Gambar 2.1 Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke dalam tubuh manusia Sumber: Diterjemahkan dari National
Health and Medical Research Councils 2009
2.5 Timbal dalam Tubuh Manusia
Pb yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor atau sumber lain ke udara bisa dalam bentuk gas atau partikel yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur
pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Partikel yang terhirup yang mempunyai diameter lebih besar dari 5,0 mikron akan terhenti dan terkumpul terutama dalam
hidung dan tenggorokan. Partikel yang berukuran diameter 0,5-5,0 mikron dapat terkumpul di dalam paru-paru sampai pada bronchioli, dan hanya sebagian kecil
Timbal dari
Alam
Air Tanah
Timbal dari Emisi
Kendaraan Bermotor
Timbal dari Emisi
Industri Timbal dari
Renovasi Pengikisan Cat
Hewan Ternak
Udara
Tumbuh- tumbuhan
Makanan Air
Minum Udara
Pernafasan Tangan ke
Mulut
Universitas Sumatera Utara
yang sampai pada alveoli. Diameter yang berukuran kurang dari 0,5 mikron dapat mencapai dan tinggal dalam alveoli. Partikel yang tinggal dalam alveoli dapat
terabsorbsi ke dalam darah Wardhana, 2004 Pada tahun 370 BC Hipocrates menemukan kasus kolik abdomen pada
pekerja yang berhubungan dengan timbal. Industri yang mempergunakan bahan bakar timbal masih terus berjalan sampai saat sekarang ini. Timbal merupakan metal
yang toksis seumur hidup oleh karena timbal berakumulasi dalam tubuh manusia. Dalam kasus yang terpapar polusi timbal dalam dosis rendah ternyata dapat
menimbulkan ganggguan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinik Nawrot, 2006. Soemirat 2005 menjelaskan bahwa jaringan target bagi timbal dalam tubuh adalah
Sistem Urinaria, Sistem Syaraf, Sistem Gastro Intestinal, Sistem Hemapoietik dan Kulit.
Berdasarkan The Departement of Labor and Industries The State of Washington
2000 menyatakan bahwa apabila pekerja telah mempunyai kadar timbal dalam darahnya mencapai 25 µgdl darah maka pekerja harus dihindarkan
dari keterpaparan timbal. Walaupun dinyatakan sebelumnya bahwa kadar timbal dalam darah kurang dari 40 µgdl tidak berbahaya, namun sekarang sudah banyak
penelitian yang menunjukkan gejala keracunan timbal telah terlihat pada kadar timbal dibawah 25 µgdl. Apabila kadar timbal dalam darah sudah mencapai 60
µgdl atau lebih atau apabila 3 kali pemeriksaan kadar timbal darahnya melebihi 50 µgdl maka pekerja harus dipindahkan secepatnya dan dilakukan pemeriksaan
kesehatan yang menyeluruh. Apabila ditemukan pekerja yang mempunyai kadar timbal dalam darahnya 25- 40 µgdl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap 6
bulan, jika ditemukan pekerja dengan kadar timbal 40 µgdl maka harus dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan setiap 2 bulan, dan apabila dijumpai pekerja dengan kadar timbal 60 µgdl maka harus dilakukan pemeriksaan setiap satu bulan. Public Health Services
di Washington DC tidak lagi memakai nilai 40 µgdl kadar maksimum timbal dalam darah, tapi mengusulkan agar kadar maksimum timbal dalam darah pekerja dewasa
adalah 25 µgdl dan kadar maksimum timbal dalam darah masyarakat umum adalah 5 µgdl.
Timbal adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernaan, anorexia, muntah-
muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan
gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pb organic cenderung menyebabkan encephalopathy.
Pada keracunan akut terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor, coma
, dan kematian. Tekanan liquor cerebrospinalis tinggi, insomnia, dan somnolence
Slamet, 2009. Penelitian yang dilakukan di Bandung pada tahun 1983 menunjukkan bahwa
kadar Pb dalam darah polisi lalu lintas adalah yang tertinggi diikuti oleh pengemudi angkot, dan kadar Pb terendah adalah pada penduduk pedesaan. Sebanyak 46
polisi lalu lintas memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui 40 µgdL, 30 sopir angkot mengandung Pb dalam darah melampaui 40 µgdL, dan 0 orang
pedesaan mengandung Pb dalam darah yang melampaui 40 µgdL Widowati et al, 2008.
Dari 30 orang polisi lalu lintas yang bertugas di kota Medan yang diteliti bahwa kadar timah hitam Pb dalam darah yang tertinggi pada responden yang
Universitas Sumatera Utara
berumur 44 tahun sejumlah 160,4 µg100ml dengan lama kerja kurang dari 5 tahun dan kadar terendah terdapat pada responden umur 30 tahun sebesar 0,5 µg 100 ml
dengan lama kerja kurang dari 5 tahun. Didapat ada hubungan antara lama kerja Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah, tetapi tidak terdapat
hubungan antara umur Polisi lalu lintas dengan kadar timah hitam dalam darah. Tarigan , 2001
Penelitian terhadap 400 siswa sekolah dasar usia kurang dari 12 tahun secara acak di 25 kecamatan di kota Bandung menunjukkan bahwa 65,5 siswa
memiliki kandungan Pb dalam darah sebesar 14,13 µgdL, yang melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO sebesar 10 µgdL. Berdasarkan tipe kendaraan
yang dipakai ke sekolah, kelompok siswa yang menggunakan angkutan umum memiliki kadar Pb darah tertinggi yaitu 14,49 µgdL, kelompok siswa yang
menumpang sepeda motor, kadar Pb dalam darah sebesar 13,9 µgdL, sedangkan kelompok siswa pejalan kaki kadar Pb dalam darah sebesar 14,32 µgdL Widowati,
2008. Hasil Penelitian terhadap 200 anak usia taman kanak-kanak di 7 kecamatan
di Makasar menunjukkan rata-rata kadar Pb dalam darah sebesar 23,96 µgdL. Sebanyak 90 dari anak-anak yang diperiksa menunjukkan kadar Pb yang
melampaui ambang batas, bahkan terdapat anak yang menunjukkan kadar Pb dalam darah mencapai 60 µgdL. Hasil penelitian pada tahun 2001 terhadap kadar Pb
dalam darah anak jalanan dan polisi lalu lintas di Surabaya menunjukkan angka 216,5-687 µgdL Widowati et al, 2008.
Penelitian oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada Januari-Maret 2005 menunjukkan terjadinya penurunan kadar Pb di dalam darah
Universitas Sumatera Utara
anak sekolah SD, yaitu hanya 1,3 anak SD yang memiliki kandungan Pb dalam darah melampaui batas aman dengan rata-rata sebesar 4,2 µgdL, lebih rendah bila
dibandingkan hasil penelitian pada tahun 2003, dimana 35 anak SD memiliki kadar Pb dalam darah melampaui batas aman, yakni 10 µgdL. Kadar Pb dalam
darah rata-rata sebesar 8,6 µgdL Widowati et al, 2008. Mekanisme penyerapan timbal oleh usus dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema mekanisme penyerapan timbal di lumen usus Sumber: EPA 540 1994
Kadar timbal dalam darah
Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Mekanisme molekular dari absorbsi timbal melalui paru-paru
belum jelas diketahui, namun diketahui bahwa molekul timbal berukuran kurang dari 1 m yang dikeluarkan dari asap pembakaran bahan yang mengandung timbal
diserap melalui paru-paru lebih dari 90. Timbal dengan diamater lebih dari 2,5 m
Universitas Sumatera Utara
tertumpuk di silia-silia di nasofaring akan tertelan masuk ke saluran pencernaan dan diserap melalui proses absorbsi usus Hu et al, 2007.
Setelah di absorbsi timbal disimpan di dalam berbagai jaringan terutama di tulang. Hanya 2 dari total timbal dalam tubuh berada dalam darah dengan half-life
selama 30 sampai 40 hari. Timbal yang disimpan dalam tulang dan jaringan bisa mempunyai half life sampai berpuluh tahun Riess, 2007. Zaotis 2007
menjelaskan bahwa pada anak sumber keracunana timbal terutama melalui saluran pencernaan, tapi pada orang dewasa lebih banyak melalui saluran pernafasan.
Melalui saluran pencernaan timbal pada anak diserap 45 sampai 50 sedang pada dewasa hanya diserap 10 sampai 15. Begitu diserap baik melalui pencernaan
maupun pernafasan, 99 timbal akan terikat dengan eritrosit dan sisanya 1 lagi berada dalam jaringan. Timbal bisa juga masuk kedalam tubuh manusia selain
melalui saluran pencernaan ingested dan saluran pernafasan, yakni melalui kulit. Departement of Labor and Industries The State of Washington
2000 menyatakan bahwa timbal yang diserap oleh tubuh manusia dan berada dalam darah,
secara bertahap akan dikeluarkan dari dalam tubuh, kadar timbal dalam darah akan akan turun secara normal menjadi setengahnya dalam waktu satu bulan apabila
yang bersangkutan dibebaskan dari keterpaparan terhadap polusi timbal. Untuk pemeriksaan terhadap keracunan timbal sering dihubungkan dengan pemeriksaan
ZPP Zink Protoporphyrin yaitu sejenis enzym di dalam darah yang selalu diukur bersamaan dengan pengukuran kadar timbal dalam darah. Kadar ZPP yang melebihi
angka 70 menunjukkan kemungkinan telah terjadi peningkatan kadar timbal dalam darah penderita.
Universitas Sumatera Utara
Wahyudiono 2006 melakukan penelitian di Surabaya terhadap kadar timbal dalam darah polisi lalu lintas yang memakai masker waktu bertugas dibandingkan
dengan polisi yang tidak memakai masker. Dari 24 orang polisi yang bertugas di perempatan jalan yang padat lalu lintasnya, didapat kandungan timbal dalam darah
sebanyak 31,6 ug100 ml sedangkan yang tidak memakai masker rata-rata sebanyak 49,2 ug100 ml darah. Gangguan kesehatan yang mereka rasakan adalah hipertensi,
nafas tersengal, dada berdebar, sakit pinggang, nafsu makan berkurang, sakit kepala, sukar berkonsentrasi, sakit pada otot-otot dan tulang.
Erawati 2003 dalam penelitiannya terhadap 30 orang polisi lalu lintas di kota Medan menemukan bahwa 87,7 26 orang mengandung Pb dalam darahnya
melebihi 40 ugdl. Hartono 2005 yang mempelajari efek pemberian Plumbum timah hitam anorganik pada tikus putih melaporkan bahwa pemberian senyawa
Plumbum asetat netral 0,5 gkg BBoralharitikus selama 16 minggu tidak menyebabkan gejala syaraf, namun mengakibatkan anemia disertai penurunan berat
badan. Absorbsi plumbum via traktus gastrointestinal mencapai sekitar 16 dan diekskresikan via ginjal sekitar 0,006. Akumulasi plumbum tertinggi dalam
jaringan lunak terjadi berturut-turut pada ginjal, disusul hati, otak, paru, jantung, otot dan testis. Kadar plumbum tertinggi dalam jaringan keras ditemukan di tulang rusuk,
kepala, paha dan gigi serta paling rendah di bulu. Hasil penelitian Environmental
Protection Agency 1994 melaporkan bahwa semakin tinggi intake timbal oleh tubuh maka semakin tinggi kadar timbal dalam darah, sebagaimana tampak pada
Gambar 2.3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Peningkatan Jumlah Intake Timbal akan Menyebabkan Kenaikan Kadar Timbal dalam Darah Sumber: EPA 540 1994
Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, tanah, debu dan cat yang mengandung timbal masuk ke dalam lambung, sedangkan timbal
yang berada di udara masuk melalui paru-paru dan saluran pencernaan, kemudian masuk ke dalam aliran darah dan organ-organ, lalu dikeluarkan melalui kulit, feses
dan urine dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4. Perjalanan Timbal dalam Tubuh Manusia Sumber: EPA 540 1994
Universitas Sumatera Utara
Muldoon et al. 1994 dalam penelitiannya terhadap 205 orang penduduk Baltimore yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan 325 orang
penduduk Pensylvania yang tinggal di daerah pedesaan pada tahun 1990 sampai 1991 mendapatkan hasil sebagai berikut: rata-rata kadar timbal dalam darah pada
peneltian ini lebih rendah 60 dari kadar timbal dalam darah pada penelitian tahun 1976-1980 yaitu dari 12,8 ugdl turun menjadi 5,3 gdl. Kesimpulan lain yang
didapatnya adalah bahwa penduduk kota mempunyai kadar timbal dalam darah lebih tinggi dari penduduk pedesaan secara bermakna. Pada penduduk perkotaan
didapatnya bahwa perokok, peminum alkohol, dan tahun sesudah menopause pada wanita menunjukkan asosiasi positif terhadap kadar timbal dalam darah .
Jin et al 1995 dalam penelitiannya terhadap anak berumur 24 sampai 36 bulan sebanyak 172 orang yang tinggal di Vancouver, Canada, mendapatkan rata-
rata kadar timbal dalam darah 0,29 moll dengan standard deviasi 0,13 moll , range 0,06 moll sampai 0,85 moll. Disimpulkannya bahwa kadar timbal dalam
darah anak menurun dari kadar timbal dalam darah dari penelitian sebelumnya. Tidak ada faktor yang signifikan yang ditemukan yang dapat menyebabkan kenaikan
kadar timbal dalam darah sampel. Nash et al. 2004 meneliti hubungan kadar timbal dalam tulang dengan
kadar timbal dalam darah pada wanita peri-menopause dibandingkan dengan wanita postmenopause dan premenopause. Didapat hasil bahwa kadar timbal dalam darah
pada wanita postmenopause yang dibagi menjadi naturally menopause 25 lebih tinggi dan surgically menopause 30 lebih tinggi dari kadar timbal dalam darah
wanita premenopause. Pada wanita yang baru saja memakai hormone replacement therapy
menunjukkan penurunan kadar timbal dalam darah 1,8 gdl, bagi wanita
Universitas Sumatera Utara
yang sudah lama memakainya didapat kadar timbal dalam darahnya 2,6 gdl sedangkan bagi wanita yang tidak pernah memakainya didapat kadar timbal dalam
darahnya 2,2 gdl. Kesimpulannya bahwa timbal yang disimpan dalam tulang pada masa menopause akan masuk ke dalam darah sehingga kadar timbal dalam darah
menjadi lebih tinggi.
Kadar timbal dalam darah perokok
Penelitian yang dilakukan oleh McKelvey et al 2007 dengan menganalisis data dari survey yang dilakukan oleh NYC HANES pada tahun 2004 dengan jumlah
sampel 1.811 penduduk New York , mendapatkan kadar timbal dalam darah tertinggi pada perokok berat 2,49 ugdl. Mantan perokok mempunyai kadar timbal
dalam darah 8 lebih tinggi dari sampel yang tidak pernah merokok. Mohammadi et al.
2008, melaporkan seorang kasus di Taheran, dengan keluhan sakit yang sangat pada perut sejak 4 bulan yang lalu. Pasien diopname dengan diagnose appendisitis,
yang kemudian dilakukan appendectomi. Namun setelah dilakukan appendectomi tidak ditemukan kelainan pada appendix, sedangkan keluhan sakit perut disertai
sakit kepala, lethargia, capek, irritability, insomnia, muscle pain, constipasi, decreased libido, nausea, vomiting, tremor, loss of appetite
dan penuruan berat badan. Pada pemeriksaan selanjutnya ditemukan bahwa pasien adalah perokok berat
dengan kadar timbal dalam darahnya 138 gdl. Dilakukan pengobatan dengan CaNa2-EDTA dengan dosis 1 gram dua kali sehari selama 5 hari. Setelah
pengobatan pasien merasakan keluhann sakitnya berkurang dan dipulangkan dari rumah sakit. Setelah 2 minggu kemudian pemeriksaan kadar timbal dalam darahnya
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan angka 38,3. Setelah pasien merasakan sehat penuh, ia kembali bekerja ke tempat semula.
Lin et al. 2004 melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3
gdl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah rata-rata 2,7±1,9 gdl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan dari perokok
lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 gdl yang dalam pengujian secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kadar timbal dalam darah pencandu alkohol
Lee et al. 2005 dalam penelitiannya terhadap para ibu yang dalam masa reproduksi di Amerika Serikat menemukan bahwa gaya hidup seperti peminum
alkohol dan perokok mempunyai hubungan dengan kadar timbal dalam darah. Peminum alkohol mempunyai kemungkinan 5,6 kali mempunyai kecendrungan
kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena Alkohol akan membantu meningkatkan absobsi timbal di saluran pencernaan atau
oleh karena adanya kontaminasi timbal pada foil pelapis botol – botol wine.
2.6 Pengaruh Timbal Terhadap Kesehatan