45
analisis putusan-putusan
KPPU mengenai
penyalahgunaan posisi dominan yang menekankan pada law is a tool of a social engineering. Hukum
sebagai alat „kontrol sosial‟ yang digunakan untuk menjaga kepentingan umum dan mencegah praktik
monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya hukum sebagai „alat rekayasa sosial‟
digunakan untuk meningkatkan ekonomi nasional, dan lain sebagainya. Sementara teori Gustav Radbruch
menekankan pada 3 tiga tujuan hukum yaitu kepastian, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga tujuan
hukum ini digunakan untuk menganalis putusan- putusan
KPPU tentang
penyalahgunaan posisi
dominan dan dikaitkan atau berdasarkan Pasal 25 UU No.5 tahun 1999.
A. Posisi Dominan
1. Pengaturan Posisi Dominan di Uni Eropa dan
Amerika Serikat
a Uni Eropa
UU Antimonopoli mengikuti EU Article 102 ex Article
82 European
Community Treaty
yang menggunakan istilah dominan position. Adapun bunyi
Article 102 yaitu
46
“one or more undertakings of a dominant position with the common market or a substantial part of it shall be
prohibited… such abuse in particular, consist in: a Directly or indirectly imposing unfair purchase or selling
prices or unfair trading conditions; b Limiting production, market or technical development to the
prejudice of consumers; c Applying dissimilar conditions to equivalent transactions with other trading parties,
thereby placing them at a competitive disadvantage; d Making the conclusion of contracts subject to acceptance
by the other parties of supplementary obligations which, by their nature or according to commercial usage, have
no connection with the subject of such contracts.
Di Uni eropa, dalam kasus continental Can
1
, European Commission menyatakan bahwa pelaku
usaha mempunyai posisi dominan apabila mempunyai kekuatan
untuk melakukan
tindakan secara
independen, tanpa
mempertimbangkan pesaing-
pesaingnya, pembeli-pembelinya
atau pemasok-
pemasoknya. Posisi dominan terjadi apabila pelaku usaha dapat menentukan harga, mengontrol produksi
atau distribusi untuk jumlah produk yang signifikan karena pelaku usaha tersebut mempunyai pangsa
pasar tertentu atau karena mempunyai pangsa pasar ditambah dengan adanya kemampuan ilmu teknologi
1
Continental Can Co Inc, Re 1972 JO L725, 1972 CMLR D … 9,
, ,
358
47
bahan mentah atau modal tertentu.
2
Jadi, menurut European Commission dalam kasus ini, unsur
terpenting dalam posisi dominan adalah independensi dan kekuatan untuk menentukan harga. Pelaku usaha
hanya dikatakan mempunyai posisi dominan apabila tindakan-tindakannya tidak terhambat oleh pesaing-
pesaingnya.
3
Kasus lain yang dapat untuk menjelaskan posisi dominan di eropa ini yaitu putusan ECJ European
Court of Justice yang melibatkan Hoffman La Roche v. Commission of the European Communities yaitu
“according to the classical test, a dominant position under Article 102 ex Article 82 of the Treaty is „a
position of economic strength enjoyed by an undertaking which enables it to prevent effective competition being
maintained on the relevant market by affording it the power to behave to an appreciable extent independently
of its competitors, its customers and ultimately of the consumers”.
ECJ European Court of Justice dalam Hoffmann- La Roche
4
menegaskan bahwa penyalahgunaan abuse
2
Ibid
3
M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, hal. 76
4
Hoffmann-La Roche Co AG v. Commission 1979 ECR 461, 1979 3 CMLR 211
48
posisi dominan
menurut Pasal
102 European
Community Treaty merupakan konsep yang objektif berkaitan dengan tingkah laku pemegang posisi
dominan yang mempengaruhi struktur pasar yang menyebabkan
persaingan dalam
pasar tersebut
menjadi lemah.
b Amerika Serikat
Posisi dominan di Amerika Serika tidak diatur secara jelas dalam UU Persaingan Usaha Amerika
Serika, yang diatur hanya penyalahgunaan posisi dominan. Namun meskipun demikian, dari berbagai
literatur yang dibaca penulis. Posisi dominan di Amerika menekankan istilah market power
5
. Pelaku usaha yang mempunyai substantial market power
secara unilateral dapat menaikkan harga produknya di atas tingkat harga yang kompetitif dalam waktu yang
cukup lama dengan meraih keuntungan. Pelaku usaha yang tidak mempunyai substantial market power harus
membutuhkan pelaku usaha lain dengan cara
5
Market Power atau kekuatan pasar yang dimaksud adalah kemammpuan pelaku usaha untuk meningkatkan harga menjauhi biaya marjinalnya.
Kemampuan tersebut didapat melalui penetapan harga yang tinggi tanpa menimbulkan kerugian berarti maupun dengan menekan biaya produksi yang
timbul. Pelaku usaha dengan kekuatan pasar yang besar mampu menyerap surplus lebih dibandingkan konsumennya maupun suppliernya pada saat
bertransaksi. Perkara Nomor: 09KPPU-L2009, hal.109.
49
membuat perjanjian kolusif collusive dealing untuk melakukan hal yang sama.
6
Berbeda dengan pendapat ECJ European Court of Justice yang menekankan faktor independensi,
pengadilan-pengadilan di
AS dan
Australia menekankan pada kekuatan untuk mengontrol harga.
Ada beberapa sarjana yang mengatakan bahwa kriteria independensi yang dipakai oleh ECJ
adalah „cacat‟ dan tidak dapat secara memuaskan membedakan antara
pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dan yang tidak. Beberapa sarjana ini mengatakan bahwa
ukuran yang lebih baik adalah kemampuan untuk membatasi output secara substansial dalam pasar.
7
Kekuatan untuk membatasi output berarti kekuatan untuk mengontrol harga. Jadi, beberapa sarjana ini
mengikuti ukuran yang dipakai di AS.
2. Pengaturan Posisi Dominan di Indonesia