Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan jenis kelamin.

4.7.3 Perbedaan Kadar Timbal dalam Darah Berdasarkan jenis kelamin.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan kadar timbal dalam darah antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan tidak adanya perbedaan proses penyerapan timbal oleh tubuh manusia antara laki-laki dan perempuan. Arther 1980 yang meneliti 378 anak-anak usia dini di Birmingham, menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 0,97 moll dengan range 0,5-1,5 moll. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah anak laki-laki dan anak perempuan dan dijumpainya bahwa kadar timbal dalam darah anak dari keturunan Asia lebih tinggi dari anak keturunan Kaukasia. Berdasarkan jenis pekerjaan Penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah penarik becak dayung, penarik becak mesin dan pedagang pinggir jalan. Hal ini bisa disebabkan karena waktu dan tempat mereka bekerja dalam kondisi yang hampir sama terutama sehubungan dengan kadar timbal di udara ambien disekitar tempat mereka bekerja. Demikian juga pada waktu bekerja menurut pengamatan peneliti mereka tidak pernah memakai masker sebagai salah satu alat pelindung diri terhadap polusi timbal. Berdasarkan lama bekerja Hasil analisa data penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan kadar timbal dalam darah yang bermakna antara pekerja yang bekerja lebih dari 5 Universitas Sumatera Utara jam sehari dengan pekerja yang bekerja kurang dari 5 jam sehari p=0,22, 0,05. Hal ini bisa disebabkan waktu mereka bekerja adalah pada waktu yang bersamaan yang biasanya pada pagi hari sewaktu jam masuk sekolah atau jam masuk kerja bagi pelanggan mereka dan pada siang hari sewaktu jam pulang sekolah dan jam pulang kerja pelanggannya. Kedua waktu ini menurut Sitohang 2001 adalah waktu dimana kadar timbal di udara mencapai konsentrasi tertinggi. Berdasarkan kebiasaan merokok Penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah responden perokok dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan bahwa timbal berasal dari daun tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok mengandung timbal sebagai residu dari proses penanaman, pemupukan ataupun timbal yang berasal dari tanah pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pirsaraei 2007 yang melakukan penelitian kadar timbal dalam rambut terhadap 25 orang pekerja pabrik peleburan timbal, dengan kelompok kontrol 25 orang yaitu pekerja di kantor pabrik peleburan timbal tersebut dan 25 orang lagi kelompok kontrol dari penduduk kota Zanjan di Iran. Pada kelompok pekerja didapat kadar timbal dalam rambut rata-rata 131,7 ± 93,4 uggr, dari kelompok pekerja kantor 21,1 ± 13,2 uggr sedangkan dari kelompok penduduk 27,9 ± 14,1 uggr. Salah satu variabel dalam penelitian ini adalah kelompok perokok, dimana hasil analisa data tidak menunjukkan perbedaan yang Universitas Sumatera Utara bermakna dari kadar timbal dalam rambut dari kelompok perokok dan kelompok bukan perokok. Bernard et al. 2003 melakukan penelitian terhadap anak-anak berumur 1 sampai 5 tahun di Amerika Serikat dengan mengolah data dari Third National and Nutrition Examination Survey tahun 1988-1994 mendapatkan bahwa anak- anak yang tinggal dengan orang tua yang merokok dalam rumahnya tidak menunjukkan perbedaan kadar timbal darah yang bermakna dibanding dengan anak-anak yang tinggal dengan orang tua yang tidak merokok. Lin et al. 2004 melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3 gdl. Dari 36 kasus non perokok didapatnya kadar timbal dalam darah rata-rata 2,7±1,9 gdl, dari 38 kasus perokok 1-19 pak per tahun 3,0±2,1 dan dari perokok lebih dari 20 pak per tahun 4,1±3,3 gdl yang dalam pengujian secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McKelvey et al. 2007 dengan menganalisa data dari survey yang dilakukan oleh NYC HANES pada tahun 2004 dengan jumlah sampel 1.811 penduduk New York, mendapatkan kadar timbal dalam darah tertinggi pada perokok berat 2,49 ugdl. Mantan perokok mempunyai kadar timbal dalam darah 8 lebih tinggi dari sampel yang tidak pernah merokok. Lee et al. 2005 menemukan perokok mempunyai kemungkinan 4,5 kali untuk punya kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena dalam setiap 20 batang rokok, pengisap akan menghirup 1,5 g timbal yang terkandung di dalam rokok. Universitas Sumatera Utara Hense et al. 1992 dalam penelitiannya menemukan bahwa pengaruh merokok terhadap kadar timbal dalam darah lebih menonjol pada perempuan, Odds Ratio untuk wanita dalam masa produktif adalah 2,5 bagi wanita perokok dibanding dengan yang bukan perokok. Hu et al. 1996 dalam penelitiannya terhadap 2.280 penduduk Boston berumur 21 sampai 80 tahun. Sampel dipisahkan menjadi Non Smoker 01 batang rokok perhari, mantan perokok tidak merokok selama 30 hari sebelum pemeriksaan. Didapat hasil kadar timbal dalam darah rata-rata untuk tidak perokok 6,4 SD 4,1 gdl, perokok 1-20 pak per tahun 5,8 SD 3,7 gdl, perokok 21-40 pak per tahun 5,9 SD 3,3 gdl, untuk perokok lebih dari 40 pak per tahun 7,1 SD 4,2 gdl dan untuk sampel yang tidak ada informasi mengenai perokok adalah 6,1 SD 6,4 gdl yang dalam pengujian statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna pada p=0.01. Berdasarkan jenis pendidikan Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah dari responden yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA. Hal ini bisa disebabkan bahwa menurut pengamatan peneliti tidak terdapat perbedaan sikap terutama dalam hal pemakaian alat pelindung diri antara responden yang berpendidikan SD dengan responden yang berpendidikan SMP maupun SMA. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tempat istirahat pada siang hari. Pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diuji secara terpisah tidak ditemukan perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah antara pekerja yang pada siang hari beristirahat di pinggir jalan raya dengan pekerja yang beristirahat di rumah. Pada hasil analisis regresi linear multiple setelah dimasukkan ke 15 variabel bebas penelitian maka ditemukan variabel tempat istirahat mempunyai pengaruh terhadap kadar timbal dalam darah. Hal ini tentu saja sangat berhubungan dengan waktu terpapar responden terhadap timbal di udara dimana responden yang beristirahat di rumah akan terhindar dari paparan timbal selama dia beristirahat. Berdasarkan tempat tinggal Pada kelompok kontrol ditemukan perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah antara responden yang bertempat tinggal di pinggir jalan dan responden yang tinggal di dalam gang. Hal ini tidak ditemukan pada kelompok perlakuan. Hal ini bisa disebabkan karena penyebaran partikel timbal di udara bisa mencapai gang-gang tempat tinggal responden, sehingga walaupun rumah responden terdapat di dalam gang, keterpaparannya terhadap polusi timbal juga tidak berbeda dengan yang tinggal di pinggir jalan raya. Berdasarkan Kebiasaan Minum Susu Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna kadar timbal dalam darah antara responden yang minum susu dengan responden yang tidak minum susu. Hal ini bisa terjadi mungkin karena frekuensi responden minum susu tidak cukup Universitas Sumatera Utara menambah asupan kalsium ke dalam tubuhnya sampai ke titik yang dapat mempengaruhi absorbsi timbal. Berdasarkan kebiasaan meminum alkohol. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah responden peminum alkohol dengan yang tidak peminum alkohol. Diperkirakan bahwa timbal pada peminum alkohol berasal dari bahan baku alkohol yang mengandung timbal atau timbal berasal dari proses packing minuman tersebut. Hasil ini sama dengan hasil yang didapat oleh Lin et al. 2004 yang melaporkan hasil penelitiannya terhadap 84 orang berumur 31 sampai 72 tahun di Boston menemukan kadar timbal dalam darah rata-rata 3 gdl. Pada 78 sampel yang bukan peminum alkohol didapat hasil kadar timbal dalam darah rata-rata 2,9±2,2 gdl. Sedangkan pada peminum alkohol lebih dari 2 kali sehari 3,7±2,5 gdl yang pada pengujian secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hense et al. 1992 dalam penelitiannya juga menemukan bahwa odds ratio 2.6 bagi wanita usia produktif yang peminum sampai dengan 40 gram alkohol perhari dibandingkan dengan yang tidak peminum alkohol dan 8,9 untuk wanita peminum alkohol lebih dari 40 gram alkohol perhari dalam hubungannya dengan kadar timbal dalam darah. Per gram alkohol bagi peminum beer mempunyai pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan peminum wine, diduga disebabkan oleh kadar timbal yang dikandung wine lebih tinggi dibanding beer. Universitas Sumatera Utara Hu et al. 1996 terhadap 2.280 penduduk Boston berumur 21 sampai 80 tahun yang memisahkan sampelnya menjadi dua bagian yaitu peminum alkohol lebih atau sama dengan 2 kali sehari didapat kadar timbal dalam darahnya rata- rata 6,7 SD 3,5 gdl sedangkan untuk yang bukan peminum alkohol 6,1 SD 4,3 gdl dengan perbedaan yang bermakna pada p=0,005. gdl Berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna p0,005 antara tekanan darah responden baik sistolik maupun diastolik pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Neri et al. 1988 yang menyatakan bahwa dijumpai hubungan yang positif antara kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah dari analisa data yang dikumpulkan pada Survei Kesehatan di Canada tahun 1978-1979, namun hubungan ini sangat lemah. Penderita dengan kadar timbal darah yang melebihi 10 ugdl mengalami 37 resiko tekanan diastolik melebihi 90 mm Hg. Pada studi yang dilakukannya selama 14 tahun terhadap pekerja pabrik peleburan timbal didapat kenaikan tekanan diastolik sebesar 0,298 mm Hg dan kenaikan tekanan sistolik sebesar 0,21 mm Hg untuk setiap kenaikan 1 ugdl kadar timbal dalam darah. Penelitan Roncal et al. 2007 mendapatkan dari hasil penelitiannya terhadap tikus yang diberi air minum yang mengandung timbal n=16 dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi air minum mengandung timbal n=9 selama 4 minggu. Kadar timbal dalam darah pada kelompok perlakuan adalah 26,4 ± 4,5 µgdl dibanding 1 ± 0 µgdl pada kelompok kontrol setelah 16 minggu. Mereka mendapatkan bahwa pemberian timbal berhubungan kenaikan Universitas Sumatera Utara tekanan darah sistolik dan penurunan fungsi ginjal. Glomerulosclerosis bertedensi semakin memburuk pada tikus yang diberi perlakuan dengan timbal. Mereka menyimpulkan bahwa timbal mendorong terjadinya penyakit ginjal kronis melalui kenaikan tekanan darah dan mendorong terjadinya microvascular dan tubulointerstitial injury. Hasil yang sama juga didapat oleh Pocock et al. 1984 yang meneliti 7736 laki-laki pada umur pertengahan di 24 kota di Inggeris menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Namun pada 74 kasus laki-laki dengan kadar timbal dalam daran 1,8 moll 37,3 g100ml atau lebih, terlihat sedikit pengaruh terhadap timbulnya hipertensi, tapi pengaruh ini tidak signifikan. Berbeda dengan hasil penelitian Sharp et al. 1988 yang melakukan penelitian mengenai hubungan kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah tinggi pada pengemudi bus. Mereka menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara terjadinya hipertensi pada pengemudi bus ada hubungannya dengan kadar timbal dalam darah mereka. Demikian juga bila dibanding dengan hasil penelitian yang dilakukan Martin et al. 2006 yang melakukan penelitian di Amerika dengan jumlah 964 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan berumur 50-70 tahun, mendapatkan bahwa timbal mepunyai efek akut terhadap tekanan darah dan menimbulkan hipertensi baik sistolis maupun diastolis pada keracunan khronis oleh karena adanya akumulasi timbal di dalam darah pada orang dewasa. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kaeboonchoo et al. 2007 yang mengevaluasi kadar timbal dalam darah dan tekanan darah pada pengemudi Universitas Sumatera Utara bus di kota Bangkok, Thailand setelah diberlakukannya larangan pemakaian bensin yang mengandung timbal di kota Bangkok. Penelitian ini melibatkan 439 orang pengemudi laki-laki berumur 23 sampai 59 tahun dengan masa kerja 7 sampai 10 tahun. Didapat kadar timbal dalam darah sebesar 2,5-16,2 µgdl, rata- rata 6,3 µgdl. Prevalence rate dari sistolik hipertensi dan diastolik hipertensi pada sampel adalah 23,0 dan 18,2. Didapat korelasi yang bermakna antara Kadar timbal dalam darah dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Disimpulkannya juga bahwa keterpaparan timbal yang menyebabkan kadar timbal dalam darah yang cukup rendah berpengaruh terhadap tekanan darah. Hasil ini juga berbeda dengan hasil penelitian Peters et al. 2007 dalam studinya dengan mempergunakan cross sectional analysis mendapatkan bahwa faktor stress akan memperkuat timbulnya kenaikan tekanan darah pada sampel yang mengandung kadar timbal dalam tibia yang tinggi. Penelitian ini melibatkan 791 kasus yang diperiksa kadar timbal dalam tulangnya dengan kadar 21,5 ± 13,4 µgg, yang 513 diantaranya disertai dengan stress, yang menghasilkan 276 orang menderita hipertensi dan 237 orang yang tidak menderita hipertensi. Demikian juga bila dibandingkan dengan hasil penelitian De Kort dan Wim 1988 yang melakukan penelitian terhadap 53 orang pekerja yang bekerja pada pabrik yang memproses timbal dan cadmium dan sebagai kelompok kontrol adalah 52 orang yang pekerjaannya tidak berhubungan dengan prosesing timbal. Hasil analisa data yang diperoleh bahwa nilai median P50 timbal darah rata-rata pada pada pekerja asal Belanda adalah 288 - 340 µgdl dan 340-452 µgdl pada pekerja yang berasal dari Meriterania. Pada analisa data selanjutnya didapat bahwa efek terhadap tekanan darah sistolik adalah bahwa terdapat kenaikan Universitas Sumatera Utara tekanan darah sistolik sebesar 1,8 mm Hg untuk setiap kenaikan 100 µgdl kadar timbal darah, dan kenaikan sebesar 1 mm Hg terjadi pada tekanan diastolik untuk setiap kenaikan 100 µgdl kadar timbal dalam darah. Berbeda juga dengan hasil penelitian Yazbeck et al. 2009 yang melakukan penelitian terhadap 1017 ibu hamil dari tahun 2003 sampai 2005 . Kadar timbal dalam darah diukur dengan atomic absorption spectrometry pada kehamilan ibu berumur 24 dan 28 minggu. Hasil penelitiannya menunjukkan pasien dengan hipertensi sebanyak 106 orang 10,9 Kadar timbal dalam darah menunjukkan secara signifikan lebih tinggi pada penderita hipertensi 2,2 µgdl,SD1,4 µgdl dibanding dengan ibu-ibu yang mempunyai tekanan darah normal 1,9 µgdl,SD 1,2 µgdl. Korelasi yang signifikan juga ditemukan antara kadar timbal dalam darah dengan hipertensi sistolik dan diastolik pada 24 minggu masa menyusui. Penelitian oleh Grandjean et al. 1989 menemukan pada penelitiannya bahwa ada hubungan peningkatan kadar timbal dalam darah akan meningkatan tekanan darah penderita. Cheng et al. 2001 menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa pemaparan terhadap polusi timbal dalam jangka waktu lama akan meniningkatkan kadar timbal dalam tulang dan dalam darah yang kemudian menimbulkan hipertensi. Mark Lustberg dan Silbergeld 2002 menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa seseorang dengan kadar timbal darah antara 20 sampai 29 ugdl pada tahun 1976 sd 1980 menunjukkan peningkatan kematian disebabkan gangguan peredaran darah dan jantung Hasil penelitian Kuo et al. 2006 di Taiwan melakukan penelitian terhadap pengaruh kadar timbal dalam darah terhadap tekanan darah. Jumlah Universitas Sumatera Utara samplel 2.565 orang dewasa aborigines dan non aborigines. Mempergunakan multiple linear egression didapatnya bahwa kadar timbal dalam darah mempunyai korelasi positif dengan tekanan darah baik sistolis dengan peningkatan 0,85 mmHg untuk setiap kenaikan satu µgdl kadar timbal dalam darah, dan kenaikan tekanan diastolis sebanyak 0,48 mmHg untuk setiap kenaikan satu µgdl kadar timbal dalam darah. Weiss et al. 1988 melakukan penelitian terhadap 89 orang polisi di Boston menyimpulkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah diatas atau sama dengan 30 µgdl menyebabkan naiknya tekanan darah sistolis secara bermakna, tetapi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah diatolis. Berbeda juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fenga et al. 2006 terhadap 27 orang pekerja pabrik baterai bekas. Sampel ini diperiksa terlebih dahulu dan diketahui tidak menderita tekanan darah tinggi sistolis diatas 140 mmHg dan diatolis diatas 90 mmHg dan tidak menderita penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Udara di lokasi tempat mereka bekerja diketahui terpolusi timbal dengan kadar 21- sampai 45 gm 3 sedangkan standart maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah untuk daerah industri adalah 0,05 mgm 3 50 gm 3 . Kadar timbal dalam darah maksimum untuk komunitas Eropah adalah 15 gdl. Rata-rata kadar timbal dalam darah sampel didapat 42,33 ±15,6 gdl. Rata-rata tekanan darah sistolis adalah 129,85±20,99 mmHg. Rata- rata tekanan darah diastolik 80,6 ± 13,33 mmHg. Mereka menyimpulkan bahwa pemaparan kronis terhadap polusi timbal yang rendah menyebabkan pengaruh yang ringan terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik. Mereka juga Universitas Sumatera Utara menyimpulkan bahwa pemaparan timbal dengan kadar rendah dalam waktu lama secara kumulatif akan menyebabkan kenaikan tekanan darah pekerja. Berdasarkan kadar hemoglobin darah Pada penelitian ini tidak didapat perbedaan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah responden perlakuan dan kelompok kontrol. Dibandingkan dengan hasil penelitian Willows et al. 2002 terhadap 186 bayi aborigin di Canada yang diperiksa kadar timbal dalam darahnya menemukan median kadar timbal dalam darah adalah 0,08 moll range 0,01-1.00 moll. Dari bayi-bayi yang diukur kadar timbal dalam darahnya didapat prevalens dari anemia hemoglobin kurang dari 110 gl sebanyak 25. Bayi-bayi yang menderita anemia mempunyai kadar timbal dalam darah rata-rata yang lebih tinggi dibanding bayi-bayi yang tidak menderita anemia 0,11 moll dibanding 0,07 moll, P-0,003. Disimpulkannya bahwa didapat signifikan negatif korelasi antara kadar timbal dalam darah kadar hemoglobin dalam darah. Karita et al. 2005 meneliti 388 orang pekerja laki-laki yang terekspose polusi timbal dengan kadar timbal dalam darah 0,5 – 5,5 mean 1,3 moll. Dari penelitian ini mereka menyatakan behwa kadar timbal dalam darah berhubungan secara signifikan terhadap kadar Hb, terhadap butir darah merah dan hematokrit. Pada pekerja dengan anemia rata-rata kadar timbal dalam darah lebih tinggi 1,85 moll dibanding dengan kriteria dari WHO bagi orang yang tidak anemia kadar timbal dalam darahnya 1,26 moll. Anetor et al. 2005 yang meneliti 86 kasus pekerja pabrik yang menggunakan timbal dan 51 kasus yang tidak terpapar dengan timbal sebagai kontrol. Kadar timbal dalam darah lebih tinggi secara signifikan dibandingkan Universitas Sumatera Utara dengan kontrol. Dilakukan pemeriksaan calcium dan haematological indices mencakup haemoglobin, haematokrit dan mean corpuscular haemoglobin concentration MCHC, yang menunjukkan bahwa kadarnya lebih rendah pada kelompok yang mengandung kadar timbal dalam darah yang lebih tinggi. Jumlah total ion calcium secara signifikan lebih rendah pada kelompok yang mengandung kadar timbal dalam darah lebih tinggi. Penelitian juga menunjukkan bahwa timbal dapat menekan sistem endokrin yang mengatur pembentukan darah dan kadar kalsium dalam tubuh. Jain et al. 2005 meneliti pengaruh timbal dalam darah dengan kadar dibawah 10 µgdl terhadap timbulnya anemia pada anak dibawah umur 3 tahun. Dalam penelitian ini mereka membagi anemia berdasarkan kadar hemoglobin menjadi 3 kategori yaitu anemi ringan kadar hemoglobin 10-10,9 gdl, anemi sedang kadar hemoglobin 8-9,9 gdl dan anemi berat kadar hemoglobin dibawah 8 gdl. Didapat 568 anak 53 dengan kadar timbal dalam darah dibawah 10 µgdl, 413 anak 36 dengan kadar timbal dalam darahnya sama atau lebih dari 10-19,9 µgdl dan 97 anak 9 mempunyai kadar timbal dalam darah sama atau lebih dari 20 µgdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kadar timbal dalam darah lebih atau sama dengan 10 µgdl mempunyai 1,3 kali lebih tinggi untuk menderita anemia sedang dibanding dengan anak dengan kadar timbal dalam darahnya kurang dari 10 µgdl. Berdasarkan kadar kreatinin darah. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan kreatinin dalam darah responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Dari data ini dapat Universitas Sumatera Utara diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar kreatinin darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pocock et al. 1984 terhadap 7736 laki-laki pada umur pertengahan di 24 kota di Inggeris mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kadar kreatinin dalam serum. Berbeda dengan hasil penelitian Kim et al. 1996 dalam penelitiannya terhadap 459 orang laki-laki di Boston menyatakan bahwa kadar timbal dalam darah berhubungan secara signifikan terhadap kreatinin serum walaupun kadar timbal dalam darah sampel ini tidak pernah melebihi 10 µgdl selama masa penelitian. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kadar timbal yang rendah dalam darah pada umur pertengahan dan lelaki yang lebih tua dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Lin et al. 2004 meneliti 202 pasien penderita gangguan ginjal kronis yang ditandai dengan kadar kreatinin serum antara 1,5 mgdl sampai 3,9 mgdl. Umur penderita 18 sampai 80 tahun. Semua penderita diketahui mengandung total body lead burden dan tidak terpapar dengan timbal selama 24 bulan. Body lead burden sebesar 600 µg yang diukur dengan EDTA mobilization testing dan pengumpulan urin 72 jam. Kriteria eksklusi adalah penderita gangguan ginjal yang disebabkan malignan hipertension, urinary tract infection, hypercalcemia dan drug induce nephrotoxic effect dan systemic diseases. Kesimpulan yang mereka ambil adalah bahwa keterpaparan terhadap timbal dalam kadar rendah dapat mempercepat memburuknya gangguan ginjal kronis pada pasien yang bukan penderita diabetes. Pemberian chelation terapi dapat memperbaiki fungsi Universitas Sumatera Utara ginjal dan memperlambat penurunan fungsi ginjal pada penderita gangguan ginjal kronis. Payton et al. 1994 meneliti hubungan antara kreatinin klerens dan kadar timbal dalam darah pada 744 sampel laki-laki dari tahun 1988-1991 yang berumur 43 sampai 90 tahun di Greater Boston, Massachusetts. Sampel dipilih yang tidak terpapar dengan timbal di lingkungannya. Kadar timbal dalam darah rata-rata 8,9 gdl, S.D 3.9 gdl, dan kreatinin klerens sebesar 88,2 mlmenit, S.D. 22,0 mlmenit. Pengujian statistik dilakukan dengan multivariate linear regression , didapat bahwa kreatinin klerens secara signifikan dan berbanding terbalik dengan peningkatan kadar timbal dalam darah. Peningkatan kadar timbal dalam darah 10,0 gdl sebanding dengan penurunan kreatinin klerens sebesar 10,4 mlmenit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterpaparan dengan kadar timbal yang rendah di lingkungan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.

4.7.4 Usulan pengembangan kebijakan