Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

(1)

` Lampiran 1. Formulir Frekuensi Makanan Nama Responden :

Nama Bahan Makanan

Frekuensi makan

Ket >1x/hari 1x/hari 4-6x

/minggu

1-3x /minggu 1.Sayuran

a. kangkung b. k, panjang c. daunsingkong d. Bayam e. sawihijau f. sawiputih g. Kol h. Jipang i. terong j. Buncis k.wortel j.Lainnya :…. 2. Buah a. Pisang b. jeruk c. jambu air d. jambubiji e. Alpukat f. Nenas g. papaya h. Semangka i. Rambutan j. Salak k. mangga l. apel m. Lainnya:


(2)

Lampiran 2. Formulir Recall 24 Jam

Waktu Nama/Jenis

Makanan Nama Bahan

Jumlah yang Dikonsu

msi

URT Gram

Pagi/Sarapan

Selingan (cemilan)

Siang

Selingan

Malam


(3)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

KONSUMSI SAYUR, BUAH, DAN KECUKUPAN SERAT ANAK USIA PRASEKOLAH PADA KELUARGA NELAYAN DI KECAMATAN TELUK NIBUNG, KOTAMADYA TANJUNGBALAI TAHUN 2016 Tanggal Wawancara :

A. Identitas Responden (Ibu atau Pengasuh) 1. Nama Ibu (Pengasuh):

2. Umur :

3. Pekerjaan : 4. Pendidikan :

5. Jumlah Anggota Keluarga : orang 6. Pendapatan :

7. Pendapatan Kepala Keluarga :

B. Karakteristik Anak Prasekolah 1. Nama Anak Prasekolah :

2. Tanggal Lahir (tgl/bln/thn) : ______/_____/______ 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan 4. Anak Ke : dari bersaudara

C. Kuesioner Pengetahuan Gizi Ibu (Pengasuh) 1. Makanan yang bergizi adalah :

a. Makanan yang rasanya enak dan gurih

b. Makanan yang mengandung sumber energi, protein dan mineral

c. Makanan yang bersih dan warna ya yang menarik dan porsinya yang banyak. d. Tidak tahu

2. Manfaat dari makanan beraneka ragam pada anak adalah :

a. Melengkapi kekurangan zat gizi dari berbagai bahan makanan, yang menjamin terpenuhi kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.


(4)

c. Melengkapi kekurangan zat pembangun dan pengatur d. Tidak tahu

3. Menyusun / Mengolah Menu makanan anak diatur berdasarkan apa ? a. Kebutuhan gizi anak

b. Kesukaan anak

c. Keinginan pengatur menu d. Tidak tahu

4. Agar kita mengetahui status /keadaan gizi anak perlu dilakukan : a. Memeriksakan anak kedokter/puskesmas

b. Penimbangan Berat Badan dan Tinggi Badan anak c. Pemberian Makanan tambahan pada saat posyandu d. Tidak Tahu

5. Terpenuhi zat gizi pada anak bermanfaat untuk : a. Menaikkan berat badan anak/gemuk

b. Membuat anak menjadi pintar dan sehat c. Membuat anak menjadi lincah

d. Tidak tahu

6. Makanan yang banyak mengandung sumber zat tenaga adalah : a. Kacang tanah, wortel, tomat, ikan, dan nasi

b. Apel, pepaya, semangka, mie, dan ayam c. Ubi jalar, jagung, nasi, mie, dan roti d. Dll

7. Makanan yang banyak mengandung zat pengatur atau vitamin serta mineral adalah :

a. Bayam, wortel, buncis, kangkung, serta kacang panjang b. Roti, nasi, dan ubi jalar

c. Daging, ikan, tempe, dan tahu d. Tidak tahu

8. Makanan yang mengandung protein / zat pembangun adalah: a. Tahu, telur, ikan, dan daging


(5)

b. Sayuran berwarna hijau dan buah-buahan c. Tomat, semangka, dan kacang tanah d. Tidak tahu

9. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh :

a. Lemak b. Protein c. Karbohidrat d. Tidak tahu

10. Tahu, tempe, ikan, telur, dan daging adalah sumber : a. Tenaga

b. Zat pembangun c. Zat pengatur d. Tidak tahu

11. Jenis sayur dan buah sebaiknya dikonsumsi dalam sehari a. 1 jenis

b. 4 jenis

c. 2 sampai 3 jenis d. Tidak tahu

12. Sumber serat adalah : a. Ikan dan Daging b. Sayur dan Buah c. Tahu dan Tempe d. Tidak tahu

13. Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi :

a. Protein

b. Vitamin dan Mineral c. Lemak


(6)

14. Apakah keuntungan dari serat? a. Melancarkan buang air besar b. Membuat kita merasa lapar

c. Menyebabkan sering buang air besar d. Tidak tahu

15. Akibat kurang konsumsi sayur dan buah pada anak adalah : a. Sulit buang air besar

b. Diare c. Obesitas d. Tidak tahu


(7)

(8)

(9)

Lampiran 6. Output spss

Statistics

Jenis Kelamin Anak Prasekolah

N Valid 76

Missing 0

Jenis kelamin Anak Prasekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 33 43.4 43.4 43.4

perempuan 43 56.6 56.6 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics Umur Anak Prasekolah

N Valid 76

Missing 0

Umur Anak Prasekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4 tahun 12 15.8 15.8 15.8

5 tahun 33 43.4 43.4 59.2

6 tahun 31 40.8 40.8 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics Pendapatan Orangtua

N Valid 76


(10)

Pendapatan orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tinggi 12 15.8 15.8 15.8

sedang 62 81.6 81.6 97.4

rendah 2 2.6 2.6 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics

Konsumsi buah Anak Prasekolah

N Valid 76

Missing 0

Konsumsi buah Anak Prasekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 16 21.1 21.1 21.1

tidak cukup 60 78.9 78.9 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics

Konsumsi sayur Anak Prasekolah

N Valid 76

Missing 0


(11)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak cukup 76 100.0 100.0 100.0

Statistics Pengetahuan

N Valid 76

Missing 0

Pengetahuan ibu (pengasuh)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 8 10.5 10.5 10.5

cukup 32 42.1 42.1 52.6

kurang 36 47.4 47.4 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics Pekerjaan responden

N Valid 76

Missing 0

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 58 76.3 76.3 76.3

pedagang 10 13.2 13.2 89.5


(12)

lainnya 6 7.9 7.9 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics Umur Responden

N Valid 76

Missing 0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <30 tahun 19 25.0 25.0 25.0

30-39 tahun 31 40.8 40.8 65.8

40-49 tahun 24 31.6 31.6 97.4

>49 tahun 2 2.6 2.6 100.0

Total 76 100.0 100.0

Statistics Anggota Keluarga

N Valid 76

Missing 0

Anggota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 orang 7 9.2 9.2 9.2

3-6 orang 54 71.1 71.1 80.3


(13)

Anggota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 orang 7 9.2 9.2 9.2

3-6 orang 54 71.1 71.1 80.3

>6 orang 15 19.7 19.7 100.0


(14)

Lampiran 7. Master Data

No Nama Umur

(thn) JK Pendapatan

Angka Kecukupan Serat (gram) Jumlah serat (gram) Sumbangan Serat sayur dan buah (%)

1 Abdul A 6 L Rp1.000.000 22 6,0 0

2 Adibah 4 P Rp1.500.000 22 1.8 0

3 Adila Zafira 5 P Rp2.000.000 22 4,8 3,6

4 Al Habib 4 L Rp1.800.000 22 2,7 0

5 Alfa Rizka 6 L Rp1.000.000 22 2,4 0

6 Alfa Syahputra 6 L Rp1.200.000 22 1,4 0

7 Alvin Chandra 6 L Rp1.000.000 22 1,8 0

8 Anggi HusnaPohan 5 P Rp2.000.000 22 3,8 6,8

9 Anindira Safira 5 P Rp1.800.000 22 2,2 0

10 Ardiansyah Lbs 5 L Rp1.500.000 22 14,1 32,3

11 Asri Purnama 6 P Rp750.000 22 1,5 0

12 Asyifa Sefriani 6 P Rp1.500.000 22 2,3 0

13 Atika Damayanti 6 P Rp1.000.000 22 2,6 0

14 Aufa Azkia H 5 L Rp1.000.000 22 1,8 0

15 Aukila Rahmi 6 P Rp1.600.000 22 2,2 0

16 Aya 4 P Rp1.500.000 22 1,6 0

17 Azi Rahmansyah 6 L Rp1.500.000 22 3,0 0

18 Citra Andina 6 P Rp1.500.000 22 2,9 0

19 Cut Nazwa 5 P Rp1.200.000 22 3,7 0

20 Dedek 4 P Rp1.000.000 22 2,1 0

21 Dina Aulia Putri 5 P Rp2.000.000 22 2,2 0

22 Elsha Risma 6 P Rp1.500.000 22 4,1 0

23 Fian Syahputra 4 L Rp1.600.000 22 5,7 0

24 Haris Al Farizhi 5 L Rp1.500.000 22 2,3 0

25 Ibas 4 L Rp1.000.000 22 1,3 0

26 Ibnu Ali Sirait 4 L Rp1.200.000 22 2,9 5,5

27 Jami 6 L Rp600.000 22 3,2 0

28 Jisi Fransiska 6 P Rp1.500.000 22 1,9 0

29 Keysyah 6 P Rp1.500.000 22 3,3 0

30 Khairani 5 P Rp1.500.000 22 2,2 0

31 Khairil Azwar 6 L Rp1.600.000 22 5,6 9,1

32 Lahira Annisa 6 P Rp1.500.000 22 3,4 5,5

33 Luthfi Kuriawan 6 L Rp1.000.000 22 3,5 0

34 M Fauzi 5 L Rp1.000.000 22 4,0 0

35 M. Aidil tambuse 6 L Rp1.600.000 22 4,4 0

36 M. Azmi 6 L Rp1.500.000 22 3,8 0

37 M. Fadil 6 L Rp1.200.000 22 1,9 0

38 M. Ihsan 5 L Rp1.500.000 22 3,3 0


(15)

40 M. Ravi Arkan 4 L Rp1.500.000 22 7,9 14,1

41 M. Rizki Nugraha 5 L Rp1.500.000 22 2,2 0

42 M. Syah Hafidz 5 L Rp1.200.000 22 3,1 0

43 Muzdalifah 6 P Rp1.200.000 22 2,6 0

44 Nabila 5 P Rp1.500.000 22 2,4 0

45 Nadhine R 6 P Rp1.200.000 22 2,2 5,9

46 Naura 4 L Rp2.000.000 22 2,0 0

47 Nazril Ilham 5 L Rp1.200.000 22 1,9 0

48 Nazwa Alfitri 5 P Rp1.500.000 22 2,3 0

49 Nazwa Khasanah 5 P Rp1.500.000 22 1,5 0

50 Nurasifa 5 P Rp1.000.000 22 5,3 0

51 Nurauliani 4 P Rp1.800.000 22 1,4 0

52 Ola 5 P Rp1.500.000 22 4,0 5,5

53 Putri Nazwa 5 P Rp1.000.000 22 4,0 5,9

54 Putri rahmadina 5 P Rp1.200.000 22 3,2 0

55 Raditya Yusrizal 6 L Rp1.200.000 22 2,8 0

56 Rafki 6 L Rp1.500.000 22 4,7 6,4

57 Raihan affandi 5 L Rp1.500.000 22 3,1 4,1

58 Rani Novita 5 P Rp1.500.000 22 2,4 0

59 Ratu Felisa Nst 5 P Rp1.500.000 22 2,1 0

60 Rindiani 5 P Rp1.200.000 22 2,6 0

61 Risda Yanti 5 P Rp1.200.000 22 2,0 0

62 Safdilla 6 L Rp1.000.000 22 4,4 0

63 Sareza Vonzo 5 L Rp1.500.000 22 2,5 0

64 Sinta Bella 6 P Rp1.500.000 22 1,8 0

65 Sri Hartati 5 P Rp1.600.000 22 3,7 0

66 Suci Ramadani 6 P Rp1.000.000 22 1,9 0

67 Sulis 5 P Rp1.500.000 22 2,6 0

68 Syahla Rizkia 5 P Rp1.000.000 22 3,6 0

69 Syarifah Khadiza 4 P Rp1.500.000 22 1,6 0

70 Tasya Maulida 5 P Rp1.200.000 22 2,7 0

71 Try Ayunda 6 P Rp1.500.000 22 2,1 0

72 Ulya Azizah R 6 P Rp1.200.000 22 2,8 0

73 Wendi Julianda 6 L Rp1.200.000 22 1,4 0

74 Wira Arjuna 5 L Rp1.200.000 22 0,9 0

75 Rahmadani 6 P Rp1.000.000 22 3,3 0


(16)

Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Lokasi penelitian


(17)

Gambar 3. Kantor Camat Teluk Nibung, tempat pengambilan data gambaran umum kecamatan Teluk Nibung


(18)

Gambar 4. Jalan menuju gudang penampungan hasil tangkapan nelayan

Gambar 5. Peneliti sedang mewawancarai ibu yang memiliki anak prasekolah dengan menggunakan kuesioner, FFQ dan Formulir Recall 24 jam


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. Bambang W. 2014. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. 2016. Ekspos Kecamatan Teluk Nibung. Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur kehidupan. Jakarta: Kedokteran Universitas Indonesia.

Arisman, 2010. Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia, Konsep, Teori dan Penanganan Aplikatif. Jakarta : ECG.

Asrinaldi, 2006. Gambaran Konsumsi Susu, Sayuran dan Buah Pada anak Prasekolah TK Amanah Desa Sigara Gara Patumbak Deli Serdang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Badriah, Dewi Laelatul. 2014. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Refika Aditama.

Baliwati, Yayuk Farida, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya

Cakrawati dan NH, 2012. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Dahlan, M. Sopiyudin, 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dejetsya, Marlinda Putri. 2016. Pola Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia 4-6 Tahun Pada Masyarakat Pesisir Desa radusanga Kulon Brebes. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Departemen Kesehatan RI. 2013 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

.2013. Peraturan Menkes Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. http://gizi.depkes.go.id. diakses 30 April 2016.


(20)

Devi, Nirmala, 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Kompas Media Nusantara Febriana, Rizka dan Ahmad Sulaeman. 2014. Kebiasaan Makan Sayur dan Buah

Ibu Saat Kehamilan Kaitannya Dengan Konsumsi Sayur dan Buah Anak Usia Prasekolah (Vegetable and Fruit Eating Habits of Mothers During Pregnancy Related to Consumption of Vegetable and Fruit of Pre school-Age Children). Volume 9 Nomor 2.

Kemenkes RI. 2012. Seri 3 Buku Pintar Kader Konseling Faktor Risiko dan Pengobatan Tradisional PTM. Jakarta: Kemenkes RI.

.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.

Lubis, Zulhaida, 2009. Hidup Sehat dengan Makanan Kaya Serat. Bogor : IPB Press.

Miniarti, Etti. 2014. Gambaran Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, dan Pola Konsumsi Sayur dan Buah Pada Anak Prasekolah di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. 4:10

Melfika, Suci, 2013. Gambaran Konsumsi Buah dan Sayur Serta Kontribusinya Terhadap Kebutuhan Serat Pada Nelayan di PT Usaha Jaya, PT Maju Jaya, dan PT Usaha Keramat Jaya Kota Tanjungbalai Asahan Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera Utara.

Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rara, Anggi. 2014. Gambaran Konsumsi Buah, Sayur, dan Kecukupan Serat pada Anak Sekolah Dasar di SD Negeri 060870 Medan.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera Utara.

Ratu Ayu Dewi Sartika. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Makara Kesehatan. 15(1):37-43.

Rio, Siahaan. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gizi terhadap status Gizi Anak Usia 12-18 Tahun di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan Tahun 2015. Skripsi Fakultas Kedokteran.Universitas Sumatera Utara.

Rosidi, Ali dan Enik Sulistyowati. 2012. Peran Pendidkan dan Pekerjaan Ibu dalam Konsumsi Sayur Anak Prasekolah.Volume 1. Nomor 1.


(21)

Saragi, Happy Rapmauli. 2013. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola Pemberian Makan dan Status Gizi Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan I Tanjungbalai Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera Utara.

Supariasa, I. D. N., Bakhyar, B. & Ibnu F. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,.

Wind M, Bobelijin K, de Bourdeaudhuij I, Kleep K-I, Brug J. 2005. A Qualitative Exploration of Determinants of fruit and Vegetable Intake among 10 and 11 year old Schoolchildren in the Low Countries. Ann Nutr Metab, 49, 228-235 Yuliarti, Nurheti, 2008. Hidup Sehat Dengan Sayuran. Yogyakarta : Cakrawala.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam memenuhi kecukupan serat yang telah dianjurkan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah wilayah Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 anak usia prasekolah yang tinggal di Kecamatan Teluk Nibung hanya 2 anak yang mengonsumsi sayur dan buah dalam jumlah cukup, selebihnya masih kurang mengonsumsi sayur dan buah, bahkan terdapat keluarga yang tidak menyediakan sayur dan buah dalam menunya. Selain itu, Kecamatan Teluk Nibung merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar se-Kota Tanjungbalai yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan karena di kecamatan ini terdapat 3 gudang yang menampung hasil tangkapan laut dari nelayan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai bulan November 2016.


(23)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah dengan latar belakang keluarga nelayan yang tinggal di Kecamatan Teluk Nibung.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2001). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Rumus sampel yang digunakan adalah:

N = (Zα)2PQ d2

= (1,96)2 x 0,28 x 0,72 0,1x0,1

= 76

Keterangan : Z = nilai sebaran baku pada taraf nyata 0,95 = 1,96

P = Proporsi konsumsi sayur dan buah, pada penelitian yang dilakukan oleh Rara (2014) sebesar 28% atau 0,28

d = kesalahan yang dapat ditaksir = 0,1

Tingkat kepercayaan ditetapkan sebesar 95% sehingga α = 5% dan Zα = 1,96 dengan kesalahan prediksi yang masih bisa diterima (d) sebesar 10%. Prevalensi (P) ditetapkan sebesar 0,28 sehingga Q (1-P) atau 1-0,28 didapatkan 0,72. Dengan demikian, besar sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 76. Responden dari penelitian ini adalah ibu atau pengasuh anak usia


(24)

prasekolah yang menjadi sampel. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

a. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua (karakteristik keluarga, pengetahuan ibu, usia, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan) diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu anak usia prasekolah yang akan menjadi sampel.

b. Data konsumsi sayur dan buah yang terdiri atas frekuensi, jumlah dan jenis diperoleh dari hasil wawancara dengan responden menggunakan Formulir Food Recall 24 Jam. Untuk recall yang diperoleh dikonversikan dari ukuran rumah tangga ke satuan gram dan untuk melihat kandungan serat dilihat dari jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi. Jumlah serat yang terkandung dalam sayur dan buah dapat dilihat dengan menggunakan Nutrisurvey. Frekuensi buah dan sayuran diperoleh dengan menggunakanFood Frequency Questioner (FFQ).

c. Data pengetahuan ibu tentang konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah didapat dari kuesioner pengetahuan ibu pada penelitian Saragi (2013).


(25)

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder berupa data gambaran umum Kecamatan teluk Nibung meliputi data geografis, jumlah penduduk, jenis budaya yang dikembangkan, mata pencaharian, dan status keluarga diperoleh dari Kantor Camat Teluk Nibung. 3.5 Defenisi Operasional

1. Konsumsi sayur dan buah adalah sayur dan buah yang dimakan oleh anak usia prasekolah dalam sehari- hari, baik jumlah (kuantitas), jenis (beragam), maupun frekuensi.

2. Jenis sayur dan buah adalah berbagai macam sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah.

3. Jumlah sayur dan buah adalah banyaknya jenis sayur dan buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah dalam sehari.

4. Frekuensi konsumsi sayur dan buah adalah kekerapan mengonsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah dalam jangka waktu tertentu.

5. Sumbangan serat buah dan sayur terhadap kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat pada sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi.

6. Anak usia prasekolah adalah kelompok usia yang akan memasuki sekolah (4-6 tahun).

7. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang gizi, meliputi konsumsi sayur, buah, dan kecukupan serat.


(26)

3.6 Aspek Pengukuran

a. Data jumlah buah yang dikonsumsi dalam gram per hari dikategorikan: 1. Cukup : 200- 300 gram sehari.

2. Tidak Cukup : < 200 gram sehari.

b. Data jumlah sayuran yang dikonsumsi dalam gram per hari dikategorikan: 1. Cukup : 300-400 gram sehari.

2. Tidak Cukup : < 300 gram sehari.

c. Data frekuensi mengonsumsi buah dikategorikan : 1. Frekuensi buah >1x sehari,

2. Frekuensi buah setiap hari,

3. Frekuensi buah 1-3 kali seminggu, 4. Frekuensi buah 4-6 kali seminggu,

d. Data frekuensi mengonsumsi sayuran dikategorikan : 1. Frekuensi buah >1x sehari,

2. Frekuensi buah setiap hari,

3. Frekuensi buah 1-3 kali seminggu, 4. Frekuensi buah 4-6 kali seminggu,

e. Data jumlah sayuran yang dikonsumsi dalam gram per hari dikategorikan: 1. Cukup : 300-400 gram sehari.

2. Tidak Cukup : < 300 gram sehari.

f. Sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat anak prasekolah Menghitung sumbangan serat dari buah dan sayur terhadap kebutuhan serat


(27)

x 100% g.Pengetahuan gizi ibu dilakukan dengan mengolah hasil kuesioner yang

diberikan kepada ibu terhadap standart atau kategori berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden yaitu ibu atau pengasuh yang akan dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang.

Kategori aspek pengukuran pengetahuan gizi ibu atau pengasuh berdasarkan Arikunto (2013),yaitu :

a. Baik, apabila total skor yang diperoleh responden > 75%

b. Cukup, apabila total skor nilai yang diperoleh responden 60%-75 % c. Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 60 %

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing

Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap dan jelas.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan, agar memudahkan menganalisis data dalam bentuk kuantitatif. c. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk table distribusi frekuensi dan presentase.


(28)

3.7.2 Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.


(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Teluk Nibung 4.1.1 Geografi dan Potensi Wilayah

Kecamatan Teluk Nibung terletak di sebelah Utara Kota Tanjungbalai dan merupakan salah satu kecamatan diantara 6 kecamatan dengan pusat pemerintahan di Kelurahan Pematang Pasir yang berjarak 12 km dengan Kantor Walikota Tanjungbalai.

Letak Kecamatan Teluk Nibung berdekatan langsung dengan pelabuhan tempat pengangkutan barang dan penumpang ke Malaysia serta gudang-gudang tempat penyimpanan ikan, sehingga menjadi akses yang potensial bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini juga menjadi penyebab banyaknya masyarakat yang tinggal di kecamatan ini bermatapencaharian sebagai nelayan.

Wilayah Kecamatan Teluk Nibung biasa dimanfaatkan untuk pemukiman, perkantoran, pertanian dengan jenis tanaman keras, seperti kelapa, Kelapa sawit dan coklat, serta pengolahan sumber daya hasil laut. Adapun untuk tanaman jenis sayuran yang ada di Kecamatan Teluk Nibung adalah kacang panjang, bayam, kangkung, dan melinjo. Sedangkan untuk jenis buah adalah mangga, rambutan, jambu biji, jambu air, sawo, pisang, sirsak, belimbing, dan sukun.

Pemenuhan makanan sebagai sumber protein, biasanya diperoleh dari hasil laut yang didistribusikan dari gudang ikan yang terdapat di Teluk Nibung dan juga dari Bagan Asahan. Sedangkan untuk jenis sayuran yang lain seperti daun singkong, sawi, terong dan sebagainya diperoleh dari pedagang yang berasal dari


(30)

Kecamatan Air Joman dan Jampalan yang berjualan dipasar tradisional Tanjungbalai. Jenis buah selain yang telah disebutkan diatas juga didatangkan dari daerah-daerah penghasil buah yang lainnya. Selain di pasar tradisonal Tanjungbalai, sayur dan buah juga biasa diperjualbelikan di warung sampah yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat.

4.1.2 Demografi

4.1.2.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Kecamatan Teluk Nibung mempunyai luas wilayah 1.255 Ha yang meliputi 5 (lima) Pemerintah Kelurahan dengan jumlah penduduk 43.981 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Nibung pada masing-masing kelurahan disajikan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 Perjuangan Pematang Pasir Sei Merbau Kapias P. Buaya Beting K. Kapias

4.327 4.683 3.711 4.080 5.271 4.123 4.582 3.695 4.005 5.324 8.450 9.445 7.406 8.085 10.595 1.977 2.290 1.791 2.018 2.031

Jumlah 22.252 21.729 43.981 10.107

Sumber Data: Kasi Pemerintahan Kecamatan Teluk Nibung

Berdasarkan laporan kependudukan pada tabel diatas, jumlah penduduk di Kecamatan Teluk Nibung adalah 43.981 jiwa dengan 10.107 Kepala Keluarga. Penduduk terbesar ada di Kelurahan Beting Kuala Kapias, yakni sebesar 10.595 jiwa dengan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5.271 jiwa dan perempuan sebanyak 5.324 jiwa.


(31)

4.1.2.2 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur

Adapun perincian penduduk menurut golongan umur disajikan pada tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Menurut Golongan Umur

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Total (Jiwa) 0- 5Tahun 6-10 Tahun 11-16 Tahun 17-20 Tahun 21-25Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun 41-45 Tahun 46-50 Tahun 51-55 Tahun 56-59Tahun 60Tahun Keatas 2.558 1.901 1.855 1.653 1.707 1.440 1.531 1.633 1.551 1.643 1.532 1.584 1.664 2.169 1.984 1.953 1.657 1.666 1.428 1.528 1.623 1.550 1.649 1.538 1.519 1.465 4.727 3.885 3.808 3.310 3.373 2.868 3.059 3.256 3.101 3.292 3.070 3.103 3.129

Jumlah 22.252 21.729 43.981

Sumber Data: Kasi Pemerintahan Kecamatan Teluk Nibung

Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah penduduk dengan golongan umur 0-5 tahun sebanyak menduduki porsi terbesar penduduk yang tinggal di Kecamatan Teluk Nibung. Selanjutnya untuk kelompok umur 0-10 tahun sebanyak 8.612 jiwa dengan 4.459 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.153 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pada golongan umur inilah terdapat anak usia prasekolah yang menjadi sampel pada penelitian ini.

4.1.2.3 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebaran penduduk Kecamatan Teluk Nibung menurut mata pencahariannya disajikan pada tabel 4.3 berikut.


(32)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Menurut Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) PNS/Swasta TNI/POLRI Pedagang Buruh Perdagangan Nelayan Buruh Nelayan Petani Buruh Tani Buruh Transportasi Penarik Becak

Buruh dalam Lapangan Pekerjaan Lain Belum/Tidak Bekerja Lain-lain 2.275 184 3.579 2.664 3.442 5.177 439 807 3.499 1.125 3.207 5.256 12.372

Jumlah 43.981

Sumber Data: Kasi Pemerintahan Kecamatan Teluk Nibung

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa penduduk yang belum/tidak bekerja menempati porsi terbesar sebanyak 5.256 jiwa. Selanjutnya disusuldengan penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh nelayan sebanyak 5.177 jiwa dengan pusat pengumpulan dan penjualan hasil laut yang terdapat di Kelurahan Pematang Pasir. Hal ini dikarenakan di Kelurahan ini terdapat 3 gudang besar yang menampung hasil laut dari para nelayan. Selanjutnya, penduduk dengan mata pencaharian yang paling sedikit adalah TNI/POLRI yaitu 184 jiwa.

4.1.2.4 Distribusi Penduduk Menurut Agama

Gambaran agama yang dianut oleh penduduk pada Kecamatan Teluk Nibung dapat kita lihat pada tabel 4.4 berikut


(33)

Tabel 4.4 Distibusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Menurut Agama

No Agama Jumlah (jiwa)

1 2 3 4 5 Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Budha Hindu 43.416 266 9 290 0

Jumlah 43.981

Sumber Data: Kasi Pemerintahan Kecamatan Teluk Nibung

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa agama yang paling banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Teluk Nibung adalah agama Islam dengan jumlah penganut sebanyak 43.416 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Teluk Nibung adalah muslim. Sedangkan agama yang paling sedikit penganutnya di Kecamatan Teluk Nibung adalah Kristen Katolik, yakni sebanyak 9 jiwa.

4.1.2.5 Distribusi Penduduk Menurut Suku

Data jumlah penduduk menurut suku di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Distibusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Menurut Suku

No Suku Jumlah (jiwa)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Melayu Jawa Batak China Minang Aceh Nias Madina Karo Lainnya 12.028 10.732 14.116 202 3.7321 599 54 1.783 158 577

Jumlah 43.981


(34)

Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas penduduk di Kecamatan Teluk Nibung bersuku Batak, yaitu sebanyak 14.116 jiwa dan suku yang paling sedikit adalah suku Aceh yaitu sebanyak 54 jiwa.

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik responden, yaitu ibu (pengasuh) anak prasekolah pada penelitian ini meliputi karekteristik responden menurut umur, pekerjaan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga.

4.2.1 Umur Responden

Karakteristik responden menurut umur dapat kita lihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Distibusi Responden Menurut Umur di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016

No Umur Responden Jumlah %

1 2 3 4 <30 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun >49 tahun 19 31 24 2 25,0 40,8 31,6 2,6

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas responden dengan umur 30-49 tahun paling banyak, yaitu sebanyak 24 orang (31,6%), dan responden yang paling sedikit berada pada kelompok umur >49 tahun, yaitu sebanyak 2 orang (2,6%).

4.2.2 Pendidikan Responden

Tabel 4.7 Distibusi Responden Menurut Pendidikan di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016

No Pendidikan Responden Jumlah % 1 2 3 SD SMP SMA 42 21 13 55,3 27,6 17,1


(35)

Berdasarkan tabel 4.7 yang menggambarkan distribusi responden menurut pendidikan terakhir, terlihat bahwa responden dalam hal ini ibu atau pengasuh dengan tingkat pendidikan SD mengambil porsi terbesar, yakni sebanyak 55,3% dari seluruh responden yang ada atau sebanyak 42 ibu, sedangkan ibu dengan pendidikan SMA sebesar 17,1% atau sebanyak 13 ibu (pengasuh).

4.2.3 Pekerjaan Responden

Tabel 4.8 Distibusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016

No Pekerjaan Responden Jumlah %

1 2 3 4 IRT Pedagang Buruh Pabrik Lainnya 58 10 2 6 76,3 13,2 2,6 7,9

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat kita lihat bahwa responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kecamatan Teluk Nibung mengambil porsi paling banyak, yaitu sebanyak 58 responden (76,3%) dan pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai buruh pabrik, yaitu sebanyak 2 responden (2,6 %).

4.2.4 Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 4.9 Distibusi Responden Menurut Anggota Keluarga di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016

No Jumlah Anggota

Keluarga Jumlah %

1 2 3 1-3 orang 4-6 orang >6 orang 7 54 15 9,2 71,1 19,7

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat kita lihat bahwa keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam penelitian ini paling banyak memiliki anggota


(36)

berjumlah 4-6 orang, yaitu sebanyak 54 keluarga (71,1%), dan yang paling sedikit beranggota 1-3 orang sebanyak 7 keluarga (19,7%).

4.3 Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Sampel pada penelitian ini adalah anak usia pra sekolah dengan latar belakang keluarga nelayan yang tinggal di wilayah Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, sampel dalam penelitian lebih banyak berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki dengan kelompok umur 5 tahun lebih banyak dibanding kelompok umur lainnya. Mayoritas keluarga nelayan memiliki pendapatan sedang yakni sebesar Rp 1000.000- Rp 5.000.000. Gambaran umum karakteristik sampel terdiri dari jenis kelamin, kelompok umur, serta pendapatan orangtua disajikan dalam tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Karakteristik No Karakteristik Anak Usia Prasekolah n % 1. 2 3 Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Total Umur

- 4 Tahun - 5 Tahun - 6 Tahun Total Pendapatan Orangtua - Tinggi - Sedang - Rendah 33 43 76 12 33 31 76 12 62 2 43,4 56,6 100,00 15,8 43,4 40,8 100,00 15,8 81,6 2,6


(37)

4.4 Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur Anak usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

Frekuensi konsumsi sayur dan buah adalah kekerapan mengonsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam jangka waktu tertentu. Frekuensi konsumsi buah dan sayur dalam penelitian ini terdiri dari >1x/hari, 1x/hari, 1-3x/minggu, dan 4-6 kali seminggu. 4.4.1 Frekuensi dan Jenis Buah Yang Dikonsumsi Anak usia Prasekolah

pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

Hasil penelitian mengenai frekuensi dan jenis buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung menunjukkan bahwa anak prasekolah lebih banyak mengonsumsi pisang dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, pepaya juga cukup digemari anak prasekolah selain pisang dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Buah yang jarang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah adalah bengkoang, hal ini dikarenakan bengkoang memiliki tekstur yang keras. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut frekuensi dan jenis buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah di Kecamatan Teluk Nibung disajikan dalam tabel 4.11 berikut ini.


(38)

Tabel 4.11 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah Yang Dikonsumsi

Jenis Buah

Frekuensi Konsumsi Buah 4-6x

/minggu

1-3x /minggu

Tidak

Pernah Total

n % n % N % n %

Pisang 31 40,8 29 38,1 16 21,1 76 100,00

Jeruk 19 25,0 20 26,3 37 48,7 76 100,00

Jambu Air 2 2,6 42 55,3 32 42,1 76 100,00

Jambu Biji 2 2,6 8 10,5 66 86,9 76 100,00

Alpukat 7 9,2 11 14,5 58 76.3 76 100,00

Nenas 0 0 11 14,5 65 85,5 76 100,00

Pepaya 2 2,6 45 59,2 29 38,2 76 100,00

Semangka 0 0 39 51,3 37 48,7 76 100,00

Rambutan 0 0 42 55,3 34 44,7 76 100,00

Salak 0 0 28 36,8 48 63,2 76 100,00

Mangga 0 0 10 13,2 66 86,8 76 100,00

Apel 0 0 22 28,9 54 71,1 76 100,00

Bengkoang 0 0 2 2.6 74 97,4 76 100,00

4.4.2 Frekuensi dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi Anak usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

Berdasarkan penelitian mengenai frekuensi dan jenis sayur yang dikonsumsi anak usia prasekolah pada keluarga nelayan menunjukkan bahwa anak prasekolah banyak mengonsumsi bayam dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, daun singkong juga cukup digemari anak prasekolah dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Sawi hijau dan buncis paling sedikit dikonsumsi anak usia prasekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut frekuensi dan jenis buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah di Kecamatan Teluk Nibung disajikan dalam tabel 4.12 berikut ini.


(39)

Tabel 4.12 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi

Jenis Sayur

Frekuensi Konsumsi Buah 4-6x

/minggu

1-3x /minggu

Tidak

pernah Total

n % n % n % n %

Kangkung 17 22,4 14 18,4 45 59,2 76 100,00 Kcg Panjang 3 3,9 24 31,6 49 64,5 76 100,00 Daun singkong 17 22,4 25 32,9 34 44,7 76 100,00

Bayam 31 40,8 17 22,4 28 36,8 76 100,00

Sawi Hijau 3 3,95 3 3,95 73 96,1 76 100,00

Sawi Putih 7 9,2 7 9,2 62 81,6 76 100,00

Kol 5 6,6 4 5,3 67 88,1 76 100,00

Jipang 2 2,6 8 10,5 66 86,9 76 100,00

Terong 8 10,5 9 11,9 59 77,6 76 100,00

Buncis 0 0 3 3,9 73 96,1 76 100,00

Wortel 16 21,1 14 18,4 46 60,5 76 100,00

4.5 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur Anak usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

Jumlah konsumsi sayur dan buah adalah banyaknya jenis sayur dan buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibungdalam sehari. Data konsumsi buah dan sayur dalam gram per hari dikategorikan cukup (apabila mengonsumsi buah sebanyak 200-300 gram sehari) dan tidak cukup apabila buah yang dikonsumsi <200 gram sehari.

4.5.1 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur

Jumlah konsumsi buah anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam penelitian ini berada pada kategori tidak cukup, yakni anak prasekolah mengonsumsi buah dalam jumlah <200 gram sehari. Jumlah konsumsi sayur anak prasekolah pada keluarga nelayan juga berada pada kategori tidak cukup (<300gram). Gambaran sebaran sampel berdasarkan jumlah konsumsi buah disajikan pada tabel 4.13.


(40)

Tabel 4.13. Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Jumlah Konsumsi Buah

No Jumlah Buah yang Dikonsumsi n %

1 Cukup 7 9,2

2 Tidak Cukup 69 90,8

Total 76 100,00

4.6 Sumbangan Serat Sayur dan Buah terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

Sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam sayur dan buah yang dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam sehari terhadap kecukupan serat yang dianjurkan. Gambaran umum tentang sebaran sampel berdasarkan kecukupan serat disajikan pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Distribusi Sumbangan Serat Sayur dan Buah terhadap Kecukupan Serat

Anjuran Serat Anak Prasekolah

Kecukupan serat (gram)

Kontribusi Serat Sayur dan Buah (%)

22 gram 14,1

0,8

32,3 3,6

Total 100

Berdasarkan tabel 4.14 diatas kecukupan serat anak prasekolah berdasarkan penelitian ini sebesar <22 gram/hari, sehingga termasuk kedalam kategori kurang karena tidak memenuhi kecukupan serat yang dianjurkan untuk anak usia prasekolah, yakni sebesar 22 gram sehari. Kecukupan serat anak prasekolah pada penelitian ini berada pada kategori kurang (100%) dengan jumlah kecukupan serat yang tertinggi 14,1 gram, dan terendah 0,9 gram. Sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat tersebar sebanyak 32,3% dan terkecil 3,6%.


(41)

4.7 Pengetahuan Gizi Ibu (Pengasuh)

Berdasarkanjawaban yang diperoleh kuesioner tentang pengetahuan gizi ibu (pengasuh) yang meliputi segala sesuatu yang diketahui responden tentang gizi, diantaranya konsumsi sayur, buah, dan kecukupan serat yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan bahwa ibu (pengasuh) dengan pengetahuan baik sebanyak 8 orang (10,53%), ibu (pengasuh) dengan pengetahuan cukup sebanyak 32 orang (42,10%), dan ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 36 orang (47,37%). Pengetahuan ibu (pengasuh) anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Pengetahuan Ibu (Pengasuh) Tentang Gizi Anak Usia Prasekolah No Pengetahuan Ibu (Pengasuh) n %

1 Baik 8 10.5

2 Cukup 32 42.1

3 Kurang 36 47.4

Total 76 100,00

Pada tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa responden, yakni ibu (pengasuh) dalam penelitian mengenai konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah pada keluarga nelayan ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi anak prasekolah, diantaranya mengenai konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah.

Tabel 4.16 Pengetahuan Ibu (Pengasuh) terhadap Kecukupan Serat Anak Prasekolah pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung

No Tingkat Pengetahuan Ibu (Pengasuh)

Kecukupan Serat Jumlah Cukup Cukup

n %

1 2 3 Baik Cukup Kurang 0 0 0 8 32 36 8 32 36


(42)

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat kita lihat bahwa kecukupan serat anak prasekolah dengan ibu yang berada pada tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang secara keseluruhan berada pada kategori tidak cukup.


(43)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam sehari. Kecukupan serat anak prasekolah pada penelitian ini berada pada kategori kurang (100%) dengan jumlah kecukupan serat yang tertinggi 14,1 gram, dan terendah 0,8 gram. Kategori kecukupan serat anak anak prasekolah yaitu kurang (<22 gram sehari), cukup (22 gram sehari) dan lebih (>22 gram sehari). Pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2012) menunjukkan penelitian yang dilakukan oleh Litbangkes Gizi DepKes RI menunjukkan bahwa konsumsi serat orang Indonesia masih tergolong rendah, hanya sekitar 12 gram/hari, atau hanya sekitar 50% dari yang dianjurkan sebanyak 25 gram/hari. sedangkan anjuran asupan serat bagi anak yang berusia 4-6 tahun adalah 22 gram.

Kurangnya kecukupan serat dari jumlah yang dianjurkan juga terjadi pada siswaSDN 060870 Medan yang menjadi sampel penelitian Rara (2014) yang menunjukkan bahwa kecukupan serat siswa pada sekolah tersebut berada pada kategori kurang (<25gram/hari). Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi buah dan sayur sebagai sumber serat masih kurang, bahkan 30,6% siswa tidak pernah mengonsumsi sayur sehingga belum dapat memenuhi kecukupan serat seperti yang dianjurkan per harinya, untuk jenis buah dan sayur yang dikonsumsi belum cukup memenuhi serat karena memiliki kandungan serat yang rendah. Demikian juga halnya dengan hasil penelitian Desak dan Ni Ketut (2014 pada anak sekolah


(44)

dasar Kota Denpasar yang menunjukan sangat sedikit yang mengonsumsi serat >10 gram/harinya dimana hanya 7,1 % yang mengonsumsi serat dengan kategori baik, sehingga sekolah yang berada di Kota Denpasar memiliki asupan serat yang masih sangat kurang dari asupan yang dianjurkan.

Serat makanan biasanya dimakan dari sumber alami karena serat makanan selalu berada dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Jumlah serat yang dibutuhkan seseorang berbeda sesuia dengan jenjang usia yang berbeda. Salah satu cara memperoleh asupan serat sesuai dengan yang dianjurkan adalah dengan mengikuti aturan pola makan yang baik. Selain itu, serat hendaknya dikonsumsi sesuai dengan jumlah yang dianjurkan berdasarkan golongan umum. Kelebihan dan kekurangan dalam mengonsumsi serat dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Dalam memenuhi kebutuhan serat dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan alami seperti sayur dan buah, dan tidak dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen yang kaya akan serat (Lubis, 2009).

5.2 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Sumbangan serat sayur dan buah anak usia prasekolah pada keluarga terhadap kecukupan serat menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam sayur dan buah yang dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam sehari. Kecukupan serat anak prasekolah berdasarkan penelitian <22gram/hari, sehingga termasuk kedalam kategori kurang karena sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat juga masih dalam kategori kurang juga. Sayur dan buah yang dikonsumsi anak prasekolah hanya menyumbangkan sebesar 32,35 serat, yang paling rendah 3,6%


(45)

Keluarga dengan latar belakang nelayan umumnya memang lebih sering menyajikan nasi dan lauk pauk saja dalam menunya. Selain anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, anak prasekolah di daerah Kelurahan Mata Halasan yang menjadi sampel dalam penelitian Saragi (2014) juga menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat dengan mata pencaharian nelayan sehingga untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan laut lebih sering. Untuk telur, tahu, tempe didapatkan dengan membei dari warung atau pasar terdekat. Untuk jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi yaitu bayam, kangkung dan daun ubi. Bahkan ada anak yang hanya mengonsumsi satu jenis sayuran saja misalnya daun ubi.

Salah satu pesan gizi seimbang khusus anak prasekolah adalah memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Anak prasekolah dalam penelitian ini masih kurang menjadikan sayur dan buah dalam makanan sehari-hari. Berdasarkan penelitian diperoleh hanya 9,2% anak prasekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengonsumsi buah dalam jumlah cukup, sedangkan 90,8% anak prasekolah dengan latar belakang nelayan dalam penelitian ini mengonsumsi buah dalam jumlah tidak cukup (200-300gram/hari). Untuk konsumsi sayur masih berada dalam kategori tidak cukup (100%). Kebiasaan makan anak dalam penelitian ini hanya mengonsumsi nasi dan lauk pauk saja,

seperti tempe, tahu, telur, ikan, dan ayam. Untuk sarapan pagi, anak hanya “nasi goreng” telah menjadi menu wajib pada menu sarapan pagi untuk mayoritas anak prasekolah. Padahal, sarapan yang berkualitas dapat meningkatkan kesehatan dan kemampuan belajar anak sekolah dan juga usia prasekolah.


(46)

Jenis buah yang diambil dalam penelitian ini adalah pisang, jeruk, jambu air, jambu biji, alpukat, nenas, papaya semangka, rambutan, salak, mangga, apel, dan bengkoang.Buah yang paling sering dikonsumsi anak prasekolah adalah papaya dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, dan pisang dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Selanjutnya buah yang tidak pernah dikonsumsi oleh anak prasekolah dalam penelitian ini adalah bengkoang. Hal ini dikarenakan bengkoang memiliki tekstur yang keras diandingkan dengan buah lainnya. Pada umumnya anak menyukai buah dengan tekstur yang lembut, warna yang menarik, dan rasa yang manis, buah dengan rasa asam seperti nenas juga kurang disukai oleh anak.

Selanjutnya, jenis sayur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kangkung, kacang panjang, daun singkong, bayam, sawi hijau, sawi putih, kol, jiang, terong, buncis, dan wortel. Sayur yang paling sering dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan dalam penelitian ini adalah bayam dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, dan singkong juga cukup digemari oleh anak prasekolah dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Sawi hijau dan buncis merupakan jenis sayur yang tidak dikonsumsi anak prasekolah dalam penelitian ini dengan alasan rasanya yang kurang disukai anak.

Sayur biasanya dibeli ibu (pengasuh) dari warung atau pasar tradisional yang terdekat dengan tempat tinggal mereka. Demikian juga halnya dengan buah, buah dapat dibeli diwarung seperti jeruk, atau di Pasar Tradisional. Ada ibu yang membeli kebutuhan untuk satu minggu sekali dan ada juga ibu yang membeli setiap kali akan memasak saja.


(47)

Konsumsi sayur dan buah yang rendah pada anak prasekolah memang telah menjadi suatu masalah makan yang terjadi pada anak. Anak biasanya cenderung lebih menyukai buah daripada sayur. Anak perlu waktu untuk mengenal jenis makanan baru yang akan dikonsumsinya. Namun, bukanlah hal yang mustahil jika pengenal terhadap sayur dan buah secara rutin dengan cara yang unik kepada anak prasekolah akan menimbulkan keinginan dan peningkatan dalam mengonsumsi sayur dan buah (Badriah, 2014).

Hal yang perlu diingat selanjutnya anak usia prasekolah berperan sebagai konsumen aktif mulai bisa memilih makanan yang akan dikonsumsinya dengan sendirinya. Oleh karena itu, menanamkan kebiasaan makan yang baik pada usia ini akan terus berlanjut pada usia selanjutnya. Penanaman kebiasaan ini dapat dilakukan oleh ibu sebagai orang yang paling sering berinteraksi dengan anak. Penelitian Febriana (2014) tentang kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan dan kaitannya dengan konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah di Kelurahan Tanah Baru, Depok juga menunjukkan bahwa 99,0% anak prasekolah kurang mengonsumsi sayur (<150gr/hari) dan 74,5% Anak prasekolah kurang mengonsumsi buah (100gram/hari). Hal ini terjadi karena ibu juga kuranng membiasakan diri untuk mengonsumsi sayur dan buah pada saat kehamilan.

Banyak faktor yang memengaruhi kebiasaan makan anak usia prasekolah selain kebiasaan ibu mengonsumsi sayur dan buah pada saat kehamilan namun juga pengetahuan ibu tentang gizi anak prasekolah. Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner pengetahuan gizi, dalam hal ini ibu (pengasuh)


(48)

diperoleh kesimpulan bahwa masih banyak ibu dalam menyusun menu disesuaikan dengan kesukaan anak, bukan disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak. Berdasarkan skor yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan gizi ibu atau responden menunjukkan bahwa ibu berada pada kategori kurang 47,4%, cukup 42,1% dan hanya 10,5% ibu yang menjadi responden dengan pengetahuan baik.

Berbagai penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang gizi anak prasekolah yang telah dilakukan juga menunjukkan hal yang sama. Diantaranya adalah penelitian Minarti (2014) mengenai gambaran pengetahuan ibu, sikap ibu dan pola konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah di Kabupaten Toraja Utara yang menunjukkan bahwa dari 111 anak prasekolah yang menjadi sampel pada penelitian ini berada pada kategori cukup dalam mengonsumsi sayur dan buah yakni sebesar 51,4% dan konsumsi sayur dan buah yang kurang sebanyak 48,6%, dengan ibu yang berpengetahuan baik 64% dan berpengetahuan kurang 36%. Ibu dengan sikap positif dalam konsumsi sayur dan buah pada anak sebannyak 59,5% dan 40,5% ibu bersikap negatif.

Selain itu, hasil penelitian Kurniawaty (2011) mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK al Amanah Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tangerang juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kebiasaan makan anak, yakni dari 62 ibu berpengetahuan cukup terdapat 39 anak dengan kebiasaan makan yang buruk (62,9%).

Berdasarkan uraian diatas yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan penngetahuan mengenai gizi anak prasekolah agar ibu (pengasuh), misalnya


(49)

nenek dari anak prasekolah dapat menyajikan menu yang memenuhi kebutuhan gizi anak, serta memperhatikan teknik pengolahan makanan (pemasakan, penyajian) karena umumnya anak menyukai makanan dengan tampilan yang menarik, maka dalam hal ini diperlukan kreatifitas dari ibu untuk memberikan stimulus pada anak agar mau mengonsumsi sayur dan buah khususnya. Biasanya anak hanya makan kuah sayur saja. Selanjutnya adanya penganekaragamanan makanan juga perlu dilakukan ibu agar anak terbiasa memakan berbagai macam bahan makanan sejak usia prasekolah. Kebiasaan yang baik seperti ini akan terus dibawa oleh anak pada fase kehidupan selanjutnya.


(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan dan saran sebagai berikut

6.1Kesimpulan

Kecukupan serat anak usia prasekolah tidak memenuhi kecukupan serat yang dianjurkan (<22gram) dengan asupan serat terbesar sebesar 14,1 gram dan terendah 0,8 gram. Hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi sayur dan buah anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung tersebut. Sehingga sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung masih berada pada kategori kurang. Sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat sebesar 32,3% dan 3,6% sumbangan terendah.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan ibu (pengasuh) yang memiliki anak usia prasekolah khususnya tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur pada anak prasekolah melalui pendidikan gizi untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah serta adanya penganekaragaman makanan agar terpenuhinya kecukupan serat yang dianjurkan.

2. Diharapkan kepada ibu (pengasuh) agar memperhatikan teknik pengolahan makanan, sayur dan buah khususnya yang akan diberikan kepada anak prasekolah. Pengolahan buah bisa divariasikan menjadi makanan yang menarik, seperti puding buah, jus buah, sop buah, atau rujak.


(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Prasekolah

Masa kanak-kanak atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 4-6 tahun (Depkes, 2013), ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki, dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya. Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak prasekolah antara lain: 1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap.

Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup seperti protein, vitamin, dan mineral dan sebagainya.


(52)

2. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa.

3. Perkembangan Emosional

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal).


(53)

4. Perkembangan Kepribadian

Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya. Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras.

5. Perkembangan Moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik. Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan. Pada usia prasekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati atau sikap kepedulian terhadap


(54)

sesama. Perkembangan yang telah disebutkan diatas akan dapat dicapai dengan baik apabila dibarengi dengan pemenuhan gizi yang baik.

2.2 Kebutuhan Gizi Anak Usia Prasekolah

Masa prasekolah adalah masa paling penting bagi proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, nutrisi tepat dan sehat sangat dibutuhkan untuk anak. Kebiasaan pola makan yang sehat harus dikenalkan pada anak sejak dini. Pola makan tepat dan sehat yang dikenalkan sejak dini nantinya akan diterapkan si anak jika si anak dewasa. Komposisi gizi pada anak prasekolah agak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini karena anak prasekolah masih dalam fase tumbuh kembang. Masa prasekolah atau masa balita, anak juga mulai melatih berbagai gerakan refleks fisik motorik, dan panca inderanya. Selain itu, anak prasekolah mulai belajar tentang berbagai hal di lingkungannya. Rasa ingin tahu yang besar, dan aktifitas yang banyak harus diimbangi dengan nutrisi yang bergizi.

Kebutuhan nutrisi bagi anak prasekolah adalah karbohidrat sebagai sumber energi pemenuhannya sebesar 220g. Aktifitas anak prasekolah sangatlah banyak, untuk itu konsumsi makanan yang kaya karbohidrat sangat dibutuhkan. Hampir setengah dari total kalori yang dibutuhkan anak prasekolah berasal dari makanan yang berkarbohidrat. Protein merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai penentu pertumbuhan. Protein juga membangun dan memperbaiki jaringan tubuh dibutuhkan sebesar 35 g. Zat gizi lainnya adalah lemak, lemak juga merupakan sumber energi bagi tubuh, kebutuhannya sebesar 62 g. Ketiga zat gizi termasuk unsur gizi makronutrien. Sedangkan unsur gizi yang disebut mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E,


(55)

dan asam folat merupakan unsur gizi yang hanya dibutuhkan sedikit, namun harus selalu dipenuhi setiap harinya. Mineral seperti zat besi (Fe) untuk mencegah anemia, kalsium (Ca) untuk menguatkan tulang dan gigi, Zink (Zn) untuk pertumbuhan normal anak. Zat-zat gizi tersebut dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal.

Memenuhi kebutuhan nutrisi anak prasekolah memerlukan perhatian dan ketelatenan orang tua untuk melakukannya. Nutrisi yang bergizi merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Begitupula pada anak balita atau anak prasekolah membutuhkan nutrisi yang bergizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otaknya. Nutrisi yang bergizi akan mendukung perkembangan mental dan sosial anak.

Periode keemasan seorang anak adalah saat anak prasekolah. Periode tersebut harus diimbangi dengan nutrisi yang dapat mencukupi kebutuhannya. Nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah adalah mengandung karbohidrat, vitamin dan mineral, protein, dan lemak. Selain itu, anak prasekolah dalam mengkonsumsi makanan juga membutuhkan serat, yakni sebesar 22 g. Buah dan sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi sehat pada seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi serat ini, karena apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kurang atau lebih, dapat berpengaruh terhadap kesehatan.


(56)

2.3 Sayur dan Buah

Buah dan sayur dahulu hanya dianggap sebagai pelengkap. Dengan berkembangnya berbagai penelitian, terungkap adanya zat kimia aktif dan zat nutrisi yang terkandung didalamnya disebut phytochemicals dan phytonutriens, yang berhubungan dengan berbagai manfaat untuk kesehatan, seperti pencegahan penyakit, pengobatan, dan penyembuhan.

Buah merupakan sumber yang baik dari antioksidan dan fitokimia, seperti vitamin C, karoten, flavonoid, dan poliphenol. Buah mengandung sejumlah gula alami, seperti fruktosa dan glukosa. Oleh karena itu, kita perlu membatasi makan buah segar ataupun jus buah segar. Kelebihan mengonsumsi buah segar yang manis seperti rambutan, duku, lengkeng, anggur, pisang, dan mangga akan menambah berat badan karena meningkatnya kadar glukosa darah. Namun, makan buah secara teratur dan tidak berlebihan dapat mengontrol nafsu makan dan menurunkan berat badan. Sejumlah penelitian menunjukkan, fruktosa dapat menurunkan jumlah kalori dan lemak yang dikonsumsi. Keadaan ini mempermudah turunnya berat badan.

Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dimakan kapan saja, buah-buahan dapat diolah atau diawetkan. Buah-buahan juga merupakan sumber vitamin bagi manusia (Santoso dan Ranti, 2009). Buah merupakan sumber zat pengatur yaitu vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh bagi kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan untuk menjaga kesehatan (Winarti, 2010).


(57)

Buah yang terdapat di Indonesia sangat beraneka ragam, sehingga akan ada banyak pilihan buah yang dapat dikonsumsi, keanekaragaman ini dapat dilihat dari adanya perbedaan bentuk dan rasa pada buah. Ini merupakan kekayaan alam yang terdapat di bumi pertiwi tercinta ini. Seperti halnya buah, sayur juga turut menyumbangkan sejumlah vitamin, mineral, serat larut, dan tidak larut, karbohidrat, lemak, protein, dan berbagai nutrisi dalam makanan sehari-hari. Sayuran merupakan bagian dari tanaman yang umum dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Meskipun rasanya tidak selezat bahan makanan hewani namun sayuran perlu dikonsumsi setiap hari agar tubuh kita tetap sehat karena di dalamnya tidak hanya mengandung serat saja namun juga banyak mengandung zat gizi yang penting bagi kesehatan tubuh seperti berbagai macam vitamin dan mineral (Yuliarti, 2008).

Sayur dan buah memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Berdasarkan Riskesdas 2013, anjuran untuk mengonsumsi sayur dan/atau buah adalah minimal 5 porsi/hari, Namun, proporsi kurang makan sayur dan buah di Indonesia sangat tinggi, yakni 93.6%. Sepuluh pesan pedoman gizi seimbang di Indonesia juga menganjurkan untuk banyak makan sayur dan cukup buah-buahan. Hal ini disebabkan dengan melakukan diet tinggi sayur dan buah maka dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, beberapa jenis kanker, diabetes, stroke, mengurangi risiko obesitas, berperan penting dalam membantu kerja saluran pencernaan, untuk mencegah wasir dan konstipasi.

Beberapa survei melaporkan konsumsi sayur dan buah pada remaja dan anak-anak kurang dari rekomendasi yang dianjurkan terutama pada sayur. Kebiasaan makan yang salah pada masa anak-anak dapat berlanjut dan menjadi bibit masalah kesehatan yang serius di usia dewasa. Konsumsi makanan yang kurang sehat, tinggi kalori, tanpa disertai dengan makan sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat dan mineral dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau


(58)

obesitas pada anak-anak (Ratu, 2011). Anak yang makan lebih banyak sayur dan buah memiliki risiko yang rendah terkena penyakit stroke dan hipertensi pada usia dewasa.

Kandungan gizi utama yang terdapat dalam sayur dan buah adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung dalam buah adalah pro vitamin A, berbagai vitamin B kompleks, vitamin C, E, dan K. Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn), seng (Zn), selenium (Se), dan boron (Bo) (Yuliarti, 2008).

Buah dan sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi sehat pada seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi serat ini, karena apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kurang atau lebih, dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

2.4 Konsumsi Sayur dan Buah yang Dianjurkan

Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur seperti sayuran daun, kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sehari. Pendapat lain menurut WHO/ FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1

mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „”cukup‟ apabila

asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap


(59)

Anjuran jumlah porsi dan contoh-contoh menu sehat dan bergizi. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk berbagai kelompok umur antara lain sebagai berikut:

Tabel. 2.1 Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk kelompok umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun

Bahan Makanan Anak usi 1-3 tahun Anak Usia 4-6 tahun Sayuran

Buah

1,5 p 3p

2p 3p Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014

Keterangan:

Sayuran 1 porsi = ¾ gelas= 100gr=175 kkal Buah 1 porsi = 50gr = 50 kkal

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran konsumsi sayur dan buah untuk anak usia 4-6 (prasekolah) adalah sebanyak 200-300 gram atau sekitar 2-3 porsi yaitu berupa 2 porsi berupa buah sama halnya dengan 1 buah pisang ambon dan 3 porsi sayuran sama halnya dengan 1 gelas sayuran yang sudah ditiriskan.

2.5 Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah

Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi preferensi makanan anak, pengaruh orangtua, pendapatan keluarga, dan ketersediaan sayur dan buah di keluarga. Faktor eksternal meliputi pengaruh teman, pengaruh pesan media, pengetahuan gizi, pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial dan budaya, dan lingkungan masyarakat pesisir. Antara lain sebagai berikut:


(60)

2.5.1 Faktor Internal 1. Preferensi Makanan

Preferensi dianggap sebagai faktor penentu dalam mengkonsumsi makanan termasuk sayur dan buah. Preferensi merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan. Suka atau tidaknya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi tekstur dan suhu. Pola preferensi dan asupan makanan anak dibentuk melalui pengalaman tentang makan dan makanan yang diberikan oleh ibu dan anggota keluarganya. Rasa suka terhadap makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh saat makan makanan tertentu.

2. Pengaruh Orangtua

Keluarga adalah pengaruh utama dalam perkembangan kebiasaan makan anak. pemberian makanan terhadap anak merupakan tanggungjawab orangtua dalam menyediakan makanan yang aman dan bergizi. Orangtua mempunyai peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan dan preferensi makanan bagi anak-anaknya.

Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak. Dengan memberikan makan kepada anak, maka anak juga dididik agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik serta menentukan jumlah makanan yang cukup sehingga akan terbina kebiasaan yang baik.


(61)

Teknik orangtua dalam memberikan makan pada anak juga berpengaruh . pemberian makan dapat dilakukan dengan cara memerintah untuk makan makanan tertentu atau bisa juga dilakukan dengan memperbolehkan apapun makanan yang dimakan.

3. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga secara langsung juga turut menentukan konsumsi makanan dalam sebuah keluarga. Meningkatnya pendapatan dapat memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin tinggi juga konsumsi sayur dan buah. Pendapatan juga mempengaruhi kecukupan konsumsi makanan. Anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai preferensi makanan yang berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah.

4. Ketersediaan Sayur dan Buah dikeluarga

Ketersediaan sayur dan buah didalam keluarga sangatlah penting. Mutu gizi pangan seseorang dapat diperbaiki dengan diversifikasi konsumsi pangan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan diversifikasi pangan yaitu menyediakan berbagai ragam pangan ditingkat keluarga.

2.5.2 Faktor Eksternal 1. Pengaruh Teman

Seiring dengan pertumbuhan anak, interaksi antara anak dengan lingkungan sosial semakin luas dan komunikasi menjadi penting. Teman mempengaruhi dalam pemilihan dan kesukaan makanan. Anak dapat menolak


(62)

suatu makanan dan meminta suatu makanan yang sedang populer secara tiba-tiba. Seorang anak akan ikut mengkonsumsi sayuran ketika melihat temannya memilih dan memakan sayuran tersebut walaupun dia tidak suka.

2. Pengaruh Pesan Media

Pemilihan dan kesukaan makanan tidak hanya terpengaruh pada reaksi indera tetapi juga oleh pendekatan melalui media massa, seperti Televisi, Radio, dan Majalah. Dengan adanya pesan media ini dapat mengubah kebiasaan makan pada anak. Sebagai contoh, dengan menonton acara masak di televisi, dia ingin mencoba dan karena suka dia hanya mau makan jenis itu saja.

3. Pengetahuan Gizi Ibu

Faktor pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga faktor yang saling berhubungan dalam mempengaruhi konsumsi panan. Adanya pendapatan yang rendah disertai dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan.

Pengetahuan gizi ibu dalam menangani makanan sangat berpengaruh terhadap menu makanan keluarga dan juga pola konsumsi makanan. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi ketersediian pangan dalam rumah tangga dan selanjutnya mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak.

4. Pendidikan


(63)

intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula konsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalaupun orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan dan selalu memperhatikan tentang kesehatan gizi, bukan tidak mungkin pengetahuannya akan lebih baik.

5. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan segala aktivitas yang dijalani oleh orangtua. Pekerjaan juga menjadi profesi yang dilakukan oleh orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan. Selain itu, pekerjaan juga berpengaruh terhadap besar-kecilnya perhatian seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. Jika seseorang terlalu sibuk bekerja, maka seringkali ia melalaikan dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih untuk mengonsumsi makanan cepat saji.

6. Lingkungan Sosial dan Budaya

Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya


(64)

memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu.

2.6 Serat

2.6.1 Jenis Serat

Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas yang dapat diserap kedalam tubuh dan digunakan sebagai sumber energi.

Serat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Serat kasar (crude fiber)

2. Serat yang terlarut (dietary fiber)

Dietary fiber adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Beberapa bakteri dalam saluran pencernaan dapat mencerna serat ini dan menghasilkan suatu produk yang dapat diserap dan berkontribusi memberikan kalori penghasil energi. Dietary fiber berdasarkan struktur kimia terbagi menjadi terlarut dan tak terlarut. Serat yang terlarut ditemukan dalam buah-buahan, beberapa jenis kacang-kacangan, dan beberapa jenis biji-bijian, seperti oat, tye, dan barley. Serat tersebut terlarut dan membentuk gel dalam air. Bentukan gel ini dalam saluran pencernaan menyebabkan kecepatan melambat


(65)

dalam mendorong komponen makanan ke usus. Keadaan ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan absorbs zat gizi. Serat yang terlarut mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena serat merangsang peningkatan ekskresi asam empedu ke dalam usus. Dengan demikian, absorbsi kolesterol dan lemak lainnya melambat, sehingga terjadi peningkatan produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Faktor efek rendahnya kolesterol akibat serat larut ini menyebabkan serat menjadi faktor sangat penting, tetapi bagaimana mekanismenya masih belum banyak diketahui orang.

Insoluber fiber (serat tak terlarut) adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Golongan ini dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai kecenderungan menyerap air dan meningkatkan pemadatan (bulky) sehingga mempunyai kontribusi pada volume tinja yang besar. Dengan demikian, serat tak terlarut dapat meningkatkan motilitas peristaltic gastrointestinal atau dapat meningkatkan kecepatan pergerakan material melalui saluran pencernaan sampai ke kolon. Poin penting adalah serat dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia, tetapi sangat sedikit dan umumnya serat hanya lewat serta tidak mengalami perubahan.

Serat yang terkandung dalam beberapa sayur dan buah dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Beberapa Sayur dan Buah

Nama Bahan Makanan Serat (gr) Nama Bahan Makanan

Serat

Alpokat Jeruk

5,9 5,2

Kangkung Kol

2 2,8


(66)

Pisang Mangga Nenas Apel Pepaya Salak Rambutan 2,4 1,8 2,8 1,2 4,7 4,2 1,12 Terong Wortel Bayam Buncis Daun singkong Kacang panjang Semangka 2,5 3,3 2,5 6,6 4,2 3,7 1,8 Sumber: Sukardi, K, L.S. Nofi dan E.D. Anugrahati. Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan

Penukar. 1997 dalam Penuntun Diet edisi Baru (2006)

2.6.2 Konsumsi Serat

Pada era globalisasi seperti saat ini, serat kurang mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Berawal dari rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan pada penduduk indonesia menjadi penyebab rendahnya pemenuhan kecukupan serat. Banyaknya makanan cepat saji yang beredar ditengah-tengah masyarakat yang rendah serat, jajanan yang tidak sehat apabila tidak diimbangi dengan konsumsi sayur, buah, serta tidak terpenuhinya kecukupan serat, jika dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Serat harus dikonsumsi dengan bijak dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan. Menghindarkan diri dari makanan cepat saji saat ini merupakan sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan, namun bukanlah suatu hal yang tidak mungkin kita tetap bisa mempertahankan kesehatan kita, diantaranya adalah dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, banyak mengonsumsi sayur dan buah yang juga mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi berbeda pada masing-masing usia sesuai dengan kebutuhannya. Anak usia


(67)

prasekolah sendiri dianjurkan untuk mengonsumsi serat sebesar 22gr dalam sehari.

2.6.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan dalam Mengonsumsi Serat

Telah lama diduga adanya hubungan konsumsi makanan yang mengandung serat dengan kesehatan tubuh manusia. Jumlah asupan serat makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu mencegah bahkan menyembuhkan beberapa macam penyakit berbahaya. Serat makanan sebaiknya diperoleh dari sumber makanan alami dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh secara seimbang dan berkesinambungan.

Serat baik untuk kesehatan karena: 1. Membuat perut terasa lebih kenyang 2. Membantu menurunkan glukosa darah 3. Membantu menurunkan lemak darah 4. Melancarkan buang air besar

Almatsier menyebutkan bahwa dalam standar makanan khusus, pengaturan konsumsi serat dinamakan diet serat tinggi yang diberikan kepada pasien konstipasi penyakit dan divertikulosis. Hal ini menunjukkan bahwa serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dianjurkan. Terdapat dampak tertentu apabila serat dikonsumsi dalam jumlah kurang ataupun lebih. Secara garis besar, resiko kekurangan dan kelebihan mengonsumsi serat makanan dalam perut diuraikan sebagai berikut:

Kerugian yang terjadi akibat kekurangan serat makanan, sebagai berikut: 1. Tekstur dan struktur tinja menjadi keras, padat, dan berbutiran kecil-kecilan.


(1)

Keluarga Nelayan ... 56 5.2 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat

Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan ... 57 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 63 6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 DAFTAR LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1 Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk kelompok umur

1-3 tahun dan 4-6 tahun 18

Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Beberapa Sayur dan Buah 25 Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Teluk Nibung 43 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung Menurut

Golongan Umur 44

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Menurut Mata Pencaharian 45

Tabel 4.4 Distibusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Menurut Agama 46

Tabel 4.5 Distibusi Penduduk Kecamatan Teluk Nibung

Menurut Suku 46

Tabel 4.6 Distibusi Responden Menurut Umur di Kecamatan

Teluk Nibung Tahun 2016 47

Tabel 4.7 Distibusi Responden Menurut Pendidikan

di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016 47 Tabel 4.8 Distibusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan

Teluk Nibung tahun 2016 48

Tabel 4.9 Distibusi Responden Menurut Anggota Keluarga

Di Kecamatan Teluk Nibung tahun 2016 48 Tabel 4.10 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Karakteristik 49 Tabel 4.11 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Frekuensi

dan Jenis Buah Yang Dikonsumsi 51

Tabel 4.12 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Frekuensi

dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi 52

Tabel 4.13 Distribusi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Jumlah

Konsumsi Buah 53


(3)

Tabel 4.14 Distribusi Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap

Kecukupan Serat 53 Tabel 4.15 Pengetahuan Ibu (Pengasuh) Tentang Gizi

Anak Usia Prasekolah 54

Tabel 4.16 Pengetahuan Ibu (Pengasuh) terhadap Kecukupan Serat Anak Prasekolah pada Keluarga Nelayan


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 34


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Frekuensi Makanan 67

Lampiran 2. Formulir Recall 24 Jam 68

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian 69

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian 72

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian 73

Lampiran 6. Output Spss 74

Lampiran 7. Master Data 78


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asnah

Tempat /Tanggal Lahir : Bendang/ 1 September 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Dr. Picauli No. 23 Medan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Tumin

Nama Ibu : Kartik

Pendidikan Formal

1. Tahun 1999-2005 : SD Negeri 018479 Air Joman Baru 2. Tahun 2005-2008 : MTsS YMPI Sei Tualang Raso 3. Tahun 2008-2011 : MAS YMPI Sei Tualang Raso 4. Tahun 2012-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

1 9 77

ANALISIS KEHIDUPAN ANAK USIA SEKOLAH YANG BEKERJA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PERJUANGAN KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 2 24

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 12

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 19

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 9

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 25

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 1 3

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 18