BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil analisis mengenai pengaruh free cash flow dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan utang pada perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan utang yang diproksikan dengan debt to equity ratio. Variabel independennya adalah
free cash flow FCF dan struktur kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional. Sementara variable moderating adalah
investment opportunity set IOS yang diproksikan dengan rasio market to book value of asset MBVA. Analisis data dilakukan secara parsial dan simultan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependennya yaitu kebijakan utang.
5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 akan menunjukkan karakteristik sampel .
52
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Rasio Rata-rata Variabel Variabel
2005 2006
2007 2008
Free cash Flow -0,27
-0,03 -0,05
-0,18 Kepemilikan Manajerial
5,07 5,40
5,18 4,38
Kepemilikan Institusional 62,77
64,34 65,81
66,05 Market to Book Value of Asset
0,85 0,90
1,04 0,85
Debt to Equity Ratio 1,17
1,09 1,04
1,17 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa angka free cash flow negatif, dan pada tahun
2008 menjadi sangat rendah. Kepemilikan manajerial juga mengalami penurunan ditahun 2008 namun kepemilikan institusional meningkat menunjukkan sebagian
saham manajerial dibeli oleh pihak institusional. Set kesempatan berinvestasi juga menurun di tahun 2008 walaupun sempat naik ditahun 2007, sehingga hal ini
menciptakan peningkatan utang. Hal ini menunjukkan sementara bahwa dengan free cash flow yang menurun dimana set kesempatan berinvestasi juga rendah sehingga
menambah peningkatan utang. Begitu juga ketika kepemilikan manajerial menurun walaupun kepemilikan institusional meningkat namun ketika set kesempatan
berinvestasi menurun maka kebijakan utang debt to equity ratio meningkat. Kondisi setiap perusahaan secara statistik akan dijelaskan dari setiap variabel yang
ada.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Rasio Free Cash Flow
No Perusahaan
Rasio Free Cash Flow 2005
2006 2007
2008 1
AKKU -0,35
-0,28 -0,09
0,16 2
APLI 0,11
0,18 0,06
0,30 3
AKRA -0,13
-0,14 -0,57
-0,18 4
ALMI 0,25
-0,08 0,02
0,22 5
AMFG -0,14
-0,23 -0,14
-0,19 6
BRNA -0,31
-0,19 -0,21
-0,30 7
BRPT -0,18
-0,11 -0,73
-0,26 8
BTON -4,39
-0,34 -0,38
-0,33 9
BUDI 0,01
0,07 -0,26
-0,07 10
DPNS -0,55
-0,47 -1,43
0,50 11
DYNA 0,07
0,16 0,14
0,16 12
ETWA 0,00
-0,05 -0,09
-0,57 13
DSFI -0,11
0,12 -0,42
-0,11 14
INTA -0,44
-0,59 -0,50
-0,45 15
JPRS -0,40
-1,10 -0,74
-0,56 16
KICI -0,14
-0,04 0,28
-0,54 17
LION -0,58
-0,55 -0,63
-0,61 18
LMPI -0,11
-0,28 -0,28
-0,27 19
LMSH -0,30
-0,31 -0,36
-0,51 20
LTLS -0,16
-0,07 0,07
-0,27 21
PYFA -0,06
-0,16 -0,08
-0,13 22
SOBI -0,16
-0,22 -0,25
-0,31 23
STTP -0,22
-0,29 -0,28
-0,13 24
TBLA 0,13
-0,03 -0,22
0,09 25
MTDL -0,20
4,77 -0,28
-0,27 26
HDTX 0,00
0,04 -0,07
-0,25 27
BRAM -0,24
-0,25 -0,35
-0,20 28
NIPS 0,11
-0,07 -0,18
-0,06 29
PRAS -0,10
0,05 0,09
-0,02 30
SQMI -0,43
-0,45 -0,09
0,03 31
IKAI 0,14
0,45 0,04
-0,02 32
IKBI -0,23
-0,23 -0,32
-0,47 33
SSTM 0,17
0,24 0,05
-0,06 34
TCID -0,30
-0,43 -0,28
-0,42 35
GGRM -0,23
-0,21 -0,27
-0,30 Rata-rata
-0,27 -0,03
-0,25 -0,18
Max 0,25
4,77 0,28
0,50 Min
-4,39 -1,10
-1,43 -0,61
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 5.2 diperlihatkan bahwa angka rata-rata free cash flow adalah negatif, angka tertinggi free cash flow pada tahun 2006 sebesar -0,03 dan nilai rata-
rata terendah pada tahun 2007 sebesar -0,25. Rata-rata ini menjadi negatif karena nilai free cash flow perusahaan banyak yang negatif, dengan artian kata bahwa nilai
kas perusahaan tidak ada yang bebas digunakan untuk berinvestasi selain dari modal kerja perusahaan. Rasio tertinggi atas free cash flow ini dimiliki oleh perusahaan
MTLD sebesar 4,77 di tahun 2006, namun pada tahun-tahun berikutnya MTDL mempunyai rasio free cash flow minus, sedangkan nilai terendah rasio free cash flow
pada tahun 2005 sebesar -4,39 terjadi di perusahaan BTON. Pada tahun 2005 perusahaan yang mempunyai nilai free cash flow positif hanya 9 sembilan
perusahaan dari 35 perusahan sampel penelitian, yaitu APLI, ALMI, BUDI, DYNA, ETWA, TBLA, NIPS, IKAI dan SSTM. Di tahun 2006 juga perusahaan yang
mempunyai rasio positif juga 9 sembilan perusahaan. Tahun 2007 rasionya menurun menjadi 8 delapan perusahaan, dan di tahun 2008 semakin menurun,
hanya 7 tujuh perusahaan saja yang mempunyai nilai rasio positif, yakni AKKU, APLI, ALMI, DPNS, DYNA, TBLA, SQMI. Pada tahun 2008 terjadi krisis global
yang mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kekurangan modal kerja, bahkan banyak perusahaan yang gulung tikar, sehingga sudah dapat dikatakan bahwa
terjadinya rasio free cash flow negatif diakibatkan krisis global, sehingga tidak mungkin terjadi surplus perusahaan free cash flow positif. Pada saat perusahaan
mampu menutupi modal kerja sudah merupakan hal yang lebih baik pada tahun itu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Rasio Kepemilikan Manajerial
No Perusahaan
Kepemilikan Manajerial 2005
2006 2007
2008 1
AKKU 0,65
0,65 1,00
1,00 2
APLI 7,69
7,69 7,69
7,69 3
AKRA 0,13
0,13 0,13
0,25 4
ALMI 1,76
1,70 1,65
1,65 5
AMFG 0,02
0,02 0,02
0,02 6
BRNA 10,51
10,51 10,51
10,51 7
BRPT 2,74
0,77 0,29
0,42 8
BTON 9,58
9,58 9,58
9,58 9
BUDI 0,94
9,62 0,94
1,00 10
DPNS 1,90
1,90 1,90
1,90 11
DYNA 0,69
0,69 0,69
0,69 12
ETWA 0,29
0,06 0,10
7,52 13
DSFI 0,17
0,17 0,09
0,09 14
INTA 1,33
1,33 2,19
5,43 15
JPRS 2,20
2,20 2,20
2,20 16
KICI 4,60
4,60 4,60
0,05 17
LION 0,18
0,18 0,18
0,18 18
LMPI 0,02
0,02 0,02
0,02 19
LMSH 25,61
25,58 25,58
25,60 20
LTLS 3,64
3,64 3,64
3,64 21
PYFA 23,08
23,08 23,08
23,08 22
SOBI 0,05
0,05 0,04
0,19 23
STTP 6,28
6,51 6,50
0,02 24
TBLA 0,10
0,10 0,10
0,10 25
MTDL 0,41
1,43 1,71
6,42 26
HDTX 4,35
2,01 2,01
2,01 27
BRAM 17,31
23,52 25,40
25,4 28
NIPS 18,35
18,35 18,35
18,35 29
PRAS 5,91
6,27 6,27
6,27 30
SQMI 0,60
0,60 0,60
0,60 31
IKAI 5,33
3,67 3,67
3,67 32
IKBI 0,09
0,09 0,09
0,10 33
SSTM 10,4
10,4 8,29
6,65 34
TCID 0,75
0,74 0,74
0,72 35
GGRM 2,06
2,06 2,06
2,06 Rata-rata
5,07 5,40
5,18 4,38
Max 25,61
25,58 25,58
25,60 Min
0,02 0,02
0,02 0,02
Universitas Sumatera Utara
Nilai kepemilikan manajerial mempunyai rata-rata dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 tidak menunjukkan perubahan angka yang signifikan, namun bila
dilihat pada tahun 2008 angka rata-rata kepemilikan manajerial mengalami penurunan menjadi 4,38. Penurunan paling signifikan terjadi pada STTP tahun 2005 sebesar
6,28, tahun 2006 sebesar 6,51 dan tahun 2007 sebesar 6,50 sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis menjadi 0,02. Dari data yang
diperoleh dapat dijelaskan bahwa efek dari krisis global di tahun 2008 mampu menyebabkan kepemilikan manajerial menurun drastis, modal yang dimiliki
manajerial dialihkan ke pasar publik. Nilai maksimum dari kepemilikan manajerial berada pada angka 25 lebih,
yang dimiliki oleh perusahaan LMSH, sedangkan angka minimum berada pada angka 0,02 yang dimiliki oleh perusahaan LMPI kisaran tahun 2005 – 2007, sedangkan
pada tahun 2008 angka terendah 0,02 dimiliki oleh LMPI dan STTP. Penurunan yang terjadi pada perusahaan STTP itu dapat diperkirakan bahwa pada tahun 2008
manajer yang mempunyai saham diperusahaan melepas semua sahamnya ke pasar untuk mempertahankan cash flow perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Rasio Kepemilikan Institusional
No Perusahaan
Kepemilikan Institusional 2005
2006 2007
2008
1 AKKU
64,57 64,57
72,00 72,00
2 APLI
46,43 46,15
46,44 54,06
3 AKRA
71,24 71,24
71,24 71,11
4 ALMI
80,93 80,93
80,93 80,93
5 AMFG
84,40 84,40
84,40 84,00
6 BRNA
51,42 51,42
51,42 51,42
7 BRPT
62,00 53,64
72,19 72,19
8 BTON
54,30 54,30
54,31 54,31
9 BUDI
73,25 58,82
67,48 50,50
10 DPNS
5,83 63,52
62,22 62,22
11 DYNA
73,69 73,69
61,51 74,7
12 ETWA
73,78 73,78
73,78 63,87
13 DSFI
60,14 60,14
74,3 74,3
14 INTA
86,51 86,51
86,51 86,51
15 JPRS
52,12 67,62
67,62 67,62
16 KICI
75,02 75,02
75,02 75,02
17 LION
57,70 57,70
57,70 57,70
18 LMPI
77,53 77,53
77,53 77 .53
19 LMSH
37,62 32,22
32,20 32,20
20 LTLS
63,03 63,03
63,03 63,03
21 PYFA
53,83 53,83
53,85 53,85
22 SOBI
64,62 64,62
69,91 85,11
23 STTP
66,14 66,90
60,39 56,76
24 TBLA
78,22 59,57
57,35 57,86
25 MTDL
13,07 13,07
12,93 12,73
26 HDTX
41,29 76,30
76,30 84,37
27 BRAM
70,34 59,90
65,82 65,82
28 NIPS
37,11 37,11
37,11 37,11
29 PRAS
86,91 86,91
85,91 81,13
30 SQMI
59,56 59,56
74,76 74,76
31 IKAI
72,44 75,76
75,16 74,28
32 IKBI
93,06 93,06
93,06 93,06
33 SSTM
57,37 57,37
57,37 69,53
34 TCID
79,50 79,50
79,50 79,50
35 GGRM
72,12 72,12
72,12 72,12
Rata-rata 62,77
64,34 65,81
66,05 Max
93,06 93,06
93,06 93,06
Min 5,83
13,07 12,93
12,73
Universitas Sumatera Utara
Kepemilikan Institusional merupakan saham yang dimiliki oleh lembaga atau institusi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada Tabel 5.4
terlihat nilai rata-rata kepemilikan saham institusional terus naik, tahun 2005 sebesar 62,77, pada tahun 2006 64,34, tahun 2007 naik menjadi 65,81, dan pada tahun
2008 menjadi 66,05, ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga sangat tertarik melakukan investasi kedalam bentuk surat-surat berharga terutama dalam bentuk
saham. Kenaikan persentasi di tahun 2008 atas kepemilikan saham oleh institusional tidak dipengaruhi oleh krisis global, menggambarkan bahwa kepemilikan saham
orang pribadi kepemilikan manajerial tidak mampu bertahan dan diselimuti kekhawatiran sehingga orang pribadi melepas sahamnya ke pasar dan ditampung oleh
institusi. Nilai maksimum kepemilikan institusional dari tahun ketahun tetap sebesar
93,06 yang dimiliki oleh perusahaan IKBI, sedangkan untuk nilai minimum kepemilikan saham institusional di tahun 2005 sebsar 5,83, sedangkan dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2008 dapat dikatakan relatif tidak terjadi perubahan yang signifikan, ini berarti mempertegas bahwa institusi sudah tertarik melakukan investasi
pada surat-surat berharga
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 Rasio Investment opportunity set
No Perusahaan
MBVA 2005
2006 2007
2008
1 AKKU
0,49 0,50
0,65 0,65
2 APLI
0,67 0,69
0,87 0,79
3 AKRA
0,89 1,19
1,80 1,06
4 ALMI
0,65 0,85
0,89 0,92
5 AMFG
1,15 1,07
1,04 0,51
6 BRNA
0,77 0,72
0,72 0,58
7 BRPT
1,17 1,35
1,47 0,72
8 BTON
1,40 1,31
0,98 1,07
9 BUDI
0,88 0,92
1,32 0,92
10 DPNS
1,24 1,27
1,11 1,02
11 DYNA
0,90 0,81
0,77 0,75
12 ETWA
0,60 0,69
0,88 0,63
13 DSFI
0,69 0,88
0,87 0,91
14 INTA
0,93 0,88
0,92 0,80
15 JPRS
0,78 1,31
1,17 0,64
16 KICI
0,69 0,69
0,45 0,40
17 LION
0,82 0,81
0,72 0,84
18 LMPI
0,57 0,59
0,57 0,42
19 LMSH
0,93 0,84
0,86 0,95
20 LTLS
0,88 0,85
0,84 0,85
21 PYFA
0,49 0,54
0,75 0,57
22 SOBI
0,72 0,91
0,70 0,63
23 STTP
0,72 0,85
1,24 0,73
24 TBLA
0,87 1,06
1,69 0,96
25 MTDL
0,76 0,83
1,03 0,79
26 HDTX
1,01 0,96
0,96 1,05
27 BRAM
0,66 0,89
0,85 0,77
28 NIPS
0,70 0,72
0,80 0,71
29 PRAS
0,91 0,88
0,91 0,92
30 SQMI
0,35 0,39
1,77 1,44
31 IKAI
0,90 0,80
1,50 2,35
32 IKBI
0,58 0,79
0,85 0,44
33 SSTM
1,05 0,82
1,11 1,01
34 TCID
1,33 1,97
2,17 1,23
35 GGRM
1,42 0,94
1,09 0,69
Rata-rata 0,85
0,90 1,04
0,85 Max
1,42 1,97
2,17 2,35
Min 0,35
0,39 0,45
0,40
Universitas Sumatera Utara
Nilai market to book value of asset MBVA rata-rata perusahaan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 bervariasi, tahun 2005 sebesar 85, tahun 2006
sebesar 90 dan tahun 2007 lebih mencapai 100, yakni sebesar 104, namun pada tahun 2008 nilai rata-rata MBVA turun kembali menjadi 85, yang artinya bahwa
nilai aktiva yang ditambahkan dengan nilai saham di pasar pada tutup buku tidak dapat menjadi harapan perusahaan dalam berinvestasi dimana yang akan datang.
Penurunan di tahun 2008 itu semua dikarenakan adanya krisis global. Sebagaimana Srimulyani mengatakan pada detik com 09 oktober 2008, bahwa perubahan harga
saham bukan dikarenakan buruknya faktor fundamental perusahaan, melainkan adanya sentiman pasar yang negatif.
Walaupun dikatakan pada tahun 2008 merupakan tahun krisis global, namun nilai MBVA tertinggi terjadi pada tahun 2008 sampai mencapai 235, yang artinya
bahwa perusahaan yang mempunyai MBVA tertinggi itu tidak memperlihatkan adanya pengaruh krisis global. Perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi itu adalah
perusahaan IKAI. Perusahaan ini mempunyai MBVA cukup bagus yang terlihat pada tabel mengalami kenaikan terus sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Untuk nilai terendah MBVA terjadi pada tahun 2005 yakni sebesar 35, terjadi pada perusahaan SQMI. Perusahaan ini dalam dua tahun 2005 dan 2006
menjadi perusahaan yang terendah nilai MBVA-nya, terlihat pada tabel di tahun 2006 nilai MBVA-nya hanya 39, namun untuk tahun 2007 dan 2008 nilai MBVA
perusahaan SQMI mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Untuk tahun 2007 dan
Universitas Sumatera Utara
2008 nilai MBVA terendah terjadi pada perusahaan KICI, yakni tahun 2007 sebesar 45 dan pada tahun 2008 nilai MBVA-nya sebesar 40.
Market book value of asset menggambarkan ukuran investment opportunity set perusahaan dimasa yang akan datang. Hasil rata-rata MBVA tersebut
menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai 2008 terdapat set kesempatan berinvestasi yang meningkat untuk perusahaan manufaktur. Hal ini membuktikan
perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut dalam kondisi sehat karena mampu melakukan investasi yang menngkat. Namun di tahun 2008 ketika krisis terjadi maka
terlihat set kesempatan berinvestasi menurun, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan harus mulai berhati-hati untuk melakukan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Debt to Equity Ratio
No Perusahaan
Debt to Equity Ratio 2005
2006 2007
2008 1
AKKU 0,18
0,48 0,56
0,62
2 APLI
1,17 0,98
1,27 1,20
3 AKRA
0,86 1,09
1,57 1,82
4 ALMI
1,1 1,74
2,07 2,76
5 AMFG
0,3 0,42
0,35 0,33
6 BRNA
1,7 1,66
1,35 1,27
7 BRPT
1,17 0,64
0,57 1,22
8 BTON
0,12 0,31
0,35 0,28
9 BUDI
3,76 2,9
1,31 1,75
10 DPNS
0,2 0,29
0,38 0,47
11 DYNA
1,57 1,71
1,63 1,79
12 ETWA
0,34 0,43
0,19 0,66
13 DSFI
0,94 1,34
0,69 1,12
14 INTA
0,94 1,34
0,69 1,12
15 JPRS
0,25 0,06
0,22 0,48
16 KICI
1,09 1,39
0,28 0,31
17 LION
0,23 0,25
0,27 0,26
18 LMPI
0,35 0,35
0,36 0,45
19 LMSH
0,99 0,86
1,16 0,66
20 LTLS
2,1 2,43
2,42 3,11
21 PYFA
0,21 0,27
0,42 0,42
22 SOBI
0,67 0,72
0,83 0,95
23 STTP
0,45 0,36
0,44 0,72
24 TBLA
1,83 1,37
1,62 2,15
25 MTDL
1,46 1,73
2,88 2,74
26 HDTX
1,17 0,69
0,88 1,29
27 BRAM
0,87 0,61
0,52 0,48
28 NIPS
1,28 1,48
2,02 1,64
29 PRAS
3,33 3,68
3,19 3,84
30 SQMI
0,14 0,13
0,39 0,68
31 IKAI
5,78 2,27
1,27 1,27
32 IKBI
0,62 0,58
0,34 0,26
33 SSTM
2,75 2,92
2,98 2,18
34 TCID
0,19 0,11
0,08 0,12
35 GGRM
0,69 0,69
0,69 0,55
Rata-rata 1,17
1,09 1,04
1,17 Max
5,78 3,68
3,19 3,84
Min 0,12
0,06 0,08
0,12
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 5.6 ini terlihat bahwa persentase kebijakan hutang yang dimiliki perusahaan-perusahaan sebagai sampel penelitian nilai rata-ratanya pada tahun 2008
adalah rasio yang paling tinggi, ini berarti pada tahun 2008 dengan rasio 1,17 diartikan bahwa perusahaan-perusahaan yang di Bursa Efek mempunyai penurunan
kemampuan untuk menutupi kewajibannya, krisis ekonomi cukup mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, karena semakin sulitnya ekonomi, maka akan semakin
sulit pula perusahaan untuk berkembang dan menutupi hutang yang dimilikinya. Nilai debt to equity ratio yang tertinggi tahun 2005 sebesar 5,78 pada
perusahaan IKAI, namun perusahaan ini pada tahun-tahun berikutnya mempunyai rasio kebijakan hutang cukup baik, sampai dengan tahun 2008 rasio kebijakan
hutangnya hanya 1,27, di tahun 2006 angka tertinggi sebesar 3,68 terjadi pada perusahaan PRAS, sejak tahun 2006 perusahaan ini menjadi perusahaan yang
mempunyai rasio kebijakan hutang paling besar. Rasio kebijakan hutang paling kecil di tahun 2005 adalah perusahaan BTON
sebesar 0,12 , pada tahun 2006 sebesar 0,09 terjadi pada perusahaan JPRS, tahun 2007 rasio kebijakan hutang terendah sebesar 0,08 terjadi pada perusahaan TCID,
dan pada tahun 2008 rasio terendah sebesar 0,12 yang terjadi pada TCID juga.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Uji Asumsi Klasik 5.2.1 Uji Asumsi Klasik Hipotesis I