Konsumsi Sayur, Buah dan Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

suami responden yang bermata pencaharian sebagai nelayan ternyata hanya berpenghasilan sebesar Rp.300.000 – Rp.400.000 perbulan. Bahkan sejumlah 32,2 hanya berpenghasilan kurang dari Rp.300.000. Sedangkan yang berpenghasilan di atas Rp.400.000 perbulan hanya 4,5. Hal ini merupakan suatu keadaan yang membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.

2.8 Konsumsi Sayur, Buah dan Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Di Jepang, ada tiga ciri menonjol pada piramida makanan penduduk Jepang. Ciri pertama adalah tingginya penggunaan karbohidrat kompleks yang kaya akan serat pangan dietary fiber dan minimnya penggunaan karbohidrat terolah halus refined carbohydrat yang berupa tepung-tepungan. Pola makan tersebut sangat berguna untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Ciri kedua adalah banyaknya konsumsi sayur dan buah-buahan yang secara alamiah mengandung berbagai macam vitamin, mineral, serat fitokimia, serta serat pangan. Beberapa vitamin vitamin A, E, dan C dan beberapa mineral tembaga, seng, dan selenium merupakan antioksidan yang sangat besar andilnya dalam mencegah penuaan dini dan berbagai penyakit lainnya. Ciri ketiga adalah tingginya konsumsi ikan dan sedikitnya penggunaan bahan penghasil energi utama, yaitu lemak, minyak, dan gula. Konsumsi ikan laut yang kaya akan asam lemak tidak jenuh omega-3 telah diketahui berperan penting dalam mereduksi kejadian penyakit kardiovaskuler. Piramida menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan agar kesehatan penduduk terjamin. Sedemikian pentingnya sayuran dan buah-buahan sehingga World Universitas Sumatera Utara Health Organization WHO dan para ahli gizi di Amerika Serikat menganjurkan agar kita paling sedikit mengonsumsi lima porsi sayuran dan buah-buahan setiap harinya. Satu porsi buah-buahan setara dengan 150 gram, sedangkan porsi sayuran setara dengan 75 gram sayuran mentah. Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa hanya sekitar 15 penduduk Indonesia mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih dari lima porsi setiap harinya. Dengan demikian, sekitar 85 persen penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah-buahan atau dengan kata lain belum ada pemenuhan dalam kecukupan serat pada penduduk Indonesia. Hal ini sangat ironis, karena sebagai negara tropis Indonesia merupakan sumber sayuran dan buah-buahan. Rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan patut disayangkan, karena kedua komoditi itu merupakan sumber aneka vitamin, mineral, serat pangan serta aneka senyawa fitokimia. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah. Penelitian Ulfa dan Latifah 2007 tentang kebiasaan konsumsi sayuran pada ibu rumah tangga diperkotaan dan perdesaan menunjukkan hasil yang relatif sama, yaitu konsumsi wortel 8 kali perbulan, atau sekitar 1-2 kali per minggu di perkotaan, sedangkan diperdesaan hanya 4 kali perbulan, atau 1 kali per minggu. Hasil penelitian Made 2013 menunjukkan bahwa dari 184 anak, hanya 7,1 anak yang mengonsumsi serat 10 grhari. Rata-rata konsumsi serat 58,7 dari yang dianjurkan. Sumber serat yang sering dikonsumsi yaitu, kangkung, agar-agar, jagung, dan kubis dengan rata-rata konsumsi 3-5 kali per minggunya . Universitas Sumatera Utara Anak-anak adalah masa dimana kebutuhan gizinya harus terpenuhi agar dapat tubuh dan berkembang dengan optimal. Maka sebaiknya mulai dibiasakan makan sayur dan buah sejak dini. Namun kebanyakan anak-anak tidak menyukai rasa dari sayur dan buah terutama pada sayur yang umumnya memiliki rasa pahit. Anak-anak lebih menyuki makanan yang gurih dan manis yang banyak mengandung gula dan lemak serta pengawet, pewarna, dan penambah cita rasa. Jika anak dapat diperkenalkan dan dibiasakan dengan mengonsumsi sayur dan buah sejak dini, maka diharapkan kebiasaan tersebut dapat berlanjut hingga dewasa serta memiliki efek kesehatan jangka panjang. Anak usia prasekolah umumnya lebih mudah menerima makanan yang sederhana, tidak dicampur, renyah, dan dihidangkan pada suhu kamar, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Cara pengolahan makanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Anak mengenali makanan yang diolah secara tidak baik dan akan menolaknya. Kebanyakan anak menerima makanan yang sudah dikenalnya. Makanan baru sebaiknya dikenalkan dalam porsi kecil, bersamaan dengan makanan yang sudah dikenalnnya. Walaupun anak hanya melihat makanan baru , atau hanya menciumnya untuk pertama kalinya, ini dapat menjadi cara untuk belajar mengenal dan memahaminya. Hal ini harus sering dilakukan. Penting bagi ibu memperhatikan teknik pengolahan dan penyajian makanan, karena umumnya anak prasekolah menyukai makanan dengan warna yang menarik. Maka, perlu senantiasa menyiapkan menu bagi makanan anak usia pra sekolah ini. Universitas Sumatera Utara Jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi anak prasekolah adalah wortel dan jeruk. Sebagian besar subjek mengkonsumsi sayur setiap hari 76.6 dan sebagian besar subjek tidak mengkonsumsi buah setiap hari 68,1. Rata- rata konsumsi sayur pada anak masih kurang dari anjuran yaitu 73,5 gram hari. Rata-rata konsumsi buah pada anak masih kurang dari anjuran yaitu 58,6 gram hari. Konsumsi sayur pada anak tidak terkait dengan pengetahuan gizi ibu p=0,34 dan sikap ibu p=0,16. Konsumsi buah pada anak juga tidak terkait dengan pengetahuan gizi ibu tidak p=0,23 dan sikap ibu p=0,06. Kesimpulannya sebagian besar subjek 93,6 mengkonsumsi sayur dalam kategori kurang dan semua subjek 100 mengkonsumsi buah dalam kategori kurang. 2.9 Kerangka Konsep Sayur dan buah merupakan sumber serat. Sehingga penting untuk senantiasa memerhatikan konsumsi sayur dan buah, terutama pada anak usia prasekolah. Pemenuhan terhadap gizi anak usia prasekolah bukan hanya menjadi perhatian bagi seorang ibu saja, namun juga bagi seluruh anggota keluarga. Kecukupan serat dapat diperoleh dengan mengonsumsi buah dan sayur dalam frekuensi kekerapan, jumlah sayur dan buah, serta jenis sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah. Masalah konsumsi makanan berserat yang terdapat pada sayur dan buah berkaitan dengan status ekonomi, pengetahuan, kurang asupan, dan frekuensi konsumsi sayur dan buah. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian Konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah : - Jenis - Jumlah - Frekuensi kekerapan Sumbangannya terhadap Kecukupan serat Pengetahuan ibu tentang konsumsi sayur dan buah Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

1 9 77

ANALISIS KEHIDUPAN ANAK USIA SEKOLAH YANG BEKERJA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PERJUANGAN KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 2 24

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 12

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 19

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 9

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 25

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 1 3

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 18