilai rerata keterampilan berbicara pada pratindakan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7. Nilai Rerata Keterampilan Berbicara Siswa Pada Pratindakan.

Kelas Nilai Rerata

V 65,58

Berdasarkan hasil nilai pratindakan, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rerata keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta masih rendah sebesar 65,58. Nilai tersebut belum mencapai KKM


(61)

yang telah ditetapkan yaitu 70. Oleh karena itu pembelajaran keterampilan berbicara perlu menggunakan metode yang tepat untuk meningkat keterampilan berbicara siswa. metode yang tepat adalah metode diskusi, diharapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Blunyahan Bantul Yogyakarta.

2. Deskripsikan Pelaksanaan Tindakan siklus I a. Perencanaan tindakan siklus I

Tahap perencanaan tindakan siklus I dimulai dari penemuan masalah yang dilanjutkan dengan merancang tindakan yang akan dilakukan adala sebagai berikut.

1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi peristiwa yang terjadi disekitar dengan menggunakan metode diskusi. Pembuatan desain RPP tersebut telah disetujui oleh dosen pembimbing yang kemudian didiskusikan lagi dengan guru kelas V guna untuk menyamakan persepsi antara guru dan peneliti.

3) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)

4) Menyiapkan dan menyusun instrumen penelitian meliputi: a) Soal tes

b) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pada tahap siklus I ini guru dan peneliti berkolaborasi untuk


(62)

melaksanakan siklus I dimana guru sebagai pengajar dan peneliti sebagai asisten guru sekaligus sebagai observer, selain peneliti ada juga observer satu membantu peneliti dan guru untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada siklus satu ini. Pelaksanaan tindakan siklus I ini dibagi menjadi 3 kali pertemuan dalam satu siklus dengan pembagian serta penjelasan dalam tiap-tiap pertemuan sebagai berikut :

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 20 April yang membahas peristiwa yang terjadi disekitar “banjir dan tanah longsor” pelaksanan pertemuan pembelajaran I ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan berdoa bersama serta mengecek kehadiran siswa. kemudian guru memberikan apersepsi dan bertanya kepada siswa “ siapa yang menonton TV tadi pagi” ada beberapa anak menjawab saya pak”. Kemudian guru menunjukan gambar banjir dan bertanya kepada siswa “anak-anak gambar apa ini”? siswa menjawab gambar banjir pak. Kemudian “ guru bertanya” kenapa bisa terjadinya banjir? Siswa menjawab karena buang sampah sembarang tempat pak. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Pada kegiatan ini peneliti membantu guru untuk membagi teks cerita kepada siswa. siswa kemudian diarahkan oleh gurunya untuk membaca teks cerita dan cermati baik-baik teks cerita dengan teman kelompok dan meminta siswa untuk membaca teks sampai selesai kemudian membaca ulang untuk lebih memahami teks cerita tersebut dengan membaca teks cerita secara


(63)

bergiliran. Kemudian guru bertanya kepada siswa tentang permasalahan yang ada dalam teks cerita berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan dalam teks cerita. Guru meminta siswa untuk memperhatikan unsur-unsur 5W1H. Setelah menemukan permasalahan 5W1H peneliti membantu guru untuk membagikan LKS dan mengerjakan secara berkelompok, kemudian peneliti juga memperhatikan siswa di tiap-tiap kelompok untuk membimbing siswa jika ada yang belum paham dengan teks cerita. Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa mewakili dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara untuk siswa lain memberikan pertanyaan kepada kelompok yang dipresentasi.

2) Pertemuan 2

Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada tanggal 28 April 2016 yang membahas peristiwa yang terjadi disekitar yaitu peristiwa tanah longsor. Guru mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdoa bersama serta mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya” siapa yang rumahnya pernah mengalami benacana? selanjutnya guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran ini guru mengarahkan siswa untuk membacakan teks cerita secara berkelompok sampai selesai, kemudian guru meminta siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam teks cerita dan beberapa siswa yang ada dalam masing-masing kelompok untuk menuliskan kata-kata yang penting yang menunjukan soal pertanyaan seperti 5W1H. setelah itu, peneliti dan guru membagikan soal LKS untuk dikerjakan oleh


(64)

siswa. siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan salah satu dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kemudian siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan kepada kelompok yang dipresentasi. Kegiatan penutup, siswa mengerjakan soal evaluasi sebelum melanjutkan kerja soal evaluasi siswa diminta untuk membaca ulang teks cerita agar lebih memahami dan mudah menjawab soal evaluasi. Setelah membahas soal evaluasi guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetap semangat belajar. Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan memberi salam.

3) Pertemuan 3

Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada tanggal 29 april dan membahas cerita tentang pencurian motor yang terjadi dilingkungan sekitar pertemuan ke-3 ini pertemuan akhir dari siklus 1 dan siswa juga akan mengerjakan soal post tes yang berkaitan dengan isi cerita tentang peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Kegiatan awal, dimulai dengan guru memberi salam dan mengajak siswa untuk berdoa bersama kemudian guru memberikan apersepsi dengan bertanya ‘‘ siapa yang pernah lihat orang mencuri dirumah atau disekolah?’’. Sayapak’’ dengan seru anak-anak menjawab. Kemudian guru meminta siswa untuk menceritakan kejadian mencuri tersebut. Setelah selesai bercerita guru menyampaikan judul pembelajaran dari cerita tersebut. Kegiatan inti dimulai dengan membagikan teks cerita dan meminta siswa untuk membaca teks cerita sampai selesai. Kemudian siswa diminta untuk pahami dengan teks cerita lalu mengidetifikasi masalah-masalah yang


(65)

dalam teks cerita tersebut kemudian memberikan solusi terkait masalah tersebut. Setelah itu siswa melanjutkan dan membaca kembali teks cerita untuk lebih pahami dengan masalah-masalah yang terjadi dalam teks cerita tersebut. Kemudian siswa mengerjakan soal LKS dalam kelompok maasing-masing, siswa mendiskusikan kembali dengan teman terkait pokok-pokok permasalahan dalam teks cerita tersebut kemudian siswa akan mengisi dilembaran jawaban atau LKS. Dari setiap siswa dalam kelompok diskusinya akan mencari solusi terkait teks cerita dan setelah pekerjaan mereka selesai setiap kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi mereka ke-kelompok lain dan siswa yang masih sisa dalam kelompok sendiri akan memberikan saran kepada kelompok yang presentasi agar saling mengisi kepada teman kelompok yang belum tepat dengan jawaban kelompok lain.

Pada kegiatan akhir, siswa diberikan soal evaluasi dan tidak saling menyontek pekerjaan teman serta teks cerita tutup, siswa mengumpulkan pekerjannya. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Setelah itu, guru memberikan pesan terkait teks cerita dan guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat belajar kemudian menutup pemebelajaran dengan doa bersama-sama serta memberi salam.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Hasil observasi berupa catatan lapangan baik aktivitas guru maupun aktivitas


(66)

siswa untuk mengetahaui sejauhmana peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi.

1). Kegiatan Guru

Dalam kegiatan guru Peneliti melakukan observasi pada kegiatan awal guru hingga akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, guru sudah menerapkan kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode diskusi dengan baik sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Diawal pembelajaran, guru mengkondisikan kelas dan dibantu oleh peneliti untuk siap kegiatan belajar mengajar. Sebelum memasuki materi yang inti guru meyampaikan apersepsi berupa pertanyaan yang memancing siswa kearah materi agar siswa tetap fokus pada inti pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan apa yang saja harus dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode diskusi. guru juga menyampaikan bagaimana cara membaca teks cerita dengan baik dan mengingatkan kepada siswa untuk mengetahaui kalimat yang penting yang harus diperhatikan dalam teks cerita tersebut.

Pada saat pembagian kelompok kelas tetap dalam kondisi awal pembelajaran. guru tidak meminta siswa untuk memindahkan tempat duduk atau membentuk kelas dalam bentuk letter U untuk belajar lebih leluasa berbicara dalam kelompok masing-masing sehingga siswa mudah untuk mengutarakan pendapat kepada guru maupun kepada kelompok lainnya.


(67)

Gambar 2. Kegiatan guru saat memberikan motivasi.

Selain peneliti mengamati setiap masing-masing kelompok siswa yang maju, guru jarang berkeliling untuk memantau siswa serta mengingatkan kesalahan siswa pada saat presentasi atau pada saat siswa mengerjakan tugas di kelompoknya.

Pada kegiatan akhir, guru bertanya kepada siswa terkait 5W1H dalam cerita tersebut. Guru meminta satu per satu dari siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Dimana siswa mengemukakan pendapatnya untuk melatih berbicara didepan guru dan teman-temannya. Guru juga akan membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran dan mengingatkan siswa untuk lebih ingat lagi terkait 5W1H dalam teks cerita tersebut.

2). Kegiatan siswa

Pada kegiatan siswa, peneliti juga melakukan observasi terhadap kegiatan siswa untuk mengetahaui sejauh mana kegiatan siswa dalam pembelajaran keterampilam berbicara dengan menggunakan metode diskusi.


(68)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus 1 sangat baik. Dilihat dari kondisi siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara respon siswa sangat mendukung untuk tetap fokus pada kegiatan belajar mengajar sehingga siswa akan lebih mudah untuk mengemukakan pendapatnya. Namun ada beberapa siswa yang kurang merespon penjelasan dari guru dan menjawab pertanyan-pertanyaan yang diberikan guru. siswa harus ditunjuk oleh guru untuk mengemukakan pendapatnya karena siswa-siswa tersebut cenderung malu dan takut untuk mengutarakan pendapatnya.

Gambar 3. Guru dan Siswa saat Menjelaskan Materi dalam Kelompok.

Kerja sama di antara kelompok juga belum terbentk sempurna karena dalam kelompok tersebut terdapat siswa yang masih berkeliling di kelompok lain tanpa sepengetahauan guru. Setiap kelompok kurang adanya kerja sama masih ada siswa siswa asyik bermain sendiri. Tetapi ada beberapa aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan siswa dalam berbicara khususnya saat menggunakan metode


(69)

maksimal, penempatan tekanan, nada, sendi belum sepenuhnya tepat, pilihan kata kurang bervariasi sehingga siswa terlihat tegang dan malu berbicara. Namun siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi, hal itu terlihat siswa mulai semangat untuk siap menerima pembelajaran. walaupun siswa masih kurang percaya diri dalam mengutarakan pendapat dengan menggunakan metode diskusi, tetapi dengan motivasi dari guru siswa siap untuk belajar dan siswa berani mengikuti motivasi dari guru agar tetap semangat belajar terutama berbicara didepan umum.

d. Refleksi dan revisi tindakan siklus I 1). Refleksi

Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran berbicara masih ada terjadi masalah dilapangan antara lain: a) beberapa siswa sukar di bentuk bekerja dalam bentuk kelompok. Namun metode diskusi dapat meningkat proses pembelajaran berbicara terlihat dapat meningkatkan perhatian siswa. b) guru menjelaskan agar aspek-aspek berbicara siswa bisa terlihat lebih jelas, tetapi respon siswa kurang maksimal sehingga hasil penilaian aspek berbicara masih rendah, c) suasana kelas kurang kondusif sering terjadi keributan pada saat diskusi, d) disetiap kelompok wajib untuk presentasi, tetapi masih ada siswa di kelompok lain lebih asyik bermain sendiri dengan teman sebangkunya tidak memperhatikan teman yang maju di depan kelas, e) tiga siswa merasa malu maju ke depan kelas, takut, dan kurang percaya diri pada saat mempresentasi hasil diskusinya.


(70)

Penggunaan metode diskusi dapat meningkat proses pembelajaran: 1) siswa aktif dalam mengajukan pendapat kepada guru, 2) siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti pada pembelajaran keterampilan berbicara yang menggunakan metode diskusi, 3) siswa senang saat diberi tugas terkait soal dalam teks cerita, 4) siswa aktif saat mengerjakan tugas dalam kelompok diskusinya yang diberikan oleh gurunya, 5) setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan 6) tiap kelompok akan mengoreksi hasil diskusi kelompok lain.

Peningkatan nilai rerata keterampilan berbicara dengan menggunakan metode diskusi pada siklus I sebesar 3,21, yang kondisi awal 65,58 meningkat menjadi 68,79. Untuk lebih jelasnya, lihat tabel dibawah ini.

Tabel 8. Peningkatan Nilai Rerata Keterampilan Berbicara pada Siklus I

Kelas Nilai rerata

V Pratindakan Siklus I

65,58 68,79

Perolehan hasil keterampilan berbicara diatas dapat disajikan gambar klasifikasi berikut.


(71)

Gambar 4. Diagram Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Pratindakan Dan Tindakan Siklus 1

2). Revisi

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi siklus 1, maka perencanaan siklus 1 revisi seperti berikut.

a) Setiap kelompok terdiri dari yang pandai dan yang cukup, b) Perpindahan posisi tempat duduk kedalam kelompok,

c) Guru memberikan penjelasan tentang aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang harus diperhatikan oleh siswa pada saat berbicara yang berkaitan dengan metode diskusi,

d) Menciptakan suasana kelas yang kondusif selama pembelajaran berlangsung dan guru harus aktif dalam mengkodisikan kelas,

e) Pemberian reward pada kelompok siswa yang bekerja dengan sempurna bentuknya dengan member tepuk tangan dan support dari guru kelas,

20 30 40 50 60 70 80

bvh 65

68

Pra Tindakan Siklus I


(1)

Lampiran 22.

Lembar Kegiatan Siswa Saat Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus I Pertemuan III

No Nama Aspek yang Diamati Jumlah

1 2 3 4

1 YS 2 3 3 4 12

2 PR 2 4 4 4 14

3 DP 2 3 4 4 13

4 RD 1 3 4 4 12

5 AF 2 3 4 4 13

6 AD 1 3 3 4 11

7 AS.C 1 3 3 4 11

8 DK 2 2 3 4 11

9 DP 1 3 3 4 11

10 ES 1 3 3 4 11

11 IT 1 3 4 4 12

12 KS 2 3 4 4 13

13 NP 1 3 3 4 12

14 NS 1 3 3 4 12

15 OH 2 4 4 4 13

16 PL 1 3 3 3 10

17 RP 2 3 3 3 11

18 VP 2 4 3 4 13

19 WS 1 3 4 3 11

20 YM.P 2 3 4 4 13

21 ZM 2 3 3 4 12

22 ZD 2 3 3 4 12

23 AD 2 3 3 4 12


(2)

Lampiran 23.

Lembar Kegiatan Siswa Saat Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan II

No Nama Aspek yang Diamati Jumlah

1 2 3 4

1 YS 4 3 4 4 15

2 PR 4 4 4 4 16

3 DP 3 3 4 4 14

4 RD 3 4 4 4 15

5 AF 4 3 4 4 15

6 AD 3 4 4 4 15

7 AS.C 3 3 4 4 14

8 DK 4 4 4 4 16

9 DP 3 3 4 4 14

10 ES 4 4 4 4 16

11 IT 3 3 4 4 14

12 KS 4 4 4 4 16

13 NP 3 3 3 4 13

14 NS 3 3 3 4 13

15 OH 4 4 4 4 16

16 PL 3 3 3 3 12

17 RP 4 3 3 3 13

18 VP 4 4 3 4 15

19 WS 3 3 4 3 13

20 YM.P 3 4 4 4 15

21 ZM 4 4 3 4 15

22 ZD 4 4 4 4 16

23 AD 4 4 3 4 15


(3)

Lampiran 24.

Lembar Kegiatan Siswa Saat Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siklus II Pertemuan III

No Nama Aspek yang Diamati Jumlah

1 2 3 4

1 YS 4 4 4 4 16

2 PR 4 4 4 4 16

3 DP 3 4 4 4 15

4 RD 3 4 4 4 15

5 AF 4 3 4 4 15

6 AD 3 4 4 4 15

7 AS.C 4 3 4 4 15

8 DK 4 4 4 4 16

9 DP 3 3 4 4 14

10 ES 4 4 4 4 16

11 IT 4 3 4 4 15

12 KS 4 4 4 4 16

13 NP 4 3 4 4 15

14 NS 4 3 4 4 15

15 OH 4 4 4 4 16

16 PL 3 3 4 4 14

17 RP 4 3 4 4 15

18 VP 4 4 3 4 15

19 WS 3 3 4 3 13

20 YM.P 3 4 4 4 15

21 ZM 4 4 3 4 15

22 ZD 4 4 4 4 16

23 AD 4 4 3 4 15


(4)

(5)

(6)