Gambaran Kadar Timbal di Udara Kota Medan Manajemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan Timbal Kronis

Tabel 4.2 Jumlah Kendaraan yang terdaftar di Depatemen Perhubungan Kota Medan Tahun 2007 No Jenis Kendaraan Jumlah 1 Penumpang Umum 189.157 2 Mobil gerobak 120.328 3 Bus 12.741 4 Sepeda Motor 1.103.707 5 Mobil Pribadi Tidak ada data Sumber: Girsang 2008

4.2 Gambaran Kadar Timbal di Udara Kota Medan

Kadar Pb di udara Terminal bus Amplas dan Terminal Bus Pinang Baris di kota Medan yang diteliti oleh Girsang pada tahun 2008 didapat sebesar 2 µg m 3,228 ± 0 µg m pada pos-pos yang padat kendaraan bermotornya dan pada pos-pos yang kurang padat kendaraan bermotornya kadar Pb dalam udara adalah 2 µg m 0,889-1,385 µgm sedangkan kadar Pb dalam darah petugas Dinas Perhubungan yang bertugas ditempat tersebut adalah 5-10 µgdl Girsang 2008. Sitohang 2001 menemukan kadar timbal di udara ambien Terminal Amplas sebesar 32,67 µgm , Terminal Pinang Baris sebesar 23,0 µgm dan di Komplek Perumahan Setia Budi Indah sebesar 5,89 µgm . 4.3 Hasil Penelitian: 4.3.1 Karakteristik Responden Pada awal penelitian tercatat 150 responden yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: dewasa, lamanya menjadi pekerja yang beresiko tinggi 2 tahun, tidak menunjukkan gejala menderita penyakit ginjal dan bersedia mengikuti penelitian dengan menadatangani Formulir Persetujuan Ikut dalam Penelitian. Responden secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yakni 75 orang sebagai kelompok Universitas Sumatera Utara perlakuan dan 75 orang sebagai kelompok kontrol. Responden diminta datang setiap minggu untuk kontrol dan penambahan obat kalsium bagi kelompok perlakuan. Setiap minggu berikutnya terjadi penurunan jumlah responden, pada akhir penelitian didapat 41 orang dan 46 orang untuk masing-masing kelompok. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Karakteristik Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan N 46 41 Umur, x±SD, tahun 49,35±12,8 46,37±12,66 Jenis Kelamin, n • Laki-laki 42 91,3 40 97,6 • Perempuan 4 8,7 1 2,4 Pekerjaan, n • Becak Mesin 9 19,6 12 29,3 • Becak Dayung 29 63 22 53,7 • Pedagang pinggir jalan 8 17,4 7 17,1 Lama Bekerja, n • 5 jam 32 69,6 35 85,4 • 5 jam 14 39,4 6 14,6 Kebiasaan Merokok, n • Merokok 31 67,4 29 70,7 • Tidak Merokok 15 32,6 12 29,3 Pendidikan • SD 16 34,8 9 22 • SMP 16 34,8 20 48,8 • SMA 14 30,4 12 29,3 Tekanan darah • Sistolik 121,96±28,49 115,12±20,39 • Diastolik 77,39±14,21 73,17±10,83 Hemoglobin 13,96±1,27 14,54±1,07 Tempat Istirahat • Pinggir Jalan 24 52,2 18 43,9 • Rumah 22 47,8 23 56,1 Tempat Tinggal • Pinggir Jalan 18 39,1 18 43,9 • Gang 28 60,9 23 56,1 Kebiasaan Minum Susu • Tidak 32 69,6 20 48,8 • Ya 14 30,4 21 51,2 Kebiasaan Meminum Alkohol • Ya 8 17,4 9 21,95 • Tidak 38 82.6 32 78,05 Universitas Sumatera Utara • Sebaran umur responden dari kelompok kontrol hampir sama dengan kelompok perlakuan, rata-rata 49,35±12,8 tahun pada kelompok kontrol dan 46,37±12,66 tahun pada kelompok perlakuan. • Sebaran responden terdiri dari sebagian besar laki-laki pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan, 92,3 pada kelompok kontrol dan 97,6 pada kelompok perlakuan, sedangkan perempuan 8,7 pada kelompok kontrol dan 2,4 pada kelompok perlakuan. • Sebaran pendidikan responden terbanyak SD dan SMP pada kelompok kontrol masing-masing 34,8 dan SMA 30,4, sedangkan pada kelompok perlakuan pendidikan responden yang terbanyak adalah SMP sebesar 48,8, diikuti SMA 29,3 dan SD 22. • Pekerjaan responden pada kelompok kontrol yang terbanyak adalah penarik Beca Dayung sebanyak 63 diikuti penarik Beca Mesin sebanyak 19,6 dan Pedagang pinggir jalan sebanyak 17,4. Pada kelompok perlakuan pekerjaan responden terbanyak adalah penarik Beca Dayung 53,7, diikuti penarik Beca Mesin sebanyak 29,3 dan Pedagang pinggir jalan sebanyak 17,1. • Sebagian besar responden bekerja lebih dari 5 jam sehari ditempat yang terpapar polusi timbal yaitu 69,6 pada kelompok kontrol dan 85,4 pada kelompok perlakuan. Yang bekerja kurang dari 5 jam perhari 39,4 pada kelompok kontrol dan 14,6 pada kelompok perlakuan. • Sebagian besar responden adalah perokok yaitu 67,4 pada kelompok kontrol dan 70,7 pada kelompok perlakuan sedangkan yang tidak Universitas Sumatera Utara perokok adalah 32,6 pada kelompok kontrol dan 29,3 pada kelompok perlakuan. • Tekanan darah sistolis rata-rata 121,96±28,49 mm Hg pada kelompok kontrol dan 115,12±20,39 mm Hg pada kelompok perlakuan sedangkan tekanan diastolis 77,39±14,21 mmHg pada kelopok kontrol dan 73,17±10,83 pada kelompok perlakuan. • Kadar Hemoglobin darah 13,96±1,27 mg pada kelompok kontrol dan 14,54±1,07 mg pada kelompok perlakuan. • Responden yang beristirahat di Pinggir Jalan pada siang hari adalah 52,2 pada kelompok kontrol dan 43,9 pada kelompok perlakuan sedang kan yang beristirahat di rumah pada siang hari adalah 47,8 pada kelompok kontrol dan 56,1 pada kelompok perlakuan. • Tempat tinggal responden 39,1 di pinggir jalan besar pada kelompok kontrol dan 43,9 pada kelompok perlakuan sedangkan yang tinggal di dalam gang 60,9 pada kelompok kontrol dan 56,1 pada kelompok kontrol. • Kebiasaan meminum susu sebanyak 30,4 pada kelompok kontro dan 51,2 pada kelompok perlakuan, sedangkan yang tidak biasa minum susu adalah 69,6 pada kelompok kontrol dan 48,8 pada kelompok perlakuan. • Kebiasaan meminum alkohol sebesar 82,6 pada kelompok kontrol dan 78 pada kelompok perlakuan, sedangkan yang tidak peminum alkohol sebesar 17,4 pada kelompok kontrol dan 22 pada kelompok perlakuan. Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Perbedaan Rata-rata Kadar Timbal dalam Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Kalsium Kadar timbal dalam darah responden dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan hasil seperti pada Tabel 4.4, 4.5, 4.6 dan 4.7 berikut. Tabel 4.4 Kadar Timbal Rata-rata dalam Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Kalsium Kadar Timbal dalam darah x±SD gdl P 95 CI Awal Akhir Kelompok Kontrol 6,11±3,57 4,16±1,46 0,002 0,79 – 3,12 Kelompok Perlakuan 10,35±3,36 3,2±1,58 0,001 5,87 – 8,42 Tabel 4.4 menunjukkan kadar timbal dalam darah awal pada kelompok kontrol adalah 6,11±3,57 gdl dan kadar timbal dalam darah tanpa ada perlakuan sesudah 13 minggu adalah 4,16±1,46 gdl p=0,002. Kadar timbal dalam darah awal pada kelompok perlakuan adalah 10,35±3,36 gdl dan kadar timbal dalam darah sesudah perlakuan selama 12 minggu adalah 3,2±1,58 gdl. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah sebelum dan sesudah perlakuan p0,005 baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan namun perbedaan ini lebih nyata pada kelompok perlakuan p=0,001 pada CI=95. Tabel 4.5 Perbedaan Rata-rata Kadar Timbal dalam Darah Sebelum Pemberian Kalsium pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Kadar Timbal Darah Awal Kelompok: N Mean P CI Perlakuan 41 10,3463 0,001 95 Kontrol 46 6,1109 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebelum pemberian kalsium kadar timbal darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang bermakna, p=0,05 p=0,001. Tabel 4.6 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Kadar Timbal Darah Akhir Kelompok: N Mean P CI Perlakuan 41 3,2024 0,005 95 Kontrol 46 4,1550 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sesudah intervensi kadar timbal darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang bermakna p=0,05 p=0,005. Tabel 4.7 Perbedaan Rata-rata Penurunan Kadar Timbal dalam Darah Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Rata-rata Penurunan Kadar Timbal Darah Awal-akhir Kelompok: N Mean P CI Perlakuan 41 7,1439 0,001 95 Kontrol 46 1,9559 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar timbal dalam darah sesudah intervensi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang bermakna p=0,05 p=0,001. Gambar 4.2 dibawah ini menggambarkan kadar timbal darah awal dan kadar timbal darah akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam bentuk bar chart. Universitas Sumatera Utara Gambar : 4.2 Kadar timbal darah awal dan kadar timbal darah akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 4.3.3 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok Kontrol Hubungan antara karakteristik individu dengan kadar timbal dalam darah awal pada kelompok kontrol terlihat pada tabel Tabel 4.8 yang menggambarkan bahwa pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah awal pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pada jenis pekerjaan penarik beca mesin, penarik beca dayung maupun pedagang pinggir jalan. Demikian juga pada yang lama bekerja lebih dari 5 jam sehari dengan yang kurang dari 5 jam sehari. Pada responden yang merokok dan tidak merokok juga tidak didapat perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna. Perbedaan pendidikan SD,SMP dan SMA juga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam kadar timbal darah, demikian juga tempat istirahat di pinggir jalan dengan tempat istirahat dalam rumah. Hal yang sama dijumpai pada Universitas Sumatera Utara responden yang punya kebiasaan minum susu dan yang tidak minum susu serta responden yang peminum alkohol dan yang tidak peminum alkohol juga tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna p0,005. Hanya pada responden yang mempunyai rumah di pinggir jalan dan yang tinggal dalam gang menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna p0,005. Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok Kontrol Karakteristik: Kadar Timbal Darah Awal X±SD gdl P Jenis Kelamin, n • Laki-laki 5,55±2,72 0,128 • Perempuan 12,03±6,22 Pekerjaan, n • Becak Mesin 5,61±4,10 0,124 • Becak Dayung 5,62±0,41 • Pedagang pinggir jalan 8,45±2,19 Lama Bekerja, n • 5 jam 5,68±2,88 0,22 • 5 jam 7,10±4,77 Kebiasaan Merokok, n • Merokok 6,11±3,82 0,99 • Tidak Merokok 6,11±3,09 Pendidikan • SD 5,74±1,67 0,632 • SMP 6,81±5,57 • SMA 5,73±2,01 Tempat Istirahat • Pinggir Jalan 5,84±3,02 0,598 • Rumah 6,40±4,13 Tempat Tinggal • Pinggir Jalan 4,57±2,41 0,017 • Gang 7,10±3,86 Kebiasaan Minum Susu • Tidak 6,68±3,88 0,103 • Ya 4,81±2,34 Kebiasaan Minum Alkohol • Ya 4,86±1,64 0,281 • Tidak 6,37±3,81 Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok Perlakuan

Hubungan karakteristik individu dengan kadar timbal dalam darah pada awal penelitian pada kelompok perlakuan tergambar pada tabel dibawah ini. Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kadar Timbal dalam Darah Awal pada Kelompok Perlakuan Karakteristik Kadar Timbal Darah Awal P x±SD Jenis Kelamin, n • Laki-laki Data tidak dapat dianalisis • Perempuan Karena data homogen Pekerjaan, n • Becak Mesin 9,39±3,29 0,455 • Becak Dayung 10,92±3,15 • Pedagang pinggir jalan 10,19±4,18 Lama Bekerja, n • 5 jam 10,20±2,88 0,685 • 5 jam 11,22±5,72 Kebiasaan Merokok, n • Merokok 10,59±3,42 0,471 • Tidak Merokok 9,75±3,26 Pendidikan • SD 10,27±4,14 0,958 • SMP 10,24±3,04 • SMA 10,59±3,52 Tempat Istirahat • Pinggir Jalan 9,59±3,13 0,598 • Rumah 10,53±3,48 Tempat Tinggal • Pinggir Jalan 10,58±3,28 0,701 • Gang 10,17±3,48 Kebiasaan Minum Susu • Tidak 10,81±3,94 0,400 • Ya 9,91±2,71 Kebiasaan Minum Alkohol • Ya 11,37±3,77 0,308 • Tidak 10,06±3,24 Tabel 4.9 menggambarkan bahwa pada kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah awal pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pada jenis pekerjaan penarik beca mesin, penarik beca dayung Universitas Sumatera Utara maupun pedagang pinggir jalan. Demikian juga pada yang lama bekerja lebih dari 5 jam sehari dengan yang kurang dari 5 jam sehari. Pada responden yang merokok dan tidak merokok juga tidak didapat perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna. Perbedaan pendidikan SD,SMP dan SMA juga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam kadar timbal darah, demikian juga tempat istirahat di pinggir jalan dengan tempat istirahat dalam rumah. Responden yang mempunyai rumah di pinggir jalan dan yang tinggal dalam gang juga tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah secara bermakna. Hal yang sama dijumpai pada responden yang punya kebiasaan minum susu dan yang tidak minum susu serta responden yang peminum alkohol dan yang tidak peminum alkohol juga tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal dalam darah awal secara bermakna p0,005. 4.3.5 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir dapat dilihat pada table berikut. Tabel 4.10 Analisis Korelasi dan Regresi Umur, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Hemoglobin, Kreatinin dan Kadar Timbal darah Awal dengan Kadar Timbal Darah Akhir Variabel r R 2 Persamaan Garis P value Umur - 0,271 0,073 Y = 9,836 – 0,075umur 0,069 TD Sistolik -0,115 0,013 Y = 7,864 – 0,014TD sistolik 0,447 TD Diastolik -0,191 0,037 Y = 9,822 – 0,048TD diastolik 0,203 Hemoglobin -0,150 0,022 Y = 11,99 – 0,421hemoglobin 0,321 Creatinin -0,135 0,018 Y = 7,145 – 0,951Creatinin 0,37 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 menggambarkan bahwa variable umur, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, kadar hemoglobin darah dan kadar kreatinin darah tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kadar timbal dalam darah akhir P=0,05. Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linier Multipel Model KoefisienTidak Standard Koefisien Standard t Nilai Kemaknaan B Kesalahan Standard Beta 15 Konstanta 3,446 ,734 4,693 ,001 -tempatistirahat -,727 ,320 -,231 -2,276 ,025 -Pemberiankalsium ,892 ,320 ,283 2,789 ,007 Berdasarkan hasil akhir analisis regresi linier multipel dengan metode backward dari 15 variabel bebas yang masuk ke pemodelan multivariat hanya terdapat 2 variabel yang terdapat dalam model akhir yaitu tempat istirahat dan pemberian kalsium dengan nilai p = 0,025 untuk variabel tempat istirahat dan p = 0.007 untuk variabel pemberian kalsium. Tabel 4.12 Hasil Uji Anova Persamaan Regresi Linier Multipel Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-Rata F NilaiKe maknaan 15 Regresi 31,089 2 15,544 7,052 ,001 Residu 185,157 84 2,204 Total 216,246 86 Suatu persamaan regresi linier dinyatakan layak bila nilai p pada uji Anova 0.05. Pada uji Anova ini, nilai p adalah 0.001. Dengan demikian persamaan matematika yang dihasilkan penelitian ini layak untuk digunakan dalam memprediksi kadar timbal dalam darah. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13 Model Summary Persamaan Regresi Linier Multipel Model R Kuadrat R Kuadrat R yang Disesuaikan Kesalahan Standard yang Diperkirakan 15 ,3790 ,144 ,123 1,485 Dengan hasil analisis ini dapat dijelaskan bahwa: 1. Diketahui dari keseluruhan variabel independen, hanya variabel tempat istirahat dan pemberian kalsium yang diperkirakan mempengaruhi kadar timbal darah akhir, dengan taraf signifikansi masing-masing 0,025 dan 0.007. 2. Variabel kadar tempat istirahat dan pemberian kalsium diperkirakan mempunyai pengaruh dihitung dari nilai adjusted R Square sebesar 14.4. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kadar timbal darah akhir dipengaruhi berbagai faktor, selain tempat istirahat dan pemberian kalsium sebesar 85.6. 3. Berdasarkan hasil analisis dapat disusun persamaan regresi kadar timbal dalam darah , yaitu: Y = 3.446 - 0,727 tempat istirahat + 0.892 pemberian kalsium Catatan: • tempat istirahat: di pinggir jalan raya =1, di rumah =2 • pemberian kalsium: diberi kalsium =1, tidak diberi kalsium =2 4. Persamaan regresi yang dihasilkan dari penelitian ini dinyatakan cukup layak untuk digunakan karena pada uji ANOVA persamaan regresi diperoleh nilai p0,05 p value = 0,001 Penerapan persamaan regresi dari model tersebut seperti contoh berikut: Universitas Sumatera Utara Contoh: 1. Pak Ahmad yang sehari-hari bekerja di pinggir jalan raya dan beristirahat pada siang hari di rumah dan diberi pengobatan kalsium, maka prediksi kadar timbal dalam darah pak Ahmad adalah: 3,446 - 0,727 2 + 0,892 1 = 2,884 gdl 2. Pak Ali yang sehari-hari bekerja di pinggir jalan raya dan pada siang hari beristirahat di pinggir jalan raya serta tidak diberi pengobatan kalsium, maka kadar timbal dalam darahnya adalah: 3,446 - 0,727 1 + 0,892 2 = 4,503 gdl

4.4 Proses Penentuan Kebijakan yang Diusulkan

Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaanorganisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaanorganisasi. Dengan demikian perencana strategi strategic planner harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaanorganisasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang opportunities Universitas Sumatera Utara dan Ancaman threats dengan faktor internal Kekuatan strengths dan Kelemahan Weakness Rangkuti 2009. Organisasi yang tepat untuk mengatasi ancaman keracunan timbal pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi ini adalah Dinas Kesehatan Kota Medan karena sebagian besar adalah pekerja di sektor non formal, artinya tidak ada perusahaan yang mempekerjakan mereka. Data-data yang didapat pada Dinas Kesehatan Kota Medan sehubungan dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.4.1 Kekuatan Strengths

Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan: • adanya program Jaminan Kesehatan Masyarakat JAMKESMAS dari pemerintah. • adanya Laboratorium Kesehatan Pemerintah sebanyak 5 buah yaitu Laboratorium Kesehatan Daerah, Laboratorium Rumah Sakit Adam Malik, Laboratorium Rumah Sakit Pirngadi, Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, dan Laboratorium Badan Pengawas Lingkungan Daerah Sumatera Utara. • adanya tenaga dokter sebanyak 96 orang, sama dengan 1 dokter untuk 20.000 penduduk kota Medan, jika dibanding ratio dokter yang ideal 40100.000 penduduk menurut Peraturan Menteri Kesehaatan No 12022003, jumlah ini sudah memadai dan Tenaga Laboratorium sebanyak 44 orang Sirait,2009. Universitas Sumatera Utara • adanya pelayanan kesehatan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan di kota Medan sebanyak 39 buah Sirait,2009. • adanya obat kalsium dalam daftar obat yang disediakan JAMKESMAS

4.4.2 Kelemahan Weaknesses

• belum ada kebijakan untuk memberikan pengobatan pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal • belum ada data mengenai jumlah pekerja dewasa beresiko tinggi keracunan timbal di kota Medan • biaya pemeriksaan kadar timbal dalam darah pada saat ini masih tergolong mahal terutama oleh masyarakat miskin Rp.150.000,- setiap kali pemeriksaan.

4.4.3 Peluang Opportunities

• memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada warga kota yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal • Mencegah timbulnya kasus gangguan kesehatan oleh karena keracunan timbal kronis.

4.4.4 Ancaman Threats

• Adanya ancaman kesehatan bagi pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis Nauwrot 2006, Payton 1994, Roncal 2007 Universitas Sumatera Utara • Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota Medan yang tinggi yaitu sebesar 6 setahun, Girsang, 2008 • kadar pencemaran timbal di udara kota Medan saat ini telah melewati Nilai Ambang Batas Sitohang,2001 • Masih beredarnya bahan bakar kendaraan bermotor yang mengandung timbal di kota Medan Haryanto, 2008 • Para pekerja di pinggir jalan kebanyakan tidak memakai masker selama bekerja Wahyudiono, 2006 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Matriks SWOT IFAS Internal Factors Analysis Summary EFAS External Factors Analysis Summary STRENGTHS S • adanya program Jaminan Kesehatan Masyarakat JAMKESMAS dari pemerintah. • adanya Laboratorium Kesehatan Pemerintah • adanya Tenaga Kesehatan baik dokter maupun Tenaga Labo- ratorium • adanya pelayanan kesehatan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS yang tersebar di seluruh wilayah kota Medan. • adanya obat kalsium dalam daftar obat yang disediakan JAMKESMAS WEAKNESSES W • belum ada kebijakan untuk memberikan peng- obatan pada pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracun- an timbal • belum ada data mengenai jumlah pekerja dewasa beresiko tinggi keracunan timbal di kota Medan • biaya pemeriksaan kadar timbal dalam darah pada saat ini masih tergolong mahal terutama oleh masya-rakat miskin OPPORTUNITIES O • memberikan pelayanan kese- hatan yang optimal kepada war- ga kota yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal • Menurunkan kejadian kasus gangguan kesehatan oleh karena keracunan timbal kronis. STRATEGI SO • memanfaatkan program JAMKESMAS • memanfaatkan Laboratirium Kesehatan Pemerintah • memanfaatkan tenaga dokter dan tenaga laboratorium • memanfaatkan PUSKESMAS • memanfaatkan obat kalsium yang ada di PUSKESMAS STRATEGI WO • Dibuat data pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis • Diusahakan teknik pemeriksaan kadar timbal dalam darah dengan biaya yang lebih murah, THREATS T • adanya ancaman kesehatan bagi pekerja dewasa yang beresiko tinggi terhadap kera-cunan timbal kronis. • Kadar pencemaran timbal di udara kota Medan saat ini telah melewati Nilai Ambang Batas. • Masih beredarnya bahan bakar kendaraan bermotor yang me- ngandung timbal di kota Medan Haryanto, 2008 • Sebagian pekerja beristirahat pada siang hari di pinggir jalan raya sehingga keterpaparan terhadap timbal semakin lama. Wirsal hasan,2010. • Para pekerja di pinggir jalan banyak yang merokok merokok Wirsal Hasan, 2010 • Para pekerja di pinggir jalan banyak meminum alkohol Wirsal Hasan, 2010 • Para pekerja di pinggir jalan kebanyakan tidak memakai masker selama bekerja Wahyudiono, 2006 STRATEGI ST • Tingkatkan kewaspadaan terhadap keracunan timbal kronis • Tingkatkan pengawasan kualitas udara kota Medan khususnya terhadap polusi timbal STRATEGI WT • Dibuat kebijakan untuk mencegah keracunan timbal kronis pada pe- kerja yg beresiko tinggi • Pekerja di pinggir jalan agar beristirahat pada siang hari di dalam rumah • Pekerja di pinggir jalan dianjurkan tidak merokok • Pekerja di pinggir jalan agar tidak meminum alko- hol • Menganjurkan kepada pe- kerja di pinggir jalan agar memakai masker selama bekerja Wahyudiono, 2006 • Tidak memasarkan bahan bakar yang mengandung timbal Soemirat, 2005 • Melakukan modifikasi sa- luran buang kendaraan bermotor agar polusi tim- bal yang dihasilkan dapat diturunkan Sastrawijaya, 2000. • Penanaman pohon rindang di pinggir jalan karena daun pohon dapat menye- rap timbal yang ada di udara Gravitiani, 2009. • Memantau kadar timbal dalam darah pekerja di pinggir jalan raya Universitas Sumatera Utara

4.5 Manajemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan Timbal Kronis

Setelah memasukkan hasil penelitian ini kedalam simpul 4 manajemen pengelolaan lingkungan untuk mencegah keracunan timbal kronis, maka dapat dijelaskan dengan tabel berikut: Tabel 4.15 Manajemen Pengelolaan Lingkungan untuk Mencegah Keracunan Timbal Kronis SIMPUL 1 SUMBER PENYAKIT Mencegah timbulnya polutan timbal di udara dengan melakukan pelarangan terhadap bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak mengandung timbal sehingga tidak terjadi emisi timbal ke udara Widowati, 2008, memodifikasi mesin kendaraan dimana terjadi pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang khususnya timbal bisa dikurangi Wardhana, 2004, Satrawijaya, 2000, melakukan modikasi gas buang kendaraan bermotor Widowati, 2008, mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya dengan mengganti kendaraan umum kapasitas kecil dengan kendaraan umum berkapasitas besar Wardhana, 2004. Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No 15851999 yang mepersyaratkan dihapuskannya timah hitam dalam BBM di wilayah DKI Jakarta tahun 2001, seluruh wilayah Pulau Jawa pada tahun 2002, dan seluruh wilayah Indonesia pada 1 Januari 2003 yang direvisi dengan menyebutkan penghapusan bensin bertimah hitam di Indonesia diselesaikan tahun 2005 Haryanto 2008, yang ternyata sampai dengan tahun 2010 belum terlaksana Universitas Sumatera Utara SIMPUL 2 KOMPONEN LINGKUNGAN Memantau kadar timbal di udara ambien berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03MENKLHII1991 yang menentukan Baku Mutu untuk timah hitam timbal Pb di udara ambien adalah 0,06 mgm 3 udara. Mencegah terjadinya transmisi dari timbal yang telah ada di udara ke dalam tubuh manusia yaitu melakukan penanaman pohon dipinggir jalan yang menyerap timbal di udara ambien Gravitiani,2009. Pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor, khususnya emisi timbal agar tidak melebihi NAB yang ditetapkan dan dilakukan secara berkala Sastrawijaya, 2000. SIMPUL 3 PERILAKU MANUSIA Memakai masker, beberapa menelitian menunjukkan manfaat masker dalam mencegah naiknya kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang mempergunakan masker sewaktu bertugas Wahyudiono, 2006, melakukan pengukuran timbal dalam darah secara rutin sebagai biomarker, dimana setiap pekerja yang kadar timbal dalam darahnya sudah mendekati kadar yang membahayakan kesehatan maka pekerja tersebut dipindahkan ke area dimana tidak ada polusi timbal Widowati, 2008. SIMPUL 4 MANUSIA TERPAPAR Mencegah agar manusia yang telah terpapar dengan timbal tidak menjadi sakit. Belum ditemukan literatur yang menjelaskan cara penurunan kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa yang sudah terpapar, agar tidak menjadi sakit. Universitas Sumatera Utara

4.6 Pembahasan 4.7.1 Konsentrasi timbal dalam darah dan masalah kesehatan yang