2.1.1 Kemandirian Daerah
Kemandirian daerah atau lebih dikenal dengan otonomi daerah yaitu kemampuan dan kewenangan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya
sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu ciri kemandirian yaitu ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus
menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Penerapan otonomi daerahdesentralisasi fiskal oleh pemerintah pusat Indonesia memiliki tujuan untuk kemandirian pemerintah daerah dalam pengelolaan rumah tangganya. Dalam
penerapannya pemerintah pusat tidak lepas tangan secara penuh dan masih memberikan bantuan kepada pemerintah daerah berupa dana perimbangan yang dapat digunakan oleh pemerintah
daerah dalam pembangunan dan menjadi menjadi komponen pendapatan daerah dalam APBD. Pemerintah daerah harus dapat menjalankan rumah tangganya secara mandiri dan dalam upaya
peningkatan kemandirian ini, pemerintah dituntut untuk meningkatkan pelayanan publiknya. Dalam upaya menciptakan kemandirian daerah, Pendapatan Asli Daerah menjadi faktor
yang sangat penting dimana Pendapatan Asli Daerah akan menjadi sumber dana dari daerah sendiri. Namun demikian, realitas menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah hanya mampu
membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20 Kuncoro, 2007:2. Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat masih cukup tinggi. Apabila
pemerintah terlalu menekankan pada perolehan Pendapatan Asli Daerah, maka masyarakat akan semakin terbebani dengan berbagai pajak dan retribusi dengan maksud ”pencapaian target”
Widjaja, 2005. Sikap eksploitatif tersebut dapat memberatkan masyarakat karena masyarakat telah dibebani adanya pajak nasional yaitu Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Pajak Penghasilan
Universitas Sumatera Utara
PPh, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah PPnBM dan PPN, Bea
Materai, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB.
Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian Pemerintah Daerah yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan otonomi daerah dalam lingkup
yang lebih nyata, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme sumber daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam mengelola
sumber daya daerah. Upaya-upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah harus dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi sehingga otonomi yang diberikan kepada daerah akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Haryanto 2006 menyatakan di era otonomi ini diharapkan daerah menjadi mandiri di dalam pengelolaan kewenangannya yang ditandai dengan makin kuatnya Kapasitas Fiskal atau
PAD suatu daerah. Sementara itu untuk beberapa hal yang mungkin masih kekurangan dana, daerah masih diberi bantuan dari Pemerintah Pusat dalam bentuk Dana Perimbangan. Namun
tujuan awal pelaksanaan otonomi adalah mewujudkan Kapasitas Fiskal Daerah yang kuat dalam mendukung terciptanya kemandirian daerah. Kapasitas Fiskal merupakan gambaran kemampuan
keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin. Karena itu pemberian kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab yang tersirat dalam UU No. 32 tahun 2004 adalah pencerminan proses demokratisasi dalam
pelaksanaan ootonomi daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam menyelengarakan pemerintah di daerah dengan titik berat kepada pemerintah kabupatenkota Thesaurianto,2007.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Keuangan Daerah dan APBD