Konsumsi Sayur dan Buah yang Dianjurkan Keluarga Nelayan

obesitas pada anak-anak Ratu, 2011. Anak yang makan lebih banyak sayur dan buah memiliki risiko yang rendah terkena penyakit stroke dan hipertensi pada usia dewasa. Kandungan gizi utama yang terdapat dalam sayur dan buah adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung dalam buah adalah pro vitamin A, berbagai vitamin B kompleks, vitamin C, E, dan K. Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium K, kalsium Ca, natrium Na, zat besi Fe, magnesium Mg, mangan Mn, seng Zn, selenium Se, dan boron Bo Yuliarti, 2008. Buah dan sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi sehat pada seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi serat ini, karena apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kurang atau lebih, dapat berpengaruh terhadap kesehatan.

2.4 Konsumsi Sayur dan Buah yang Dianjurkan

Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur seperti sayuran daun, kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sehari. Pendapat lain menurut WHO FAO 2003, yang dimaksud dengan 1 porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „”cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari. Universitas Sumatera Utara Anjuran jumlah porsi dan contoh-contoh menu sehat dan bergizi. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk berbagai kelompok umur antara lain sebagai berikut: Tabel. 2.1 Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk kelompok umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun Bahan Makanan Anak usi 1-3 tahun Anak Usia 4-6 tahun Sayuran Buah 1,5 p 3p 2p 3p Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Keterangan: Sayuran 1 porsi = ¾ gelas= 100gr=175 kkal Buah 1 porsi = 50gr = 50 kkal Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran konsumsi sayur dan buah untuk anak usia 4-6 prasekolah adalah sebanyak 200-300 gram atau sekitar 2-3 porsi yaitu berupa 2 porsi berupa buah sama halnya dengan 1 buah pisang ambon dan 3 porsi sayuran sama halnya dengan 1 gelas sayuran yang sudah ditiriskan.

2.5 Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah

Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi preferensi makanan anak, pengaruh orangtua, pendapatan keluarga, dan ketersediaan sayur dan buah di keluarga. Faktor eksternal meliputi pengaruh teman, pengaruh pesan media, pengetahuan gizi, pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial dan budaya, dan lingkungan masyarakat pesisir. Antara lain sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

2.5.1 Faktor Internal

1. Preferensi Makanan Preferensi dianggap sebagai faktor penentu dalam mengkonsumsi makanan termasuk sayur dan buah. Preferensi merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan. Suka atau tidaknya seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi tekstur dan suhu. Pola preferensi dan asupan makanan anak dibentuk melalui pengalaman tentang makan dan makanan yang diberikan oleh ibu dan anggota keluarganya. Rasa suka terhadap makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh saat makan makanan tertentu. 2. Pengaruh Orangtua Keluarga adalah pengaruh utama dalam perkembangan kebiasaan makan anak. pemberian makanan terhadap anak merupakan tanggungjawab orangtua dalam menyediakan makanan yang aman dan bergizi. Orangtua mempunyai peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan dan preferensi makanan bagi anak- anaknya. Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak. Dengan memberikan makan kepada anak, maka anak juga dididik agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik serta menentukan jumlah makanan yang cukup sehingga akan terbina kebiasaan yang baik. Universitas Sumatera Utara Teknik orangtua dalam memberikan makan pada anak juga berpengaruh . pemberian makan dapat dilakukan dengan cara memerintah untuk makan makanan tertentu atau bisa juga dilakukan dengan memperbolehkan apapun makanan yang dimakan. 3. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga secara langsung juga turut menentukan konsumsi makanan dalam sebuah keluarga. Meningkatnya pendapatan dapat memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas lebih baik. Semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin tinggi juga konsumsi sayur dan buah. Pendapatan juga mempengaruhi kecukupan konsumsi makanan. Anak yang berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai preferensi makanan yang berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah. 4. Ketersediaan Sayur dan Buah dikeluarga Ketersediaan sayur dan buah didalam keluarga sangatlah penting. Mutu gizi pangan seseorang dapat diperbaiki dengan diversifikasi konsumsi pangan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan diversifikasi pangan yaitu menyediakan berbagai ragam pangan ditingkat keluarga.

2.5.2 Faktor Eksternal

1. Pengaruh Teman Seiring dengan pertumbuhan anak, interaksi antara anak dengan lingkungan sosial semakin luas dan komunikasi menjadi penting. Teman mempengaruhi dalam pemilihan dan kesukaan makanan. Anak dapat menolak Universitas Sumatera Utara suatu makanan dan meminta suatu makanan yang sedang populer secara tiba-tiba. Seorang anak akan ikut mengkonsumsi sayuran ketika melihat temannya memilih dan memakan sayuran tersebut walaupun dia tidak suka. 2. Pengaruh Pesan Media Pemilihan dan kesukaan makanan tidak hanya terpengaruh pada reaksi indera tetapi juga oleh pendekatan melalui media massa, seperti Televisi, Radio, dan Majalah. Dengan adanya pesan media ini dapat mengubah kebiasaan makan pada anak. Sebagai contoh, dengan menonton acara masak di televisi, dia ingin mencoba dan karena suka dia hanya mau makan jenis itu saja. 3. Pengetahuan Gizi Ibu Faktor pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga faktor yang saling berhubungan dalam mempengaruhi konsumsi panan. Adanya pendapatan yang rendah disertai dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Pengetahuan gizi ibu dalam menangani makanan sangat berpengaruh terhadap menu makanan keluarga dan juga pola konsumsi makanan. Tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi ketersediian pangan dalam rumah tangga dan selanjutnya mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak. 4. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara Universitas Sumatera Utara intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula konsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalaupun orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan dan selalu memperhatikan tentang kesehatan gizi, bukan tidak mungkin pengetahuannya akan lebih baik. 5. Pekerjaan Pekerjaan merupakan segala aktivitas yang dijalani oleh orangtua. Pekerjaan juga menjadi profesi yang dilakukan oleh orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan. Selain itu, pekerjaan juga berpengaruh terhadap besar-kecilnya perhatian seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. Jika seseorang terlalu sibuk bekerja, maka seringkali ia melalaikan dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih untuk mengonsumsi makanan cepat saji. 6. Lingkungan Sosial dan Budaya Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya Universitas Sumatera Utara memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu. 2.6 Serat 2.6.1 Jenis Serat Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas yang dapat diserap kedalam tubuh dan digunakan sebagai sumber energi. Serat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Serat kasar crude fiber 2. Serat yang terlarut dietary fiber Dietary fiber adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Beberapa bakteri dalam saluran pencernaan dapat mencerna serat ini dan menghasilkan suatu produk yang dapat diserap dan berkontribusi memberikan kalori penghasil energi. Dietary fiber berdasarkan struktur kimia terbagi menjadi terlarut dan tak terlarut. Serat yang terlarut ditemukan dalam buah-buahan, beberapa jenis kacang-kacangan, dan beberapa jenis biji-bijian, seperti oat, tye, dan barley. Serat tersebut terlarut dan membentuk gel dalam air. Bentukan gel ini dalam saluran pencernaan menyebabkan kecepatan melambat Universitas Sumatera Utara dalam mendorong komponen makanan ke usus. Keadaan ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan absorbs zat gizi. Serat yang terlarut mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena serat merangsang peningkatan ekskresi asam empedu ke dalam usus. Dengan demikian, absorbsi kolesterol dan lemak lainnya melambat, sehingga terjadi peningkatan produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Faktor efek rendahnya kolesterol akibat serat larut ini menyebabkan serat menjadi faktor sangat penting, tetapi bagaimana mekanismenya masih belum banyak diketahui orang. Insoluber fiber serat tak terlarut adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Golongan ini dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai kecenderungan menyerap air dan meningkatkan pemadatan bulky sehingga mempunyai kontribusi pada volume tinja yang besar. Dengan demikian, serat tak terlarut dapat meningkatkan motilitas peristaltic gastrointestinal atau dapat meningkatkan kecepatan pergerakan material melalui saluran pencernaan sampai ke kolon. Poin penting adalah serat dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia, tetapi sangat sedikit dan umumnya serat hanya lewat serta tidak mengalami perubahan. Serat yang terkandung dalam beberapa sayur dan buah dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Beberapa Sayur dan Buah Nama Bahan Makanan Serat gr Nama Bahan Makanan Serat Alpokat Jeruk 5,9 5,2 Kangkung Kol 2 2,8 Universitas Sumatera Utara Pisang Mangga Nenas Apel Pepaya Salak Rambutan 2,4 1,8 2,8 1,2 4,7 4,2 1,12 Terong Wortel Bayam Buncis Daun singkong Kacang panjang Semangka 2,5 3,3 2,5 6,6 4,2 3,7 1,8 Sumber: Sukardi, K, L.S. Nofi dan E.D. Anugrahati. Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan Penukar. 1997 dalam Penuntun Diet edisi Baru 2006

2.6.2 Konsumsi Serat

Pada era globalisasi seperti saat ini, serat kurang mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Berawal dari rendahnya konsumsi sayuran dan buah- buahan pada penduduk indonesia menjadi penyebab rendahnya pemenuhan kecukupan serat. Banyaknya makanan cepat saji yang beredar ditengah-tengah masyarakat yang rendah serat, jajanan yang tidak sehat apabila tidak diimbangi dengan konsumsi sayur, buah, serta tidak terpenuhinya kecukupan serat, jika dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Serat harus dikonsumsi dengan bijak dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan. Menghindarkan diri dari makanan cepat saji saat ini merupakan sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan, namun bukanlah suatu hal yang tidak mungkin kita tetap bisa mempertahankan kesehatan kita, diantaranya adalah dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, banyak mengonsumsi sayur dan buah yang juga mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi berbeda pada masing-masing usia sesuai dengan kebutuhannya. Anak usia Universitas Sumatera Utara prasekolah sendiri dianjurkan untuk mengonsumsi serat sebesar 22gr dalam sehari.

2.6.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan dalam Mengonsumsi Serat

Telah lama diduga adanya hubungan konsumsi makanan yang mengandung serat dengan kesehatan tubuh manusia. Jumlah asupan serat makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu mencegah bahkan menyembuhkan beberapa macam penyakit berbahaya. Serat makanan sebaiknya diperoleh dari sumber makanan alami dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh secara seimbang dan berkesinambungan. Serat baik untuk kesehatan karena: 1. Membuat perut terasa lebih kenyang 2. Membantu menurunkan glukosa darah 3. Membantu menurunkan lemak darah 4. Melancarkan buang air besar Almatsier menyebutkan bahwa dalam standar makanan khusus, pengaturan konsumsi serat dinamakan diet serat tinggi yang diberikan kepada pasien konstipasi penyakit dan divertikulosis. Hal ini menunjukkan bahwa serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dianjurkan. Terdapat dampak tertentu apabila serat dikonsumsi dalam jumlah kurang ataupun lebih. Secara garis besar, resiko kekurangan dan kelebihan mengonsumsi serat makanan dalam perut diuraikan sebagai berikut: Kerugian yang terjadi akibat kekurangan serat makanan, sebagai berikut: 1. Tekstur dan struktur tinja menjadi keras, padat, dan berbutiran kecil-kecilan. Universitas Sumatera Utara 2. Susah buang air besar atau konstipasi 3. Dinding usus menjadi mudah luka dan mudah terinfeksi 4. Meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan, 5. Mendatangkan beragam jenis penyakit mematikan, seperti kanker kolon, penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stoke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah Beberapa kerugian yang akan terjadi dalam kelebihan mengonsumsi serat, diantaranya: 1. Dehidrasi 2. Peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam usus besar 3. Menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak, dan vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut didalam tubuh menjadi berkurang. 4. Menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan sehingga dapat mengganggu ketersediaan lemak dan protein. 5. Menurunkan ketersediaan mineral. Pada anak usia prasekolah sendiri masalah kesehatan yang terjadi akibat kurang dalam mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebagai sumber surat diantaranya adalah kejadian konstipasi sembelit, susah buang air besar, dan tidak teratur dalam buang air besar. Perlu adanya perhatian khusus dalam mengonsumsi makanan, seperti sayuran dan buah-buahan yang menjadi sumber serat. Karena Universitas Sumatera Utara konsumsi serat yang berlebihan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Sehingga serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.

2.6.4 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat

Sumbangan serat buah dan sayur terhadap kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat pada sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia prasekolah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi. Prevalensi konsumsi sayur dan buah dalam skala nasional seperti yang tertuang dalam Riskesdas 2013 berada pada kategori kurang yaitu sebesar 93,6. Hal ini juga menunjukkan bahwa sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat juga masih kurang. Rendahnya konsumsi sayur dan buah juga turut mempengaruhi kecukupan serat, meskipun serat bukan hanya terdapat pada sayur dan buah saja, beberapa bahan makanan seperti nasi merah juga mengandung serat. Kecukupan serat sebaiknya diperoleh dari bahan makanan alami seperti sayur dan buah, bukan berasal dari suplemen yang mengandung serat. Hal ini dikarenakan mengonsumsi suplemen tertentu dalam jangka waktu yang cukup panjang akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan karena adanya akumulasi bahan kimia dalam tubuh yang berasal dari sumplemen tersebut.

2.7 Keluarga Nelayan

Keluarga nelayan merupakan gabungan dari dua kata, yakni kata keluarga dan nelayan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan keluarga adalah ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil didalam Universitas Sumatera Utara masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera yang terdapat didalamnya perilaku pengasuhan Mufidah, 2008. Sedangkan nelayan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mata pencaharian utama dan usahanya adalah menangkap ikan dilaut. Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga nelayan adalah suatu insitusi terkecil dalam masyarakat yang mamberikan pengasuhan kepada anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga dengan menangkap ikan dilaut, baik dengan menggunakan perahu kecil, ataupun kapal besar. Dalam hal ini, laut menjadi lahan hidup yang paling utama bagi keluarga nelayan. Sumber daya ekonomi perikanan adalah sumber daya utama yang menggerakkan perekonomian keluarga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga. Besarnya penghasilan keluarga nelayan tidak dapat diperkirakan pada setiap bulannya, hal ini dikarenakan ikan hasil tangkapan, menangkap ikan dipengaruhi dengan cuaca di wilayah laut. Keluarga nelayan memiliki pola kehidupan yang khas jika dibandingkan dengan keluarga lainnya, yakni terbiasa mengonsumsi hasil laut dalam jumlah yang cukup tinggi namun masih kurang dalam mengonsumsi sayuran atau bahkan buah-buahan dengan alasan klasik, yakni mahalnya harga buah. Kehidupan sosial keluarga nelayan umumnya hidup dalam kemiskinan, seperti yang diutarakan oleh Matias 2014 yang melakukan penelitian di Perumahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan bahwa mayoritas 63,3 Universitas Sumatera Utara suami responden yang bermata pencaharian sebagai nelayan ternyata hanya berpenghasilan sebesar Rp.300.000 – Rp.400.000 perbulan. Bahkan sejumlah 32,2 hanya berpenghasilan kurang dari Rp.300.000. Sedangkan yang berpenghasilan di atas Rp.400.000 perbulan hanya 4,5. Hal ini merupakan suatu keadaan yang membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.

2.8 Konsumsi Sayur, Buah dan Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

1 9 77

ANALISIS KEHIDUPAN ANAK USIA SEKOLAH YANG BEKERJA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PERJUANGAN KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 2 24

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 12

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 19

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 9

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 25

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 1 3

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 18