Uji Multikolonieritas Uji Heteroskedastisitas

67 residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak trjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji grfik scatterplot. Gambar 4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 4.2. dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Karena uji grafik dapat menyesatkan jika tidak diperhatikan dengan hati-hati, maka dalam penelitian ini juga digunakan uji glejser 68 untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas. Uji glejser dapat dilakukan dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Pengambilan keputusannya adalah jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen dengan tingkat signifikansi 0,05 maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser disajikan pada table 4.11. Tabel 4.11. Hasil Uji glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .062 .007 9.264 .000 IHSG 1.842 .421 1.157 4.374 .000 JII -.535 .420 -.337 -1.275 .211 a. Dependent Variable: DPLK Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari masingmasing variabel independen adalah 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

e. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Uji auto korelasi dalam penelitian ini 69 menggunakan uji Durbin Watson DW test, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.12. Hasil Uji Auto Korelasi Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, secara umum bisa diambil patokan sebagai berikut:  Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif  Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi  Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negative Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, angka D-W berada diantara -2 samapai +2 yaitu 1,686. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model regresi tersebut. Artinya tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1

2. Uji hipotesis

a. Koefisien determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 sering diartikan sebagai seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya. Nilai koefisien Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .849 a .721 .704 .0399343 1.686 a. Predictors: Constant, R_JII, R_IHSG b. Dependent Variable: R_DPLK 70 determinasi yang mendekati 1 menandakan bawa variabel-variabel memberikan hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.14. berikut: Tabel 4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .849 a .721 .704 .0399343 a. Predictors: Constant, R_JII, R_IHSG b. Dependent Variable: R_DPLK Tabel 4.13 menunjukkan bahwa koefisien determinasi R 2 sebesar 0.721 72,1. Artinya variabel bebas yang terdiri dari JII dan IHSG berpengaruh sebesar 72,1 terhadap DPLK Muamalat. Sedangkan sisanya sebesar 27,9 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Adapun nilai Adjusted R Square sebesar 0,704 adalah sebuah statistik yang berusaha mengoreksi koefisien determinasi agar lebih mendekati ketepatan model dalam populasi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 70,4 sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.