Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan

Kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam sehari. Kecukupan serat anak prasekolah pada penelitian ini berada pada kategori kurang 100 dengan jumlah kecukupan serat yang tertinggi 14,1 gram, dan terendah 0,8 gram. Kategori kecukupan serat anak anak prasekolah yaitu kurang 22 gram sehari, cukup 22 gram sehari dan lebih 22 gram sehari. Pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG 2012 menunjukkan penelitian yang dilakukan oleh Litbangkes Gizi DepKes RI menunjukkan bahwa konsumsi serat orang Indonesia masih tergolong rendah, hanya sekitar 12 gramhari, atau hanya sekitar 50 dari yang dianjurkan sebanyak 25 gramhari. sedangkan anjuran asupan serat bagi anak yang berusia 4-6 tahun adalah 22 gram. Kurangnya kecukupan serat dari jumlah yang dianjurkan juga terjadi pada siswaSDN 060870 Medan yang menjadi sampel penelitian Rara 2014 yang menunjukkan bahwa kecukupan serat siswa pada sekolah tersebut berada pada kategori kurang 25gramhari. Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi buah dan sayur sebagai sumber serat masih kurang, bahkan 30,6 siswa tidak pernah mengonsumsi sayur sehingga belum dapat memenuhi kecukupan serat seperti yang dianjurkan per harinya, untuk jenis buah dan sayur yang dikonsumsi belum cukup memenuhi serat karena memiliki kandungan serat yang rendah. Demikian juga halnya dengan hasil penelitian Desak dan Ni Ketut 2014 pada anak sekolah Universitas Sumatera Utara dasar Kota Denpasar yang menunjukan sangat sedikit yang mengonsumsi serat 10 gramharinya dimana hanya 7,1 yang mengonsumsi serat dengan kategori baik, sehingga sekolah yang berada di Kota Denpasar memiliki asupan serat yang masih sangat kurang dari asupan yang dianjurkan. Serat makanan biasanya dimakan dari sumber alami karena serat makanan selalu berada dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Jumlah serat yang dibutuhkan seseorang berbeda sesuia dengan jenjang usia yang berbeda. Salah satu cara memperoleh asupan serat sesuai dengan yang dianjurkan adalah dengan mengikuti aturan pola makan yang baik. Selain itu, serat hendaknya dikonsumsi sesuai dengan jumlah yang dianjurkan berdasarkan golongan umum. Kelebihan dan kekurangan dalam mengonsumsi serat dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Dalam memenuhi kebutuhan serat dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan alami seperti sayur dan buah, dan tidak dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen yang kaya akan serat Lubis, 2009. 5.2 Sumbangan Serat Sayur dan Buah Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah pada Keluarga Nelayan Sumbangan serat sayur dan buah anak usia prasekolah pada keluarga terhadap kecukupan serat menunjukkan jumlah serat yang terdapat dalam sayur dan buah yang dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung dalam sehari. Kecukupan serat anak prasekolah berdasarkan penelitian 22gramhari, sehingga termasuk kedalam kategori kurang karena sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat juga masih dalam kategori kurang juga. Sayur dan buah yang dikonsumsi anak prasekolah hanya menyumbangkan sebesar 32,35 serat, yang paling rendah 3,6 Universitas Sumatera Utara Keluarga dengan latar belakang nelayan umumnya memang lebih sering menyajikan nasi dan lauk pauk saja dalam menunya. Selain anak prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, anak prasekolah di daerah Kelurahan Mata Halasan yang menjadi sampel dalam penelitian Saragi 2014 juga menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat dengan mata pencaharian nelayan sehingga untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan laut lebih sering. Untuk telur, tahu, tempe didapatkan dengan membei dari warung atau pasar terdekat. Untuk jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi yaitu bayam, kangkung dan daun ubi. Bahkan ada anak yang hanya mengonsumsi satu jenis sayuran saja misalnya daun ubi. Salah satu pesan gizi seimbang khusus anak prasekolah adalah memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Anak prasekolah dalam penelitian ini masih kurang menjadikan sayur dan buah dalam makanan sehari-hari. Berdasarkan penelitian diperoleh hanya 9,2 anak prasekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengonsumsi buah dalam jumlah cukup, sedangkan 90,8 anak prasekolah dengan latar belakang nelayan dalam penelitian ini mengonsumsi buah dalam jumlah tidak cukup 200-300gramhari. Untuk konsumsi sayur masih berada dalam kategori tidak cukup 100. Kebiasaan makan anak dalam penelitian ini hanya mengonsumsi nasi dan lauk pauk saja, seperti tempe, tahu, telur, ikan, dan ayam. Untuk sarapan pagi, anak hanya “nasi goreng” telah menjadi menu wajib pada menu sarapan pagi untuk mayoritas anak prasekolah. Padahal, sarapan yang berkualitas dapat meningkatkan kesehatan dan kemampuan belajar anak sekolah dan juga usia prasekolah. Universitas Sumatera Utara Jenis buah yang diambil dalam penelitian ini adalah pisang, jeruk, jambu air, jambu biji, alpukat, nenas, papaya semangka, rambutan, salak, mangga, apel, dan bengkoang.Buah yang paling sering dikonsumsi anak prasekolah adalah papaya dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, dan pisang dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Selanjutnya buah yang tidak pernah dikonsumsi oleh anak prasekolah dalam penelitian ini adalah bengkoang. Hal ini dikarenakan bengkoang memiliki tekstur yang keras diandingkan dengan buah lainnya. Pada umumnya anak menyukai buah dengan tekstur yang lembut, warna yang menarik, dan rasa yang manis, buah dengan rasa asam seperti nenas juga kurang disukai oleh anak. Selanjutnya, jenis sayur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kangkung, kacang panjang, daun singkong, bayam, sawi hijau, sawi putih, kol, jiang, terong, buncis, dan wortel. Sayur yang paling sering dikonsumsi anak prasekolah pada keluarga nelayan dalam penelitian ini adalah bayam dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, dan singkong juga cukup digemari oleh anak prasekolah dengan frekuensi 1-3 kali seminggu. Sawi hijau dan buncis merupakan jenis sayur yang tidak dikonsumsi anak prasekolah dalam penelitian ini dengan alasan rasanya yang kurang disukai anak. Sayur biasanya dibeli ibu pengasuh dari warung atau pasar tradisional yang terdekat dengan tempat tinggal mereka. Demikian juga halnya dengan buah, buah dapat dibeli diwarung seperti jeruk, atau di Pasar Tradisional. Ada ibu yang membeli kebutuhan untuk satu minggu sekali dan ada juga ibu yang membeli setiap kali akan memasak saja. Universitas Sumatera Utara Konsumsi sayur dan buah yang rendah pada anak prasekolah memang telah menjadi suatu masalah makan yang terjadi pada anak. Anak biasanya cenderung lebih menyukai buah daripada sayur. Anak perlu waktu untuk mengenal jenis makanan baru yang akan dikonsumsinya. Namun, bukanlah hal yang mustahil jika pengenal terhadap sayur dan buah secara rutin dengan cara yang unik kepada anak prasekolah akan menimbulkan keinginan dan peningkatan dalam mengonsumsi sayur dan buah Badriah, 2014. Hal yang perlu diingat selanjutnya anak usia prasekolah berperan sebagai konsumen aktif mulai bisa memilih makanan yang akan dikonsumsinya dengan sendirinya. Oleh karena itu, menanamkan kebiasaan makan yang baik pada usia ini akan terus berlanjut pada usia selanjutnya. Penanaman kebiasaan ini dapat dilakukan oleh ibu sebagai orang yang paling sering berinteraksi dengan anak. Penelitian Febriana 2014 tentang kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan dan kaitannya dengan konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah di Kelurahan Tanah Baru, Depok juga menunjukkan bahwa 99,0 anak prasekolah kurang mengonsumsi sayur 150grhari dan 74,5 Anak prasekolah kurang mengonsumsi buah 100gramhari. Hal ini terjadi karena ibu juga kuranng membiasakan diri untuk mengonsumsi sayur dan buah pada saat kehamilan. Banyak faktor yang memengaruhi kebiasaan makan anak usia prasekolah selain kebiasaan ibu mengonsumsi sayur dan buah pada saat kehamilan namun juga pengetahuan ibu tentang gizi anak prasekolah. Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner pengetahuan gizi, dalam hal ini ibu pengasuh Universitas Sumatera Utara diperoleh kesimpulan bahwa masih banyak ibu dalam menyusun menu disesuaikan dengan kesukaan anak, bukan disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak. Berdasarkan skor yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan gizi ibu atau responden menunjukkan bahwa ibu berada pada kategori kurang 47,4, cukup 42,1 dan hanya 10,5 ibu yang menjadi responden dengan pengetahuan baik. Berbagai penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang gizi anak prasekolah yang telah dilakukan juga menunjukkan hal yang sama. Diantaranya adalah penelitian Minarti 2014 mengenai gambaran pengetahuan ibu, sikap ibu dan pola konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah di Kabupaten Toraja Utara yang menunjukkan bahwa dari 111 anak prasekolah yang menjadi sampel pada penelitian ini berada pada kategori cukup dalam mengonsumsi sayur dan buah yakni sebesar 51,4 dan konsumsi sayur dan buah yang kurang sebanyak 48,6, dengan ibu yang berpengetahuan baik 64 dan berpengetahuan kurang 36. Ibu dengan sikap positif dalam konsumsi sayur dan buah pada anak sebannyak 59,5 dan 40,5 ibu bersikap negatif. Selain itu, hasil penelitian Kurniawaty 2011 mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK al Amanah Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tangerang juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kebiasaan makan anak, yakni dari 62 ibu berpengetahuan cukup terdapat 39 anak dengan kebiasaan makan yang buruk 62,9. Berdasarkan uraian diatas yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan penngetahuan mengenai gizi anak prasekolah agar ibu pengasuh, misalnya Universitas Sumatera Utara nenek dari anak prasekolah dapat menyajikan menu yang memenuhi kebutuhan gizi anak, serta memperhatikan teknik pengolahan makanan pemasakan, penyajian karena umumnya anak menyukai makanan dengan tampilan yang menarik, maka dalam hal ini diperlukan kreatifitas dari ibu untuk memberikan stimulus pada anak agar mau mengonsumsi sayur dan buah khususnya. Biasanya anak hanya makan kuah sayur saja. Selanjutnya adanya penganekaragamanan makanan juga perlu dilakukan ibu agar anak terbiasa memakan berbagai macam bahan makanan sejak usia prasekolah. Kebiasaan yang baik seperti ini akan terus dibawa oleh anak pada fase kehidupan selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan dan saran sebagai berikut

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

1 9 77

ANALISIS KEHIDUPAN ANAK USIA SEKOLAH YANG BEKERJA PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PERJUANGAN KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNGBALAI.

0 2 24

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 12

Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 19

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 2

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 9

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 25

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 1 3

Konsumsi Sayur, Buah, dan Sumbangannya Terhadap Kecukupan Serat Anak Usia Prasekolah Pada Keluarga Nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai Tahun 2016

0 0 18