Pendapatan Asli Daerah ke LN_Z PDRB Perkapita sebagai variabel intervening lalu ke LN_Y Kemandirian Daerah adalah 0,102616 dengan mengalikan nilai standardized coefficients beta
LN_X1 Pendapatan Asli Daerah 0,808 dengan nilai standardized coefficients beta LN_Z PDRB Perkapita 0,127. Sehingga total pengaruh LN_X1Pendapatan Asli Daerah ke LN_Y
Kemandirian Daerah adalah 1,306616. Sedangkan untuk variabel LN_X2 Dana Bagi Hasil besarnya pengaruh langsungdirrect
effect ke LN_Y Kemandirian Daerah berdasarkan nilai standardized coefficients beta adalah - 0,480 dan besarnya pengaruh tidak langsungindirrect effect variabel LN_X2 Dana Bagi Hasil
yaitu dari LN_X2 Dana Bagi Hasil ke LN_Z PDRB Perkapita sebagai variabel intervening lalu ke LN_YKemandirian Daerah adalah -0,026797 dengan mengalikan nilai standardized
coefficients beta LN_X1Pendapatan Asli Daerah -0,211 dengan nilai standardized coefficients beta LN_Z PDRB Perkapita 0,127. Sehingga total pengaruh LN_X2 Dana Bagi Hasil ke LN_Y
Kemandirian Daerah adalah -0,506797. Selanjutnya untuk memastikan apakah PDRB Perkapita merupakan variabel intervening
penuh, atau sebahagian atau bukan variabel intervening, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan melihat hasil pengujian pada persamaan 2. Dari Tabel 5.6 dapat dibuat kesimpulan bahwa
PDRB Perkapita merupakan partial intervening variable variabel intervening sebahagian. Suatu variabel dikatakan sebagai variabel intervening sebahagian jika:
1. Koefisien varibel independen dan variabel intervening tidak sama dengan nol, 2. Koefisien tidak langsung variabel intervening lebih kecil dari koefisien langsung
variabel independen.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan dalam penelitian ini F hitung F tabel 312,720 2,67953. dan signifikansi penelitian 0,05 0,0000,05 menyimpulkan bahwa LN_X1
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Asli Daerah dan LN_X2 Dana Bagi Hasil, dan LN_Z PDRB Perkapita berpengaruh signifikan secara simultan terhadap LN_Z Kemandirian Daerah KabupatenKota di
Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Haryanto 2006 dan Helvyra 2010. Haryanto membuktikan bahwa pajak daerah merupakan bagian dari Pendapatan
Asli Daerah dan bagi hasil pajak bagian dari Dana Bagi Hasil memiliki hubungan signifikan terhadap kapasitas fiskal sebagai proxy Kemandirian Daerah, sedangkan retribusi daerah dan
PDRB jasa tidak terbukti mempengaruhi kapasitas fiskal daerah secara signifikan. Helvyra menyimpulkan Pendapatan Asli Daerah dan Bagi Hasil Pajak berpengaruh
signifikan terhadap Kapasitas Fiskal sebagai Proxy Kemandirian Daerah sedangkan variabel PDRB yang dianggap sebelumnya sebagai variabel yang dapat meningkatkan kemandirian daerah
melalui pengelolaan potensi sektoral daerah ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap Kapasitas Fiskal proxy Kemandirian Daerah di KabupatenKota di Sumatera Barat. Hal ini tidak
sejalan dengan Ladjin 2008, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa PDRB Perkapita mempunyai pengaruh terhadap Kemandirian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini
mengindikasikan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil mempunyai hubungan yang kuat terhadap Kemandirian Daerah dalam penerapan otonomi daerahdesentralisasi fiskal.
Haryanto 2006 menyatakan “Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan kemandirian daerah di segala segi kehidupan, yang diukur melalui elemen Pendapatan Asli Daerah PAD. Di
harapkan dengan otonomi, semua daerah di Indonesia mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah PAD yang
dimilikinya. Di era otonomi ini diharapkan daerah menjadi mandiri di dalam pengelolaan
kewenangannya yang ditandai dengan makin kuatnya Kapasitas Fiskal atau PAD dan PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing Provinsi sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut.
Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Kemandirian Daerah baik secara parsial maupun simultan, namun pada Tabel 5.7
menggambarkan kontribusi PAD tiap KabupatenKota terhadap total penerimaan daerah, dimana persentase besarnya kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah masih rendah, hanya satu
pemerintahan kota saja, yang mampu mencapai persentase diatas 10 sedangkan KabupatenKota yang lain masih berada dibawah 10.
Tabel 5.7 Persentase Kontribusi PAD terhadap Penerimaan Daerah
No. KabupatenKota
Total PAD Total Pendapatan Daerah 2006 2007 2008 2009 2010
1 Nias
3 4 5 4 6
2. Mandailing Natal
3 3 2 2 2
3. Tapanuli Selatan
3 3 3 5 6
4. Tapanuli Tengah
3 3 3 3 3
5. Tapanuli Utara
3 2 2 2 3
6. Toba Samosir
5 2 3 2 3
7. Labuhan Batu
6 6 5 8 7
8. Asahan
5 5 4 3 4
9. Simalungun
4 4 3 5 5
10. Dairi
2 2 2 3 4
11. Tanah Karo
4 4 5 5 5
12. Deli Serdang
8 7 8 8 9
13. Langkat
3 5 3 4 3
14. Nias Selatan
2 2 3 4 3
15. Humbang Hasundutan
2 5 2 2 2
16. Pak-Pak Barat
1 1 2 2 2
17. Samosir
4 4 3 4 3
18. Serdang Bedagai
3 2 3 3 3
19. Sibolga
4 4 4 4 5
20. Tanjung Balai
4 4 4 5 7
21. Pematang Siantar
5 5 5 4 5
22. Tebing Tinggi
6 6 6 5 8
23. Medan
22 19 22 20 28
24. Binjai
3 3 4 4 4
25. Padang Sidempuan
3 3 3 3 4
Dengan gambaran kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan daerah yang masih rendah pada Tabel 5.7 diharapkan pemerintah daerah semakin bergiat dalam meningkatkan
Universitas Sumatera Utara