Sumber Data Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

37

2. Sumber Data Penelitian

Pada penelitian hukum ini, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Dimana sumber data yang digunakan dalam penelitian data sekunder adalah meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 60 Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadian rujukan adalah data sekunder, antara lain: a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan dan mengikat, yakni: 1 UNIDROIT Principles of International Commercial Contracts UPICCs 2010 dalam UNIDROIT International Institute for the Unification of Private Law . 2 United Nations Convention on Contracts for the International Sales of Goods 1980 . 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. 61 Seperti hasil penelitian, artikel, buku-buku referensi dan media informasi lainnya seperti internet yang juga menjadi tambahan bagi thesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan. 60 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit, Hal. 39 61 Soerjono Soekanto, Pengantar Laporan Hukum, Cet. 3, Jakarta: UI Press, Jakarta, 2007, Hal. 144 Universitas Sumatera Utara 38 c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus umum dan jurnal

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan Penelitian Kepustakaan Library Research. Dalam penelitian ini, penelitian kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen, yaitu dengan mempelajari serta menganalisa bahan pustaka data sekunder.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan seperti yang disarankan oleh data. 62 Didalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. 63 Proses analisis databahan hukum dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut: 62 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, Hal. 103 63 Soerjono Soekanto, Op.cit, Hal. 25 Universitas Sumatera Utara 39 a. Melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional yang relevan serta bahan hukum sekundernya yang mendukung. b. Melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi data yang telah dikumpulkan dari undang-undang, buku-buku, jurnal hukum dan bisnis, makalah hukum dan bisnis serta dari kamus hukum yang terkait dengan Konvensi-konvensi Internasional dan Perjanjian Jual Beli Internasional, untuk mengetahui validitas dari data tersebut. c. Mensistematikakan data yang telah di inventaris dan diperiksa untuk menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, serta untuk memperoleh jawaban yang baik. Sehingga Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menganalisa data dan atau bahan hukum yang berkaitan saja. Selanjutnya, sistematika analisis menggunakan metode deduktif yaitu dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan dalam thesis ini dan memperoleh kesimpulan secara deduktif dengan menggunakan norma hukum sebagai premis mayornya yang sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Universitas Sumatera Utara 40

BAB II PENGATURAN HAK DAN KEWAJIBAN PENJUAL DAN PEMBELI

DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL DITINJAU DARI KETENTUAN UPICCs, KONVENSI CISG, KUHPERDATA

A. Jual Beli Internasional 1.

Pengertian Jual Beli dan Jual Beli Internasional Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata Jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan Beli adalah adanya perbuatan membeli. Jual beli adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda, dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan. Demikianlah rumusan Pasal 1457 KUHPerdata. Berdasarkan rumusan tersebut, maka jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. 64 Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa dalam jual beli senantiasa terdapat dua sisi hukum perdata, yaitu hukum kebendaan dan hukum perikatan. Dikatakan demikian karena pada sisi hukum kebendaan, jual beli melahirkan hak bagi kedua belah pihak atas tagihan yang berupa penyerahan kebendaan pada satu pihak dan 64 Rahayu Hartini, Hukum Komersial, Malang: Umm Press, 2010, Hal. 43 40 Universitas Sumatera Utara 41 pembayaran harga jual pada pihak lainnya. Sedangkan dari sisi perikatan, jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual. Walaupun demikian, meskipun bersisi dua, KUHPerdata melihat jual beli hanya dari sisi perikatannya semata-mata, yaitu dalam bentuk kewajiban dalam lapangan harta kekayaan dari masing-masing pihak secara bertimbal balik satu terhadap yang lainnya. Tidak ada suatu pengertian atau rumusan yang secara tegas memberikan defenisi perjanjian jual beli internasional. Namun demikian dengan memperhatikan kegiatan yang terjadi dan dilakukan dalam setiap transaksi perdagangan lintas negara, yang dinamakan dengan transaksi jual beli internasional adalah transaksi jual beli dalam lintas negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli atau dagang yang melintasi batasan kenegaraan. Pihak-pihak ini harus merupakan pihak yang berasal dari negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda. Pengertian perjanjian jual beli internasional lebih luas dibanding dengan perjanjian jual beli domestik. Unsur pembedanya terletak pada kata “Internasional”, dimana Sudargo Gautama menyatakan bahwa perjanjian jual beli internasional adalah “Apabila terdapat suatu unsur asing dalam suatu perjanjian yang bersifat internasional, maka unsur asing atau foreign element inilah yang menyebabkan suatu perjanjian menjadi suatu perjanjian internasional”. 65 65 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Bandung: PT. Alumni, 2007, Hal. 48 Universitas Sumatera Utara 42 Unsur asing atau foreign element dalam suatu perjanjian terdiri dari: 66 a. Kebangsaan yang berbeda, b. Para pihak memiliki domisili hukum di negara yang berbeda, c. Hukum yang dipilih adalah hukum asing, termasuk aturan atau prinsip kontrak internasional terhadap kontrak tersebut, d. Pelaksanaan kontrak di luar negeri, e. Penyelesaian sengketa kontrak dilakukan di luar negeri, f. Kontrak ditandatangani di luar negeri, g. Objek kontrak di luar negeri, h. Bahasa yang digunakan adalah bahasa asing, dan i. Digunakannya mata uang asing dalam kontrak tersebut. E.W. Chance dalam Principal of Marcantile Law : 67 “kontrak jual beli adalah kontrak dimana penjual mengalihkan atau menyetujui untuk mengalihkan hak milik berupa barang kepada pembeli untuk sejumlah uang yang disebut harga, karenanya, kontrak jual beli juga merupakan perjanjian penjualan atau penjualan yang sebenarnya, berdasarkan kontrak jual beli dimana hak milik atas benda dialihkan dari penjual ke pembeli, kontrak dinamakan penjualan, tetapi dimana pengalihan hak milik atas benda terjadi pada masa yang akan datang, atau subjek yang memenuhi beberapa syarat, kontrak disebut perjanjian penjualan. Suatu perjanjian untuk penjualan menjadi penjualan, bila waktunya berlaku atau syarat-syarat telah terpenuhi oleh subjek yang mana hak milik atas benda dialihkan”. Sedangkan menurut International Supply Contract menurut Oxford Reference “kontrak jual beli yang dibuat para pihak dimana tempat dan usaha atau tempat tinggal yang biasanya berada dalam wilayah negara yang berbeda”. 68 66 Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional,Op.cit, Hal. 4 67 Melati Juliani, “Pengaruh Ekspor Impor Terhadap Ekonomi Bisnis Indonesia”, Jurnal Online TransBORDER, Edisi 1, Vol.1, Program Studi Ilmu Hubungan Internasioal Universitas Pasundan, 2012, Hal. 110 68 Melati Juliani, Ibid, Hal. 110 Universitas Sumatera Utara 43

2. Perbedaan Sistem Hukum Nasional dan Jual Beli Internasional