2.1.3. Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja. Struktur kepemilikan
saham dapat dijelaskan dari dua pendekatan yaitu, pendekatan keagenan agency approach dan pendekatan ketidakseimbangan informasi asymmetric information
approach. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan saham sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara berbagai
pemegang klaim. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan saham sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan
informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal. Strukur kepemilikan saham secara umun terbagi atas kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
2.1.3.1. Kepemilikan Manajerial Managerial Ownership
Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan utang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan
opportunistik mereka. Hal ini dapat dilihat melalui pemilihan proyek-proyek berisiko tinggi. Hal ini menyebabkan meningkatnya beban bunga perusahaan karena risiko
kebangkrutan semakin tinggi sehingga biaya agensi utang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tesebut akan berpengaruh pada penurunan nilai
perusahaan. Masalah agensi akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 sehingga manajer cenderung bertindak untuk
Universitas Sumatera Utara
mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan.
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan direktur
dan komisaris. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan
merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan
mengenai utang. Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan sehingga manajer tidak mungkin bertindak opportunistik lagi dan akan semakin hati-hati dalam
menggunakan utang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial mempunyai
pengaruh negatif dengan kebijakan utang perusahaan. Wahidahwati 2001 dengan menggunakan perusahaan manufaktur antara
tahun 1995-1996 membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang perusahaan. Hal ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Moh’d et al 1998 bahwa kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan meningkatkan risiko hutang yang non-diversiviable,
sehingga manajer akan semakin hati-hati dalam menggunakan utang. Hal ini menyebabkan rasio utang menurun jika tingkat kepemilikan saham oleh manajerial
meningkat. Penelitian lain yang membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan yang negatif terhadap kebijakan
Universitas Sumatera Utara
utang adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahadwartha 2002 dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan periode pengamatan tahun 1990
sampai tahun 2000. Hasil penelitian Taswan 2003 juga menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang.
2.1.3.2. Kepemilikan Institutional Institutional Ownership