77
yang menikmati jaringan teknologi harus membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi penggunaan jaringan
tersebut. Penyalahgunaan yang lain yang diatur di dalam
25 ayat 1 huruf b adalah membatasi pengembangan teknologi. Sebenarnya pengembangan teknologi adalah
merupakan hak monopoli pelaku usaha tertentu yang menemukannya
menjadi hak
atas kekayaan
intelektual penemunya. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 50 huruf b UU No. 51999 yang
mengecualikan hak atas kekayaan intelektual. Oleh karena itu, pengertian pembatasan pengembangan
teknologi harus diinterpretasikan sebagai upaya pelaku usaha tertentu terhadap pengembangan
teknologi yang
dilakukan oleh
pelaku usaha
pesaingnya untuk meningkatkan produksi barang baik segi kualitas mapun kuantitas.
c. Menghambat pesaing potensial
Bentuk penyalagunaan posisi dominan yang dilakukan oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi
dominan adalah menghambat pelaku usaha yang lain yang berpotensi menjadi pesaing di pasar yang
bersangkutan. Ketentuan ini ada kesamaan dengan
78
larangan Pasal 19 huruf a yang menetapan menolak danatau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk
melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan. Di dalam hukum persaingan usaha
dikenal apa yang disebut dengan pesaing faktual dan pesaing potensial.
33
Pesaing faktual adalah pelaku usaha-pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha
yang sama di pasar yang bersangkutan. Sedangkan pesaing
potensial adalah
pelaku usaha
yang mempunyai potensi yang ingin masuk ke pasar yang
bersangkutan, baik oleh pelaku usaha dalam negeri maupun pelaku usaha dari luar negeri. Hambatan
masuk pasar bagi pesaing potensial yang dilakukan oleh perusahaan swasta dan hambatan masuk pasar
oleh karena
kebijakan-kebijakan Negara
atau pemerintah.
Hambatan masuk pasar oleh pelaku usaha posisi dominan swasta adalah penguasaan produk suatu
barang mulai proses produki dari hulu ke hilir hingga pendistribusian
– sehingga perusahaan tersebut demikian kokoh pada sektor tertentu mengakibatkan
pelaku usaha potensial tidak mampu masu ke pasar yang bersangkautan. Sedangkan hambatan masuk
33
Silalahi, Udin, Perusahaan Saling Mematikan Bersekongkol: Bagaimana Cara Memenangkan?, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.
79
pasar akibat kebijakan negara atau pemerintah ada dua, yaitu hambatan masuk pasar secara struktur dan
strategis. Hambatan masuk pasar secara struktur adalah dalam kaitan sistem paten dan lisensi.
Sementara hambatan masuk pasar secara strategis adalah
kebijakan-kebijakan yang
memberikan perlindungan atau perlakuan khusus bagi pelaku
usaha tertentu, akibatnya pesaing potensial tidak dapat masuk ke dalam pasar. Jadi, di dalam hukum
persaingan usaha ukuran yang sangat penting adalah bahwa pesaing potensial bebas keluar masuk ke pasar
yang bersangkutan. Selain pelaku usaha yang dominan dapat
melakukan penyalahgunaan
posisi dominannya
sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 25 ayat 1 tersebut, pelaku usaha tersebut dapat juga melakukan
perilaku yang diskriminatif, baik diskriminasi harga dan non harga dan jual rugi predatory pricing.
Peraturan KPPU No.6 tahun 2010 tentang pedoman
pelaksanaan Pasal
25 tentang
penyalahgunaan posisi dominan berdasarkan UU No.5 tahun
1999, menguraikan
konsep dasar
penyalahgunaan posisi dominan yaitu pertama, penentuan posisi dominan, dan kedua, melakukan
tindakan yang bersifat antipersaingan. Konsep dasar
80
ini berawal dari pemikiran bahwa penyalahgunaan posisi dominan abuse of dominant position muncul
ketika pelaku usaha memiliki kekuatan secara ekonomi yang memungkinkan pelaku usaha yang
bersangkutan untuk beroperasi di pasar tanpa terpengaruh oleh persaingan dan melakukan tindakan
yang dapat
mengurangi persaingan
lessen competition.
a. Perilaku Eksklusif