84
ditambah output incumbent. Pada model ini, dominan memilih level output dan harga untuk menghilangkan
insentif perusahaan untuk masuk ke pasar. Sehingga dengan memilih pembatasan produksi, pelaku usaha
dominan mampu mengenakan Limit Pricing pada harga tinggi, meskipun sebetulnya pelaku usaha dominan
tidak harus
berproduksi sebanyak
pembatasan produksi, hal itu dilakukan dalam rangka menghalangi
pesaing masuk, dan memberi ancaman saja dengan sinyal jika pesaing benar-benar masuk.
b. Dampak
PPD terhadap
persaingan dan
konsumen.
Adanya PPD di pasar, maka hampir dipastikan terjadi peningkatan tingkat kosentrasi di suatu
industri yang menjadi indikasi peningkatan market power pelaku usaha dalam industri tersebut.
Peningkatan market power memberikan keleluasaan bagi pelaku usaha untuk menetapkan harga price
maker. Ada tidaknya market power yang dimiliki oleh pelaku usaha, dapat diindikasikan dengan tingginya
harga jual produk, relatif dengan produk substitusi, relatif dengan biaya produksi dan tingginya margin
keuntungan pelaku usaha di pasar bersangkutan. Ada dua jenis dampak dari PPD ini yakni dampak
85
terhadap persaingan
dan dampak
terhadap konsumen.
1. Dampak terhadap persaingan
Pada indsutri dimana terdapat pelaku usaha dominan,
tingginya market
power perusahaan
dominan relatif
terhadap para
pesaingnya, memudahkan
pelaku usaha
tersebut untuk
menentukan output dan harga tanpa terpengaruh keputusan pesaing. Terdapat dua bentuk dampak
yang diakibatkan
oleh penyalahgunaan
posisi dominan.
Dampak yang pertama muncul sebagai akibat dari penerapan perilaku strategis yang bersifat kooperatif.
Keputusan pelaku usaha dominan untuk menetapkan harga tinggi sebagai bentuk penggunaan market power
secara optimum akan menjadi pelindung dan insentif bagi pesaing-pesaingnya untuk turut menikmati harga
yang tinggi tersebut. Fenomena ini adalah bentuk dari munculnya price leadership. Price leadership yang
menjelaskan bahwa
pelaku usaha
dominan mempunyai kekuatan sebagai price setter penentu
harga. Harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha dominan kemudian akan diikuti oleh pelaku-pelaku
usaha lainnya sebagai price taker. Kehadiran Price
86
leadership dalam suatu industri menyebabkan pilihan konsumen untuk menikmati harga yang lebih murah
menjadi terhambat. Indikasi terjadinya Price leadership adalah tingginya harga produk, serta tingginya margin
keuntungan antar pelaku usaha. Dampak yang kedua adalah hasil dari perilaku
strategis yang bersifat non kooperatif. Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat bahwa penerapan strategi
ini akan mampu membatasi atau mempersempit ruang gerak bagi para pemain baru yang akan masuk ke
dalam industri, dan bahkan mampu mengeluarkan atau membangkrutkan pelaku usaha pesaingnya.
2. Dampak terhadap konsumen
Pada periode Predatory Pricing dimana pelaku usaha dominan menetapkan harga yang serendah-
rendahnya, tentu
saja konsumen mendapatkan
dampak positif yakni terjadi peningkatan consumer surplus. Akan tetapi setelah periode Predatory Pricing
tersebut berakhir, dan perusahaan dominan telah berhasil „mengusir‟ pesaingnya keluar dan bersiap
untuk melakukan manuver sebagai monopolis, dapat dipastikan
peningkatan harga
oleh perusahaan
dominan akan terjadi karena pesaing menjadi lebih sedikit dan nyaris tidak memiliki kekuatan. Sehingga
87
consumer loss yang muncul sebagai akibat dari tingginya harga jual produk dibandingkan dari yang
seharusnya dapat dijangkau lebih murah atau kuantitas output di pasaran yang jumlahnya lebih
rendah atau sedikit dari yang seharusnya konsumen dapatkan menjadi naik. Kerugian konsumen lainnya
dengan adanya tindakan PPD ini adalah hilangnya kesempatan konsumen untuk memperoleh harga yang
lebih rendah, hilagnya kesempatan konsumen untuk menggunakan layanan yang lebih banyak pada harga
yang sama, kerugian intangible konsumen, serta terbatasnya alternatif pilihan konsumen.
c. Pembuktian PPD