obesitas pada anak-anak Ratu, 2011. Anak yang makan lebih banyak sayur dan buah memiliki risiko yang rendah terkena penyakit stroke dan hipertensi pada usia dewasa.
Kandungan gizi utama yang terdapat dalam sayur dan buah adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung dalam buah adalah pro vitamin A,
berbagai vitamin B kompleks, vitamin C, E, dan K. Selain itu, buah dan sayur juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium K, kalsium Ca,
natrium Na, zat besi Fe, magnesium Mg, mangan Mn, seng Zn, selenium Se, dan boron Bo Yuliarti, 2008.
Buah dan sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi sehat pada
seseorang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi serat ini, karena apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kurang atau lebih, dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
2.4 Konsumsi Sayur dan Buah yang Dianjurkan
Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi
sayuran dalam bentuk tercampur seperti sayuran daun, kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga yang dianjurkan sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2
mangkok sehari. Pendapat lain menurut WHO FAO 2003, yang dimaksud dengan 1 porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak
dan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „”cukup‟ apabila
asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari.
Universitas Sumatera Utara
Anjuran jumlah porsi dan contoh-contoh menu sehat dan bergizi. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk berbagai kelompok umur antara
lain sebagai berikut: Tabel. 2.1 Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk kelompok umur 1-3 tahun dan
4-6 tahun Bahan Makanan
Anak usi 1-3 tahun Anak Usia 4-6 tahun
Sayuran Buah
1,5 p 3p
2p 3p
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
Keterangan: Sayuran 1 porsi =
¾
gelas= 100gr=175 kkal Buah 1 porsi = 50gr = 50 kkal
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran konsumsi sayur dan buah untuk anak usia 4-6 prasekolah adalah sebanyak 200-300 gram
atau sekitar 2-3 porsi yaitu berupa 2 porsi berupa buah sama halnya dengan 1 buah pisang ambon dan 3 porsi sayuran sama halnya dengan 1 gelas sayuran yang
sudah ditiriskan.
2.5 Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah
Faktor yang mempengaruhi Konsumsi sayur dan buah pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi preferensi makanan anak, pengaruh orangtua, pendapatan keluarga, dan ketersediaan sayur dan buah di keluarga. Faktor eksternal meliputi
pengaruh teman, pengaruh pesan media, pengetahuan gizi, pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial dan budaya, dan lingkungan masyarakat pesisir. Antara lain
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Faktor Internal
1. Preferensi Makanan Preferensi dianggap sebagai faktor penentu dalam mengkonsumsi
makanan termasuk sayur dan buah. Preferensi merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan. Suka atau tidaknya
seseorang terhadap makanan tergantung dari rasa. Karena rasa merupakan suatu faktor penting dalam pemilihan pangan yang meliputi tekstur dan suhu. Pola
preferensi dan asupan makanan anak dibentuk melalui pengalaman tentang makan dan makanan yang diberikan oleh ibu dan anggota keluarganya. Rasa suka
terhadap makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh saat makan makanan tertentu.
2. Pengaruh Orangtua Keluarga adalah pengaruh utama dalam perkembangan kebiasaan makan
anak. pemberian makanan terhadap anak merupakan tanggungjawab orangtua dalam menyediakan makanan yang aman dan bergizi. Orangtua mempunyai peran
penting dalam pembentukan kebiasaan makan dan preferensi makanan bagi anak- anaknya.
Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak. Dengan
memberikan makan kepada anak, maka anak juga dididik agar dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik serta menentukan jumlah makanan yang
cukup sehingga akan terbina kebiasaan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Teknik orangtua dalam memberikan makan pada anak juga berpengaruh . pemberian makan dapat dilakukan dengan cara memerintah untuk makan
makanan tertentu atau bisa juga dilakukan dengan memperbolehkan apapun makanan yang dimakan.
3. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga secara langsung juga turut menentukan konsumsi
makanan dalam sebuah keluarga. Meningkatnya pendapatan dapat memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas lebih baik. Semakin
tinggi tingkat pendapatan per kapita, maka semakin tinggi juga konsumsi sayur dan buah. Pendapatan juga mempengaruhi kecukupan konsumsi makanan. Anak
yang berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai preferensi makanan yang berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga yang
berpendapatan rendah. 4. Ketersediaan Sayur dan Buah dikeluarga
Ketersediaan sayur dan buah didalam keluarga sangatlah penting. Mutu gizi pangan seseorang dapat diperbaiki dengan diversifikasi konsumsi pangan.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan diversifikasi pangan yaitu menyediakan berbagai ragam pangan ditingkat keluarga.
2.5.2 Faktor Eksternal
1. Pengaruh Teman Seiring dengan pertumbuhan anak, interaksi antara anak dengan
lingkungan sosial semakin luas dan komunikasi menjadi penting. Teman mempengaruhi dalam pemilihan dan kesukaan makanan. Anak dapat menolak
Universitas Sumatera Utara
suatu makanan dan meminta suatu makanan yang sedang populer secara tiba-tiba. Seorang anak akan ikut mengkonsumsi sayuran ketika melihat temannya memilih
dan memakan sayuran tersebut walaupun dia tidak suka. 2. Pengaruh Pesan Media
Pemilihan dan kesukaan makanan tidak hanya terpengaruh pada reaksi indera tetapi juga oleh pendekatan melalui media massa, seperti Televisi, Radio,
dan Majalah. Dengan adanya pesan media ini dapat mengubah kebiasaan makan pada anak. Sebagai contoh, dengan menonton acara masak di televisi, dia ingin
mencoba dan karena suka dia hanya mau makan jenis itu saja. 3. Pengetahuan Gizi Ibu
Faktor pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga faktor yang saling berhubungan dalam mempengaruhi konsumsi panan. Adanya pendapatan yang
rendah disertai dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi pangan.
Pengetahuan gizi ibu dalam menangani makanan sangat berpengaruh terhadap menu makanan keluarga dan juga pola konsumsi makanan. Tingkat
pengetahuan gizi yang rendah dapat mempengaruhi ketersediian pangan dalam rumah tangga dan selanjutnya mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi
pangan. Pola konsumsi pada anak dibentuk melalui pengalaman awal dengan makanan serta praktik orangtua dalam memberikan makan pada anak.
4. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara
Universitas Sumatera Utara
intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin baik pula konsumsi buah dan sayur. Akan tetapi, seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan
yang memenuhi persyratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang tingkat pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalaupun
orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan dan selalu memperhatikan tentang kesehatan gizi, bukan tidak mungkin pengetahuannya akan lebih baik.
5. Pekerjaan Pekerjaan merupakan segala aktivitas yang dijalani oleh orangtua.
Pekerjaan juga menjadi profesi yang dilakukan oleh orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak
responden atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan. Selain itu, pekerjaan juga berpengaruh
terhadap besar-kecilnya perhatian seseorang terhadap makanan yang akan dikonsumsinya. Jika seseorang terlalu sibuk bekerja, maka seringkali ia
melalaikan dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih untuk mengonsumsi makanan cepat saji.
6. Lingkungan Sosial dan Budaya Unsur sosial dan budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan
penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya
Universitas Sumatera Utara
memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. Misalnya bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu
untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu.
2.6 Serat 2.6.1 Jenis Serat
Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak
dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi
komponen serat sehingga produk yang dilepas yang dapat diserap kedalam tubuh dan digunakan sebagai sumber energi.
Serat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Serat kasar crude fiber
2. Serat yang terlarut dietary fiber Dietary fiber
adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Beberapa bakteri dalam saluran pencernaan dapat mencerna
serat ini dan menghasilkan suatu produk yang dapat diserap dan berkontribusi memberikan kalori penghasil energi. Dietary fiber berdasarkan struktur kimia
terbagi menjadi terlarut dan tak terlarut. Serat yang terlarut ditemukan dalam buah-buahan, beberapa jenis kacang-kacangan, dan beberapa jenis biji-bijian,
seperti oat, tye, dan barley. Serat tersebut terlarut dan membentuk gel dalam air. Bentukan gel ini dalam saluran pencernaan menyebabkan kecepatan melambat
Universitas Sumatera Utara
dalam mendorong komponen makanan ke usus. Keadaan ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan absorbs zat gizi. Serat yang terlarut mempunyai
efek menurunkan kolesterol, karena serat merangsang peningkatan ekskresi asam empedu ke dalam usus. Dengan demikian, absorbsi kolesterol dan lemak lainnya
melambat, sehingga terjadi peningkatan produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Faktor efek rendahnya kolesterol akibat serat larut ini
menyebabkan serat menjadi faktor sangat penting, tetapi bagaimana mekanismenya masih belum banyak diketahui orang.
Insoluber fiber serat tak terlarut adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Golongan ini dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai kecenderungan menyerap air dan meningkatkan pemadatan bulky
sehingga mempunyai kontribusi pada volume tinja yang besar. Dengan demikian, serat tak terlarut dapat meningkatkan motilitas peristaltic gastrointestinal atau
dapat meningkatkan kecepatan pergerakan material melalui saluran pencernaan sampai ke kolon. Poin penting adalah serat dapat dicerna oleh enzim pencernaan
manusia, tetapi sangat sedikit dan umumnya serat hanya lewat serta tidak mengalami perubahan.
Serat yang terkandung dalam beberapa sayur dan buah dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kandungan Serat pada Beberapa Sayur dan Buah
Nama Bahan Makanan Serat gr
Nama Bahan Makanan Serat
Alpokat Jeruk
5,9 5,2
Kangkung Kol
2 2,8
Universitas Sumatera Utara
Pisang Mangga
Nenas Apel
Pepaya Salak
Rambutan 2,4
1,8 2,8
1,2 4,7
4,2
1,12 Terong
Wortel Bayam
Buncis Daun singkong
Kacang panjang Semangka
2,5 3,3
2,5 6,6
4,2 3,7
1,8
Sumber: Sukardi, K, L.S. Nofi dan E.D. Anugrahati. Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan Penukar. 1997 dalam Penuntun Diet edisi Baru 2006
2.6.2 Konsumsi Serat
Pada era globalisasi seperti saat ini, serat kurang mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Berawal dari rendahnya konsumsi sayuran dan buah-
buahan pada penduduk indonesia menjadi penyebab rendahnya pemenuhan kecukupan serat. Banyaknya makanan cepat saji yang beredar ditengah-tengah
masyarakat yang rendah serat, jajanan yang tidak sehat apabila tidak diimbangi dengan konsumsi sayur, buah, serta tidak terpenuhinya kecukupan serat, jika
dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Serat harus dikonsumsi dengan bijak dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan. Menghindarkan diri dari makanan cepat saji saat ini merupakan
sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan, namun bukanlah suatu hal yang tidak mungkin kita tetap bisa mempertahankan kesehatan kita, diantaranya adalah
dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, banyak mengonsumsi sayur dan buah yang juga mengandung
serat yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi berbeda pada masing-masing usia sesuai dengan kebutuhannya. Anak usia
Universitas Sumatera Utara
prasekolah sendiri dianjurkan untuk mengonsumsi serat sebesar 22gr dalam sehari.
2.6.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan dalam Mengonsumsi Serat
Telah lama diduga adanya hubungan konsumsi makanan yang mengandung serat dengan kesehatan tubuh manusia. Jumlah asupan serat
makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu mencegah bahkan menyembuhkan beberapa macam penyakit berbahaya. Serat makanan sebaiknya
diperoleh dari sumber makanan alami dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh secara seimbang dan berkesinambungan.
Serat baik untuk kesehatan karena: 1. Membuat perut terasa lebih kenyang
2. Membantu menurunkan glukosa darah 3. Membantu menurunkan lemak darah
4. Melancarkan buang air besar Almatsier menyebutkan bahwa dalam standar makanan khusus,
pengaturan konsumsi serat dinamakan diet serat tinggi yang diberikan kepada pasien konstipasi penyakit dan divertikulosis. Hal ini menunjukkan bahwa serat
harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dianjurkan. Terdapat dampak tertentu apabila serat dikonsumsi dalam jumlah kurang ataupun
lebih. Secara garis besar, resiko kekurangan dan kelebihan mengonsumsi serat makanan dalam perut diuraikan sebagai berikut:
Kerugian yang terjadi akibat kekurangan serat makanan, sebagai berikut: 1. Tekstur dan struktur tinja menjadi keras, padat, dan berbutiran kecil-kecilan.
Universitas Sumatera Utara
2. Susah buang air besar atau konstipasi 3. Dinding usus menjadi mudah luka dan mudah terinfeksi
4. Meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan, 5. Mendatangkan beragam jenis penyakit mematikan, seperti kanker kolon,
penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stoke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah
Beberapa kerugian yang akan terjadi dalam kelebihan mengonsumsi serat, diantaranya:
1. Dehidrasi 2. Peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya
dalam usus besar 3. Menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak, dan
vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut didalam tubuh menjadi berkurang.
4. Menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan sehingga dapat mengganggu
ketersediaan lemak dan protein. 5. Menurunkan ketersediaan mineral.
Pada anak usia prasekolah sendiri masalah kesehatan yang terjadi akibat kurang dalam mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebagai sumber surat
diantaranya adalah kejadian konstipasi sembelit, susah buang air besar, dan tidak teratur dalam buang air besar. Perlu adanya perhatian khusus dalam mengonsumsi
makanan, seperti sayuran dan buah-buahan yang menjadi sumber serat. Karena
Universitas Sumatera Utara
konsumsi serat yang berlebihan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Sehingga serat harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.
2.6.4 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat
Sumbangan serat buah dan sayur terhadap kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat pada sayur dan buah yang dikonsumsi oleh anak usia
prasekolah dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi. Prevalensi konsumsi sayur dan buah dalam skala nasional seperti yang tertuang dalam Riskesdas 2013
berada pada kategori kurang yaitu sebesar 93,6. Hal ini juga menunjukkan bahwa sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat juga masih
kurang. Rendahnya konsumsi sayur dan buah juga turut mempengaruhi kecukupan
serat, meskipun serat bukan hanya terdapat pada sayur dan buah saja, beberapa bahan makanan seperti nasi merah juga mengandung serat. Kecukupan serat
sebaiknya diperoleh dari bahan makanan alami seperti sayur dan buah, bukan berasal dari suplemen yang mengandung serat. Hal ini dikarenakan mengonsumsi
suplemen tertentu dalam jangka waktu yang cukup panjang akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan karena adanya akumulasi bahan kimia dalam tubuh
yang berasal dari sumplemen tersebut.
2.7 Keluarga Nelayan
Keluarga nelayan merupakan gabungan dari dua kata, yakni kata keluarga dan nelayan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan keluarga
adalah ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil didalam
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera yang terdapat didalamnya perilaku
pengasuhan Mufidah, 2008. Sedangkan nelayan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mata pencaharian utama dan usahanya adalah
menangkap ikan dilaut. Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas dapat
disimpulkan bahwa keluarga nelayan adalah suatu insitusi terkecil dalam masyarakat yang mamberikan pengasuhan kepada anggota keluarga dan
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga dengan menangkap ikan dilaut, baik dengan menggunakan perahu kecil, ataupun kapal besar. Dalam hal ini, laut
menjadi lahan hidup yang paling utama bagi keluarga nelayan. Sumber daya ekonomi perikanan adalah sumber daya utama yang menggerakkan perekonomian
keluarga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga. Besarnya penghasilan keluarga nelayan tidak dapat diperkirakan pada setiap bulannya, hal
ini dikarenakan ikan hasil tangkapan, menangkap ikan dipengaruhi dengan cuaca di wilayah laut. Keluarga nelayan memiliki pola kehidupan yang khas jika
dibandingkan dengan keluarga lainnya, yakni terbiasa mengonsumsi hasil laut dalam jumlah yang cukup tinggi namun masih kurang dalam mengonsumsi
sayuran atau bahkan buah-buahan dengan alasan klasik, yakni mahalnya harga buah.
Kehidupan sosial keluarga nelayan umumnya hidup dalam kemiskinan, seperti yang diutarakan oleh Matias 2014 yang melakukan penelitian di
Perumahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan bahwa mayoritas 63,3
Universitas Sumatera Utara
suami responden yang bermata pencaharian sebagai nelayan ternyata hanya berpenghasilan sebesar Rp.300.000
– Rp.400.000 perbulan. Bahkan sejumlah 32,2 hanya berpenghasilan kurang dari Rp.300.000. Sedangkan yang
berpenghasilan di atas Rp.400.000 perbulan hanya 4,5. Hal ini merupakan suatu keadaan yang membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
2.8 Konsumsi Sayur, Buah dan Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan