3.4. Standard Nordic Questionnaire SNQ
4
Standard Nordic Quitionnaire SNQ adalah suatu kuisioner untuk menilai keluhan musculoskeletal para pekerja yang terdiri dari 27 keluhan di seluruh tubuh
dengan kategori Tidak Sakit TS, Agak Sakit AS, Sakit S, dan Sangat Sakit SS. Adapun tabel kuisioner SNQ dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Kuisioner SNQ
No Jenis Keluhan
Keterangan Tidak
Sakit Agak
Sakit
Sakit Sangat
Sakit
Sakit kaku di bagian leher bagian atas 1
Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2
Sakit di bahu kiri 3
Sakit di bahu kanan 4
Sakit lengan atas kiri 5
Sakit di punggung 6
Sakit lengan atas kanan 7
Sakit pada pinggang 8
Sakit pada bokong 9
Sakit pada pantat 10
Sakit pada siku kiri 11
Sakit pada siku kanan 12
Sakit pada lengan bawah kiri
4
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Tabel 3.5. Kuisioner SNQ Lanjutan
No Jenis Keluhan
Keterangan Tidak
Sakit Agak
Sakit
Sakit Sangat
Sakit
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
Adapun gambar identifikasi keluhan musculosceletal dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Identifikasi Keluhan Musculosceletal
Setelah dilakukan rekapitulasi skor pada pengumpulan data kemudian dilakukan perhitungan persentasi keluhan yang dirasakan pekerja pada masing-
masing bagian tubuh pekerja tersebut. Untuk mendapatkan persentasi tersebut dapat dicari dengan rumus :
100 ×
= operator
tubuh bagian
risiko skor
Jumlah operator
tubuh bagian
risiko Skor
Keluhan
Contoh :
100 344
15 ×
= bawah
bagian leher
di sakit
Skor 3
, 4
=
3.5. Antropometri
5
Salah satu kegiatan terpenting yang dilakukan manusia adalah bekerja, dimana antropometri tubuh yang secara umum berhubungan dengan lingkungan
fisik pekerja. Lingkungan fisik di sini berarti semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja yang akan mempengaruhi pekerja baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap pekerja, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mempelajari keadaan fisik
manusia yang dijadikan acuan sebagai operator, untuk kemudian digunakan sebagai dasar untuk merangsang lingkungan fisik tersebut.
Untuk meningkatkan produktivitas, pekerja harus didukung oleh sistem kerja dan lingkungan kerja yang baik juga. Untuk merangsang sistem kerja yang
baik, maka haruslah dipahami secara benar tentang keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki manusia, sebab di dalam suatu sistem kerja manusia akan berperan
sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, dan pengevaluasi. Untuk membuat suatu sistem kerja yang baik, maka perlu dirancang
peralatan yang sesuai dengan keadaan fisik pekerja. Peralatan yang digunakan dalam bekerja harus benar-benar membuat pekerja merasa nyaman dan tidak
mudah lelah dalam melakukan pekerjaannya. Hal ini akan memberi kepuasan kerja kepada pekerja dan pekerjaan menjadi lebih efektif. Agar kepuasan kerja,
kenyamanan dan pekerjaan efektif tercapai dalam menggunakan produk tersebut,
5
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Wijaya.
maka perlu dilakukan pengukuran data antropometri pada perancangan suatu produk yang akan digunakan oleh manusia.
Data antropometri dapat digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dan dapat diaplikasikan secara luas dalam perancangan produk dan
lingkungan kerja. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia
yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Antropometri terdiri dari dua kata yaitu anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Antropometri menurut Stevenson dan Nurmianto adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan data untuk penanganan masalah desain. Singkatnya antropometri dapat diartikan sebagai
suatu studi tentang pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis
dalam proses perencanaan design produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan
secara luas antara lain dalam hal : a.
Perancangan areal kerja b.
Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas tools dan sebagainya.
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer
dan lain-lain. d.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran
tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang
setelah 60 tahun. 2.
Jenis kelamin Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian
dada dan pinggul. 3.
Rumpun dan Suku Bangsa Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etni akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. 4.
Posisi Tubuh Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran. 5.
Cacat Tubuh Data antropometri disini akan akan diperlukan untuk rancangan produk bagi
orang-orang cacat. 6.
Jenis Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawanstafnya. Contohnya seorang buruh harus mempunyai postur tubuh
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
7. Faktor Kehamilan pada Wanita
Kondisi ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh wanita. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti itu. 8.
Tebaltipisnya pakaian yang harus dikenakan Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian
3.5.1. Tiga Prinsip dalam Penggunaan Data Antropometri
Data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan ciri fisik dipengaruhi oleh banyak factor sehingga
berbeda satu sama lainnya maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data tersebut, yaitu: perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim,
perancangan fasilitas yang bisa diseesuaikan, dan perancangan fasilitas berdasarkan harga arata-rata pemakainya.
1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim.
Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-
orang yang akan memakainya biasanya minimal oleh 95 pemakai. Untuk ukuran dimensi tubuh manusia yang ekstrim, maka perancangannya dibuat
supaya memenuhi dua hal yaitu sesuai dengan ukuran manusia yang
tergolong ekstrim dan juga tetap mampu memenuhi ukuran tubuh mayoritas. Supaya memenuhi dua sasaran tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
dapat ditetapkan dengan dua cara. Pertama dengan menerapkan dimensi minimum dengan berdasarkan pada nilai percentile terbesar. Kedua, dengan
menetapkan dimensi maksimum yang berdasar nilai percentile terendah. 2.
Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas itu bisa
menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yangn mungkin memerlukannya. Kursi pengemudi mobil bisa diatur maju-
mundurnya dan kemiringan sandarannya; dan tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya, merupakan contoh-contoh dari pemakaian prinsip
ini dalam praktek. 3.
Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata pemakainya. Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ektrim
tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya; artinya hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman
ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan jika fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan, tidak layak karena
mahal biayanya.
3.5.2. Jenis-jenis Antropometri 3.5.2.1. Antropometri Statis
Antropometri statis sehubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi dibakukan. Pengukuran
dimensi tubuh manusia ini dilakukan dalam berbagai posisi standar dan tegak sempurna yang biasa disebut static anthropometri. Pengukuran jenis ini biasanya
untuk mendapat data berat badan, tinggi badan, ukuran kepala, tinggi lutut dsb.
3.5.2.2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis sehubungan dengan pengukuran keadaaan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi pada saat pekerja tersebut melaksanakan kegitannya. Pengukurannya akan berbeda bila dibandingkan cara pengukuran
antropometri statis karena pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data antropometri dinamis.
Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
3.5.3.
Dimensi Tubuh Manusia dalam Perancangan
6
Pada umumnya dimensi tubuh yang diukur dalam melakukan perancangan adalah posisi saat berdiri, posisi saat duduk, kapala, tangan dan kaki dapat dilihat
pada Gambar 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, dan 3.9.
6
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Gambar 3.5. Antropometri Posisi Berdiri
Gambar 3.6. Antropometri Posisi Duduk
Gambar 3.7. Antropometri Kepala
Gambar 3.8. Antropometri Tangan
Gambar 3.9. Antropometri Kaki
Keterangan gambar adalah sebagai berikut: 1. Antropometri kepala terdiri dari:
A. Jarak antara vertex dengan dagu B. Jarak antara mata dengan dagu
C. Jarak antara hidung dengan dagu D. Jarak antara mulut dengan dagu
E. Jarak antara ujung hidung dengan lekukan lubang hidung F. Jarak antara ujung hidung dengan kepala belakang
G. Jarak antara dahi dengan belakang kepala H. Jarak antara vertex dengan lekukan di antara kedua alis
I. Jarak antara vertex dengan daun telinga atas J. Jarak antara vertex dengan lubang telinga
K. Jarak antara vertex dengan daun telinga bawah L. Lingkar kepala membujur
M. Lingkar kepala melintang N. Lebar kepala
O. Jarak antara kedua mata P. Jarak antara kedua pipi
Q. Jarak antara kedua lubang hidung R. Jarak antara kedua persendian rahang bawah
S. Jarak antara kedua daun telinga T. Jarak antara cuping hidung
2. Antropometri tangan terdiri dari: A. Panjang tangan
B. Panjang telapak tangan C. Lebar tangan
D. Lebar tangan sampai matakarpal E. Ketebalan tangan sampai matakarpal
F. Lingkar tangan sampai telunjuk G. Lingkar tangan sampai ibu jari
3. Antropometri kaki terdiri dari: A. Panjang kaki
B. Lebar kaki C. Jarak antara tumit dengan telapak kaki yang lebar
D. Lebar tumit ukur yang terlebar E. Lingkar kaki membujur
3.5.4. Antropometri dan Peralatan
7
Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor-
faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang terjadi Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat
denga ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing.
Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan
tinggi tubuh kerja pada posisi duduk lebih menerima getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding yang posisi
kerja berdiri. Selain itu penelitian Gunnar terhadap 20 orang wanita dan 20 orang laki-
laki yang sedang menggunakan handle pelatuk powered drill tools, median panjang lengan kelompok laki-laki 189 ± 10 mm dan kelompok perempuan 174 ±
9 mm, ternyata ketepatan membidik pelatuk powered drill tools ukuran lebar 50 mm lebih mampu digunakan kelompok perempuan dan kelompok laki-laki
mampu menggunakan handle pelatuk powered drill tools ukuran 60 mm. Hasil beberapa temuan penelitian di atas memberi keyakinan bahwa semua peralatan
harus didesain sesuai antropometri pengguna.
3.5.5. Antropometri dalam Sistem Manusia-Mesin
7
Liliana Y.P. 2007. Pertimbangan Antropometri pada Pendesainan. Seminar Nasiona lII. SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.
disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk mempunyai
peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja. Diantara penyebab kesalahan pengoperasian setiap produk, didapat kesalahan manusia.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa besarnya faktor manusia berperan dalam kelancaran pemakaian produk. Memang kesalahan adalah
manusiawi, tetapi penelitian lebih jauh menunjukkan bahwa kesalahan manusia banyak disebabkan kesalahan rancangan produk. Ini menunjukkan bahwa
kesalahan manusia berawal pada perancangannya yang ‘tidak manusiawi’ dan berakibat pada tahap pemakaiannya sebagaimana juga pada perawatannya. Sejalan
dengan munculnya kesadaran akan arti pentingnya faktor manusia, para pendisain reaktor maupun instalasi-instalasi lainnya mengikutsertakan antropometri dalam
desain stasiun kerjanya serta peralatan pendukungnya. Tujuan utama penyertaan antropometri ini adalah untuk memperkecil beban kerja operator sehingga
keamanan dan keselamatan instalasi itu dapat dipertinggi lagi. Persoalan yang muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan
dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan antropometri tenaga kerja Indonesia. Permasalahan ini timbul karena semuanya
itu didesain bukan oleh orang Indonesia dan tidak berdasarkan pada data antropometri tenaga kerja Indonesia, meskipun pada akhirnya hasil rancangan
tersebut akan dioperasikan oleh orang Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengukuran data antropometri orang Indonesia untuk menjawab permasalahan
yang timbul.
Ilmu ergonomi memang masih relatif baru di Indonesia, itupun baru diperkenalkan dan diaplikasikan di lingkungan tertentu secara sporadis. Dalam
dunia perancangan kenyataan menunjukkan betapa kesadaran ergonomi belum tertanam. Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di sektor perhubungan maupun
industri lebih banyak diakibatkan oleh salahnya pendekatan antropometri pada desain.
Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan harus
disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penggunanya.
Peranan ergonomi dalam sistem kerja adalah untuk melindungi tenaga kerja dari pengaruh negatif akibat pemakaian peralatan atau mesin yang tidaks
erasi dengan gerakan kerja manusia Atmosoeharjo, 1994. Dalam hal ini, ergonomi membuat peralatan sesuai dengan pengguna sehingga memungkinkan
terjadinya sikap kerja yang alamiah pada tenaga kerja. Kondisi ini dapat mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja dan bahaya kecelakaan. Suma’mur
1993 menyatakan dengan menerapkan prinsip ergonomi di tempat kerja dapat mengurangi beban kerja, yang artinya tenaga kerja dapat memaksimalkan sistem
kerjanya. Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pekerja
adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja yang tidak ergonomis dalam arti desain
yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna. Melalui data antropometri akan didapatkan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang akan dirancang sesuai dengan pekerja yang akan menggunakan produk tersbut. Dalam hal ini, perancang produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90-95 dari
populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu menggunakan dengan selayaknya.
3.5.6. Alat Ukur Tubuh “Martin” Model YM-1
8
1. Martin Statue–Meter Meter pengukur tinggi
Satu set alat ukur tubuh “martin” ini terdiri atas :
Panjang 2 meter, dapt dipisan menjadi 4 bagian untuk mengukur tinggi, tinggi duduk, tungkai dan lengan dan lain-lain. Alat ini bukan hanya untuk
mengukur tinggi tubuh manusia tetapi juga untuk panjang atau diameter bagian tubuh lainnya. Skala pipa baja adalah dari 0 – 200 mm dapat dipisah
sesuai dengan keinginan. 2.
Skala Pengukur Lurus Alat ini juga diukur dengan meter pengukur tinggi. Dapat digunakan dengan 1
atau 2 potong, tergantung bagian mana yang diukur
8
Poerwanto, dkk. 2008. Instrumentasi dan Alat Ukur
3. Skala Pengukur Kurva
Alat ini juga dirakit dengan meter pengukur tinggi. Untuk mengukur lebar tubuh dan bagian yang relatif pendek seperti leher, diameter kepala dan
panjang kaki. 4.
Martin Goniometer Dua kurva yang disambung pada satu ujung yang dapat dibuka dan ditutup,
dilengkapi dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari 1 mm–450 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur kepala, lipatan lemak atau bagian kecil
tubuh. 5.
Metal Penggaris Metal penggaris berukuran 150 mm dengan minimum skala 1 mm untuk
mengukur bagian kecil secara linier. 6.
Martin Caliper Untuk mengukur bagian kecil dari telinga, wajah, jari kaki atau sudut-
sudutnya. Skala samping adalah tetap pada satu sisi dengan ukuran 200 mm x 1 mm dan pada sisi lain skala dapat digeser.
Caliper mempunyai skala 250 mm didepaknn dan dibelakang. Panjang sisi lengan adalah tetap pada sudut kanan ke titik nol dan panjangnya 120 mm.
Satu ujung dari sisi lengan adalah tajam di sisi lain tumpul dan datar. Skala pada sisi juga sama seperti diatas, namun dapat digeser sepanjang caliper.
Gabungkan kedua ujung lengan dan baca langsung skala. Ujung yang tajam biasanya digunakan untuk kerangka sedang yang tumpul dan datar untuk
tubuh hidup.
7. Kantong Kapas Alkohol
Letakkan kapas penyerap dan alkohol ke dalam kantong untuk mensterilkan ujung alat sebelum pengukuran dilakukan.
8. Pita Pengukur
Alat ini digunakan untuk mengukur keliling dada atau kepala. Terbuat dari metal, pemutaran otomatis. Panjang adalah 2 meter dengan skala pertambahan
1 mm.
3.5.7. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean rata-rata dan SD standar deviasi nya dari suatu distribusi normal.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean rata-rata dan SD standar deviasi. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95 populasi adalah sama dengan atau
lebih rendah dari 95 persentil. 5 dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel teori
probabilitas distribusi normal. Adapun gambar kurva distribusi normal dan tabel perhitungan persentil dapat dilihat pada Gambar 3.10. dan Tabel 3.6.
Gambar 3.10. Kurva Distribusi Normal Tabel 3.6. Perhitungan Percentile
Percentile Perhitungan
1 st
__
X
-2,325
x
σ 2,5 th
__
X
-1,960
x
σ 5 th
__
X
-1,645
x
σ 10 th
__
X
-1,280
x
σ 50 th
__
X
90 th
__
X
+1,280
x
σ 95 th
__
X
+1,645
x
σ 97,5 th
__
X
+1,960
x
σ 99 th
__
X
+ 2,325
x
σ
95
σ
, X
N
x _
x
σ
1, 96
x
σ
1, 96
_
X 2, 5
2, 5
2,5th ile 97,5th ile
X
3.6. Perancangan
9
3.7. Metode Perancangan Produk
Perancangan secara umum dapat dapat diartikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen
terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan dapat dibagi atas:
1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide perusahaan sendiri.
2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.
Dalam sebuah kalimat, kata perancangan bisa digunakan baik sebagai kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses
untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,
proposal, atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang
biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari perancangan yang sudah ada sebelumnya.
10
9
Kim, K.Y.,Wang,Y.,Muogboh,O.S., and Nnaji, B.O.,Design Formalism for Collaborative Assembly Design, Comput. Aided Des., 36, 849–871, 2004 the special issue on Distributed CAD.
10
Cross, Nigel. 1994. Engineering Design Method. New York : John Wiley Sons .Inc
Metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu metode kreatif dan metode rasional Cross, 1994.
3.7.1. Metode Kreatif
Metode kreatif adalah metode perancangan yang bertujuan untuk membantu merangsang pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi
gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas, atau dengan cara memperluas area pencarian solusi. Ada beberapa metode perancangan yang
ditujukan untuk merangsang cara berpikir kreatif. Cara-cara yang terdapat dalam metode ini antara lain:
1. Brainstorming Brainstorming adalah merode kreatif yang paling banyak dipakai. Ini adalah
suatu metode untuk menghasilkan ide dalam jumlah banyak, yang sebagian besar kemudian akan dibuang, tapi beberapa ide yang menarik akan ditindak
lanjuti. Brainstorming biasanya dilakukan dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 8 orang yang beraneka ragam, tidak hanya para ahli tapi
juga mereka yang mengenal masalahnya. Tiap-tiap anggota memberikan idenya, kemudian ketua kelompok mengumpulkan semua ide untuk dievaluasi.
2. Synectics Pemikiran yang kreatif seringkali digambarkan pada pemikiran analogis, pada
kemampuan untuk melihat persamaan atau hubungan antara topik-topik yang jelas perbedaannya. Penggunaan pemikiran analogis yang terbentuk pada
metode perancangan kreatif disebut sebagai Synetics. Seperti Brainstorming, Synetics adalah suatu kelompok aktivitas dimana sikap kritis sangat berperan,
dan anggota kelompok berusaha untuk membangun, mengkombinasikan dan mengembangkan ide- ide penyelesaian kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Synetics berbeda dengan brainstorming, dimana kelompok mencoba untuk bekerja bersama untuk memperoleh solusi permasalahan, daripada
membangkitkan banyak ide. 3. Perluasan Daerah Penelitian
Bentuk penghalang berpikir kreatif yang paling umum adalah mengasumsikan batasan yang lebih sempit dimana solusi dilihat. Teknik-teknik kreatif adalah
bantuan untuk memperluas daerah penelitian. Beberapa teknik kreatif untuk memperluas area penelitian adalah transformation, random input, Why? dan
counter planning. 4. Proses Kreatif
Metode-metode di atas dipakai untuk membangkitkan ide-ide kreatif. Selain kreatif, ide orisinil dapat muncul secara spontan tanpa penggunaan bantuan
untuk berpikir kreatif. Proses kreatif adalah munculnya suatu ide orisinal secara tiba-tiba.
3.7.2. Metode Rasional
Metode rasional menganjurkan suatu pendekatan sistematis dalam perancangan. Tetapi metode rasional sering memiliki tujuan yang hampir sama
dengan metode kreatif, seperti memperluas daerah pencarian untuk mendapat solusi potensial, atau memfasilitasi kelompok kerja dan kelompok pengambil
keputusan. Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan lawan atau kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang mencurigai metode
rasional, mereka khawatir jika metode ini dapat mengekang kreativitas. Hal ini
merupakan kesalahpahaman dari maksud perancangan sistematis, yang berarti untuk meningkatkan keputusan kualitas rancangan dan kualitas akhir dari produk.
3.8. Konsep Perancangan Troli
11
1. Gaya Dorongan Troli
Troli transportasi ini dioperasikan secara manual yakni didorong dengan tangan oleh manusia dalam hal ini pekerja terkait sehingga dalam perancangannya
mempertimbangkan faktor manusia human factor. Salah satu acuan yang digunakan adalah Ergonomic Guidelines for Manually-Handled Trolleys in the
Health Industry yang meliputi:
Gaya dorongan untuk troli dan beban yang aman adalah sebesar: - 167 sd 216N 17 sd 21 kg gaya awal
- 60 sd 120 N 6 sd 12 kg gaya tetap untuk menjaga agar troli tetap bergerak
dimana batas bawah diperuntukkan bagi penggunaan yang berulang-ulang atau jarak yang jauh, sedangkan batas atas adalah untuk penggunaan yang
tidak berulang-ulang dan jarak pendek. Gaya maksimal yang dapat diberikan oleh tangan dengan aman adalah 225N Pulat, 1992.
2. Kaidah Dasar Rancangan Troli
Beberapa kaidah dasar dalam rancangan troli yakni tidak terlalu lebar, tidak terlalu panjang, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat
dengan ketentuan:
11
Fadel. 2007. Rancang Bangun. FT. UI
a Lebar troli sekurangnya 80 mm lebih kecil daripada lebar pintu
terkecil. b
Panjang troli sebaiknya antara 1,5 sampai 2 kali lebar troli dengan pertimbangan kemudahan dalam melewati tikungan.
c Tinggi troli termasuk beban yang dibawa tidak melebihi 1400 mm agar
orang yang mendorong dapat melihat dengan jelas jalan yang dilewati. d
Berat troli biasanya 15 sampai dengan 20 dari beban yang dibawa. Troli yang terlalu berat akan sulit dikendalikan dan menyebabkan sakit
bagi yang mengoperasikan. 3.
Human Factor dari Troli Pengaruh postur tubuh manusia terhadap troli dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Zona yang dibatasi garis putus-putus pada gambar kiri memperlihatkan wilayah mana dari tubuh manusia yang paling kuat dan paling lemah.
Gambar 3.11. Human Factor Terhadap Ketinggian Troli
4. Posisi Handle
Posisi optimal handle dari troli harus disesuaikan dengan data antropometri untuk orang Australia adalah 910 mm, dan jika pengoperasian troli juga
dengan ditarik maka posisi handle harus dipertimbangkan agar troli tidak mengenai kaki saat melangkah.
5. Pemilihan Castor
Ukuran diameter roda yang besar akan mengurangi gaya yang diperlukan untuk menggerakan troli secara keseluruhan. Roda yang lebih besar akan lebih
memudahkan untuk menggelinding di sepanjang koridor, melewati perubahan ketinggian lantai misalnya karpet menuju lift, mengurangi getaran terhadap
apa yang dibawa, mengurangi tegangan pada lengan pengguna akibat tumbukan impact, dan usia pakai roda yang lebih lama. Disamping ukuran
roda, pemilihan bahan dan profil roda, serta jenis bantalan bearing yang tepat merupakan faktor lain yang mempengaruhi gaya dorong dan
kenyamanan penggunaan troli. 6.
Tata Letak Castor Tabel 3.7. memperlihatkan tata letak castor pada troli dengan karakteristiknya
masing-masing.
Tabel 3.7. Tata Letak Castor dan Karakteristiknya
3.9. Dasar-dasar Sampling