Pasar Bersangkutan Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha T2 322010007 BAB II

95 diakibatkan kepemilikan silang antar perusahaan yang bersangkutan. 9. Pasal 28 Perusahaan yang memiliki posisi dominan dapat merupakan perusahaan hasil dari penggabungan beberapa perusahaan, peleburan dalam satu kelompok perusahaan danatau pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan lain. Elaborasi Pasal 25 tentang penyalahgunaan posisi dominan ini dengan beberapa Pasal lain yang telah diuraikan di atas tidak berimplikasi pada penerapan Pasal oleh KPPU. Artinya, KPPU dapat menerapkan Pasal 25 sebagai dakwaan tunggal apabila terkait struktur pasar, ataupun menggunakan pasal lain dakwaan berlapis yang terkait dengan pembuktian struktur pasar dan perilaku dari terlapor dalam menyelidiki dugaan penyalahgunaan posisi dominan. 38

C. Pasar Bersangkutan

Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu atau daerah tertentu oleh pelaku usaha atas barang 38 Ibid 96 danatau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang danatau jasa tersebut. 39 Pengertian pasar bersangkutan ini lebih menekankan pada konteks horizontal yang menjelaskan posisi pelaku usaha beserta pesaingnya. Hal ini dapat dikategorikan dalam dua perspektif yaitu pasar berdasarkan produk.terkait dengan kesamaan atau kesejenisan danatau tingkat substitusinya dan pasar berdasarkan geografis yang terkait dengan jangkauan danatau daerah pemasaran. Dari definisi pasar bersangkutan di atas, maka terdapat unsur-unsur penting yang terkandung didalamnya yaitu: 1. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang danatau jasa. 40 2. Jangkauan atau daerah pemasaran Mengacu pada penetapan pasar bersangkutan berdasarkan aspek geografis atau daerah teritori yang merupakan lokasi pelaku usaha melakukan kegiatan usahanya, danatau lokasi ketersediaan atau peredaran produk dan jasa danatau dimana beberapa daerah memiliki 39 Pasal 1 angka 10 UU No.5 tahun 1999. 40 Ibid., Pasal 1 angka 1 97 kondisi persaingan relatif seragam dan berbeda dibanding kondisi persaingan dengan daerah lainnya. 3. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 4. Sama atau sejenis atau substitusi. 41 Mengacu pada definisi pasar bersangkutan berdasarkan produk, maka produk bisa dikategorikan dalam pasar bersangkutan atau dapat digantikan satu sama lain apabila menurut konsumen terdapat kesamaan dalam hal fungsi atau penggunaan, karakter spesifik, serta perbandingan tingkat harga produk tersebut dengan harga barang lainnya. Jika dilihat dari sisi penawaran, barang substitusi merupakan produk yang potensial dihasilkan 41 Peraturan KPPU Nomor 3 tahun 2009 tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999. 98 oleh pelaku usaha yang berpotensi masuk ke dalam pasar tersebut. Pendefinisian pasar bersangkutan ini merupakan salah cara untuk mengidentifikasi seberapa besar penguasaan produk tertentu dalam pasar tersebut oleh suatu pelaku usaha. Dalam pasar bersangkutan yang cakupan terlalu sempit, maka sangat mungkin pelaku usaha yang menguasai produk tertentu dinilai menjadi pemegang posisi dominan. Akan tetapi sebaliknya apabila definisi pasar produk tersebut cakupannya terlalu luas, maka bisa jadi pelaku usaha tersebut tidak dinilai sebagai pemegang posisi dominan. Dalam hal inilah maka pendefinisian pasar menjadi sangat strategis keberadaannya karena melalui pendefinisian ini maka berbagai kondisi faktual di pasar bisa dianalisis dalam perspektif persaingan. Seperti yang sudah dijelaskan di sebelumnya, pasar bersangkutan memiliki dua aspek utama yakni produk dan geografis lokasi. 42 Pasar produk, terdiri atas 2 dua bagian yaitu: 1 Pasar produk upstream, yakni pemasok memiliki susbtitusi terhadap peritel yang akan dipasok 42 Ibid 99 2 Pasar produk downstream, yakni substitusi dari produk yang ditawarkan oleh peritel kepada konsumen akhir. Penentuan pasar bersangkutan tidak selalu mudah jika dilihat dari prakti selama ini, karena produk yang satu bisa saja berdekatan dengan produk yang lain sehingga menimbulkan pertanyaan apakah keduanya berada dalam pasar produk yang sama atau tidak. Salah satu contoh menarik tentang hal ini terjadi di Amerika Serikat dalam kasus U.S.v.E.I. du Pont de Nemours Company 1958. Dalam kasus tersebut, Mahkamah Agung Amerika Serikat dihadapkan pada persoalan tentang apakah du Pont memonopoli pasar produk cellophane sejenis perekat dari bahan plastik. Jika pasar produk dalam kasus itu secara konkret diartikan sebagai “pasar produk cellophane ”, du Pont memiliki pangsa pasar sebesar 75, suatu presentase yang cukup untuk mengatakan bahwa du Pont memonopoli pasar. Namun, persoalannya pasar produk bisa sedikit diperluas bukan hanya terbatas pada pasar produk cellophane, melainkan juga meliputi produk-produk yang „berdekatan‟ yang bersama-sama dengan cellophane bisa digolongkan sebagai produk „alat untuk mengemas paket‟ packaging materials, seperti 100 alumunium foil, glasine, dan polyethilene. Jika pasar produk dalam kasus ini diartikan sebagai pasar produk „packaging materials‟, du Pont dengan cellophane-nya hanya menguasai 20 pangsa pasar, angka presentase yang tidak cukup untuk mengatakan bahwa perusahaan itu melakukan monopoli. Untuk membantu menentukan pasar produk tertentu yang tidak selalu mudah, konsep yang bisa digunakan adalah “cross-elasticity demand” atau dapat tidaknya produk yang satu digantikan oleh produk yang lain. Jika dua produk bisa saling menggantikan meskipun secara spesifik berbeda, bisa saja ditetapkan bahwa ke dua produk tersebut berada dalam produk yang sama. Konsep inilah yang juga diadopsi oleh Reed, hakim yang menangani kasus du Pont. Dalam kasus tersebut Reed mengatakan: “An element for consideration as to cross elasticity of demand between products is the responsiveness of the sales of one products to price changes of the other. If a slight decrease in the price cellophane causes considerable numbers of customers of other flexible wrappings to switch to cellophane, it would be an indication that a high cross elasticity of demand exist between them; that the product complete in the same market.” 43 43 Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 37 101 Pasar geografis, terdiri atas 2 dua bagian yaitu: 1 Pasar geografis upstream, yakni lokasi atau daerah peritel memperoleh pasokan. 2 Pasar geografis downstream, yakni peralihan pembeli antar peritel. Pasar produk dalam hal ini ialah produk-produk pesaing dari produk tertentu ditambah dengan produk lain yang bisa menjadi substitusi dari produk tersebut. Produk lain menjadi substitusi sebuah produk jika keberadaan produk lain tersebut membatasi ruang kenaikan harga dari produk tersebut. Sedangkan pasar geografis adalah wilayah dimana suatu pelaku usaha dapat meningkatkan harganya tanpa menarik masuknya pelaku usaha baru atau tanpa kehilangan konsumen yang signifikan, yang berpindah ke pelaku usaha lain di luar wilayah tersebut. Biasanya hal seperti ini terjadi karena biaya transportasi yang harus dikeluarkan konsumen tidak signifikan, sehingga tidak mampu mendorong terjadinya perpindahan konsumsi produk tersebut. Jika dalam sebuah negara dijual sebuah produk dengan biaya transportasi yang tidak signifikan, maka pasar geografis produk tersebut adalah seluruh wilayah negara tersebut. Di sisi lain, jika pelaku usaha menjual produk dalam satu wilayah 102 tertentu dan konsumen tidak memiliki akses terhadap produk dari luar wilayah tersebut, maka juga dapat disimpulkan bahwa pasar geografis produk tersebut adalah wilayah tersebut. Apabila batas wilayah pasar geografis suatu produk tidak dapat ditentukan dengan mudah, maka penetuan batasan pasar geografis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi apakah kenaikan harga di suatu daerah secara substansial mampu mempengaruhi suatu daerah yang lain. Bila demikian, maka kedua lokasi tersebut berada pada pasar yang sama. Pada perkembangan yang terjadi, pendekatan terhadap elastisitas permintaan dan penawaran dapat dilakukan melalui analisis preferensi konsumen, dengan menggunakan dua parameter utama pada pasar produk sebagai alat pendekatan 44 yaitu: a Faktor harga. Faktor harga yang dipertimbangkan dalam menentukan pasar bersangkutan yaitu harga produk yang mencerminkan harga pasar yang wajar atau kompetitif. Proses analisis terhadap harga yang tidak wajar atau non kompetitif cenderung menghasilkan 44 Peraturan KPPU Nomor 3 tahun 2009 tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999. 103 estimasi pasar bersangkutan yang terlalu luas, Produk-produk yang dianalisis tidak harus memiliki kesamaan harga, karena variasi harga dari produk-produk yang dianalisis sangat mungkin terjadi. Inti analisis terhadap parameter harga bukan pada besaran nominal, tapi pada reaksi konsumen terhadap perubahan harga yang terjadi pada produk yang dimaksud, Peningkatan harga secara hipotetis harus hanya terjadi di produk A sementara harga produk substitusi tidak berubah. Dengan kata lain, peningkatan harga A tidak boleh memiliki dampak inflasi, Peningkatan harga harus diasumsikan berkesinambungan, yaitu berlangsung lama non transitory. Fluktuasi harga jangka pendek dan cyclical sebisa mungkin dikeluarkan exclude untuk menghindari ketidakakuratan dalam pengolahan dan analisis perubahan harga. Peningkatan harga hipotetis harus sedikit saja namun signifikan. Sehingga dengan sedikitnya kenaikan harga maka respon pembeli hanya berpindah ke produk yang merupakan substitusi. b Faktor karakter dan kegunaan produk 104 Parameter mengenai karakter atau cirri suatu produk dan kegunaan fungsi, dalam hal ini produk dalam suatu pasar tidak harus memiliki kualitas yang sama. Oleh karena saat ini tingkat diferensiasi produk sudah sangat tinggi, dimana produk tertentu memiliki jenjang variasi range yang sangat lebar, baik dari spesifikasi teknis, harga merk brand maupun kemasan packaging. Sepanjang konsumen menentukan bahwa produk terkait memiliki karakter dan fungsi yang sama, maka produk-produk tersebut dapat dikatakan sebagai substitusi satu sama lain terlepas dari spesifikasi teknis, merk atau kemasan tertentu yang melekat di produk produk tersebut. Akan tetapi jika sebaliknya konsumen menentukan bahwa produk-produk dimaksud tidak memiliki kesamaan fungsi dan karakter yang diperlukan, maka produk tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai substitusi, walaupun terdapat kemiripan atau kesamaan dalam spesifikasi teknis, merk maupun kemasan. 45 45 Ibid 105 Penggunaan dua parameter tersebut di atas dapat memberikan informasi yang valid dan komprehensif mengenai sifat substitusi suatu produk dengan produk lain, dengan metodologi serta proses analisis yang lebih sesuai dengan keterbatasan data serta waktu yang dimiliki oleh KPPU. Penetapan pasar berdasarkan aspek geografis sangat ditentukan oleh ketersediaan produk yang menjadi obyek analisa. Beberapa faktor yang menentukan dalam ketersediaan produk tersebut adalah sebagai berikut: 1 Kebijakan perusahaan 2 Biaya transportasi 3 Lamanya perjalanan 4 Tarif dan peraturan-peraturan yang membatasi lalu lintas perdagangan antar kotawilayah. Berbagai faktor tersebut akan menentukan luas dan cakupan wilayah dari produk yang dijadikan obyek analisa. Faktor tersebut merupakan salah satu indikasi langsung mengenai cakupan pasar geografis. Dalam hal ini, keputusan pimpinan perusahaan akan sangat menentukan logistik produk terutama untuk daerah atau wilayah yang dijadikan target pemasaran. 106 Penentuan daerah atau wilayah yang dijadikan target pemasaran tentunya merupakan bagian dari strategi yang disesuaikan dengan program dan rencana strategis perusahaan. Dengan demikian, strategi wilayah pemasaran yang telah atau akan ditetapkan oleh manajemen perusahaan, akan memberikan informasi mengenai luas atau cakupan geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa. Selain kebijakan perusahaan, indikator mengenai biaya serta waktu transportasi, tarif dan regulasi secara langsung mempengaruhi ketersediaan produk di wilayah tertentu. Dengan kata lain, keempat parameter tersebut dapat menjadi indikasi mengenai luas dan cakupan geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa. Secara sederhana, biaya transportasi yang tinggi serta waktu transportasi yang lama akan menyulitkan pelaku usaha untuk memperluas wilayah penjualan produknya. Dengan demikian, cakupan pasar dalam kondisi tersebut akan relatif terbatas untuk wilayah produksi atau pemasaran yang sudah ada existing. Sebaliknya, apabila biaya serta waktu transportasi relatif tidak signifikan, maka ada insentif bagi pelaku usaha untuk 107 melakukan ekspansi pasar mengarah ke wilayah pemasaran yang lebih luas. 46 Hambatan perdagangan berupa tarif dan non-tarif menjadi batasan bagi penentuan pasar bersangkutan berdasarkan aspek geografis. Tarif perdagangan mengakibatkan peningkatan harga produk impor sehingga menurunkan minat beli konsumen atas produk tersebut, akibatnya adalah lalu lintas produk yang masuk dalam satu wilayah negara tertentu menjadi berkurang atau tidak signifikan. Sehingga dengan makin berkurangnya pasokan produk dalam satu wilayah cenderung mempersempit cakupan geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa.

D. Teori Tujuan Hukum Menurut Roscoe

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN MODAL MINIMUM, KEBIJAKAN KEPEMILIKAN TUNGGAL DAN PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN DALAM PERSAINGAN USAHA INDUSTRI PERBANKAN

0 3 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksistensi Sanksi dalam Hukum T2 322014001 BAB II

0 1 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Doktrin sebagai Sumber Hukum T2 322014015 BAB II

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Usaha Pasca Konflik T2 092010007 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha T2 322010007 BAB I

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Hukum Persaingan Usaha T2 322010007 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktek Diskriminasi Non Harga sebagai Tindakan Anti Persaingan dalam Hukum Persaingan Usaha

0 0 17

BAB II KRITERIA PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF - HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 43

BAB III HARMONISASI PENGATURAN TENTANG PENYALAHGUNAAN POSISI DOMINAN (ABUSE OF DOMINANT POSITION) DALAM ASEAN - HARMONISASI PENGATURAN POSISI DOMINAN DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY DTINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA Repository - UNAIR REPOSITO

0 0 39