50
pada proyek tersebut. Beberapa negara telah memberlakukan CISG tidak hanya sebagai hukum mereka untuk lintas perbatasan penjualan tetapi juga sebagai hukum
penjualan domestik. Negara-negara Skandinavia adalah contoh yang paling dikenal, meskipun ada beberapa perbedaan dalam implementasi masing-masing. Sementara
Swedia dan Finlandia memperkenalkan CISG bersama hukum penjualan domestik berdasarkan CISG, Norwegia berlaku hanya satu hukum penjualan Kjopsloven
untuk penjualan baik internasional dan internal. Norwegia bukanlah satu-satunya contoh dari bangsa yang menerapkan CISG baik sebagai konvensi internasional
maupun sebagai hukum penjualan domestik. Kepulauan Tokelau, sejauh wilayah kepercayaan Selandia Baru di Pasifik Selatan, yang akan memperoleh kemerdekaan
pada tahun 2006, diberlakukan CISG tahun 2004 sebagai hukum penjualan baik untuk internasional dan penjualan lokal, bersama dengan suplementasi beberapa
untuk membuatnya menjadi dasar seperangkat aturan untuk kontrak pada umumnya. Dapat dikatakan bahwa kodifikasi dapat menjadi salah satu sarana pemersatu aturan
sehingga dapat lebih mudah diakses oleh pengguna hukum kontrak .
78
4. Konvensi-Konvensi Internasional terkait
Suatu perdagangan dikatakan sebagai perdagangan internasional, jika transaksi jual beli telah menyebabkan terjadinya pilihan hukum antara dua sistem
hukum yang berbeda, dan benda yang diperjualbelikan harus diserahkan melintasi
78
Peter Schlechtriem, “Basic Structures and General Concepts of the CISG as Models for a Harmonisation of the Law of Obligations”, http:www.juridicainternational.eu?id=12636, diakses
pada Hari Minggu, Tanggal 7 Oktober 2012.
Universitas Sumatera Utara
51
batas-batas kenegaraan, dan keberadaan unsur asing atau elemen asing bagi sistem hukum yang berlaku.
Konvensi Internasional adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah, sedang atau akan diratifikasi oleh negara-negara di dunia. Agar suatu konvensi dapat
mengikat maka negara kedua belah pihak tersebut harus merupakan peserta dari konvensi internasional tersebut dan telah meratifikasi sehingga menjadi bagian dari
hukum nasional masing-masing negara Menurut Gunawan Widjaja, Ada beberapa konvensi internasional yang terkait
dengan jual beli barang, yaitu:
79
a. Convention on the Law Applicable to International Sales of Goods.
Yang diterima pada tahun 1951 di Den Haag, namun baru mulai ditandatangani pada tahun 1955, dengan Belgia sebagai Negara pertama yang menandatangani
konvensi ini pada tanggal 15 Juni 1955 dikenal dengan sebutan Konvensi Jual Beli 1951 1955.
b. Convention on the Law Governing Transfer of Title in International Sales of
Goods. Merupakan tambahan atau aksesoris terhadap Konvensi Jual Beli 1951 1955,
dimana semua konsepsi dan aturan yang ada dalam Konvensi Jual Beli 1951 1955 diatur dan disalin ulang dalam Konvensi ini.
c. Convention on the Jurisdiction of the Selected Forum in the Case of
International Sales of Goods. d.
Convention Relating to A Uniform Law on the International Sales of Goods. Dikenal sebagai Konvensi Jual Beli 1964, dikarenakan Konvensi ini disetujui
pada tahun 1964 di Den Haag.
e. Convention Relating to A Uniform Law on the Formating of Contracts for the
International Sales of Goods Den Haag 1964. Dikenal sebagai Konvensi Jual Beli 1964, dikarenakan Konvensi ini disetujui
pada tahun 1964 di Den Haag.
79
Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.4, 2008, Hal. 26
Universitas Sumatera Utara
52
f. Final Act of the United Nations Conference on Contract for the Sale of Goods,
yang lebih dikenal dengan Vienna Convention on Contract for the International Sales of Goods CISG.
Konvensi yang dihasilkan dari suatu konferensi yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang di prakarsai oleh UNCITRAL, dan
diselenggarakan mulai tanggal 10 Maret hingga 11 April 1980 serta berhasil menghasilkan kesepakatan mengenai hukum materiil yang mengatur jual beli
barang internasional sering disebut dengan CISG.
Dari keenam konvensi yang disebutkan diatas, bahwa dua konvensi pertama mengatur mengenai pengaturan dari hukum yang berlaku atau diberlakukan dalam
suatu transaksi jual beli internasional, termasuk juga didalamnya ketentuan khusus mengenai saat beralihnya hal milikkepemilikan atas benda yang diperjualbelikan
dalam transaksi perdagangan internasional. Konvensi ketiga berbicara mengenai “choice of forum” atau pihak lembaga
atau yurisdiksi yang akan melaksanakan tugas sebagai pihak yang menyelesaikan sengketa, permasalahan, perbedaan pendapat, maupun penafsiran dan segala sesuatu
yang terkait dengan perbedaan pandang mengenai satu atau lebih hal yang berhubungan dengan transaksi jual beli internasional. Tiga konvensi yang disebutkan
terakhir mengatur mengenai isi perjanjian dagang internasional, yang merupakan aturan-aturan yang harus diberlakukan dalam setiap transaksi jual beli internasional,
termasuk di dalamnya pembentukan perjanjian yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jual beli internasional.
B. Hak dan Kewajiban dalam Jual Beli Internasional Menurut UPICCs 1.
Latar Belakang UPICCs
Universitas Sumatera Utara
53
The International Institute for the Unification of Private Law UNIDROIT
adalah sebuah organisasi antar pemerintah yang sifatnya independen. Lembaga UNIDROIT ini dibentuk sebagai suatu badan pelengkap Liga Bangsa-Bangsa LBB.
Sewaktu LBB bubar, UNIDROIT dibentuk pada tahun 1940 berdasarkan suatu perjanjian multilateral yakni Statuta UNIDROIT The UNIDROIT Statute.
The UNIDROIT Principles of International Commercial Contract 1994 Prinsip
UNIDROIT merupakan salah satu upaya harmonisasi hukum atau pengaturan dalam hukum kontrak internasional. Prinsip UNIDROIT ini diperbaharui pada tahun 2004
dan Mei 2010, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan perdagangan internasional. Prinsip UNIDROIT adalah hasil karya Working Group yang terdiri dari
para ahli sebagai perwakilan dari sistem-sistem hukum dan ekonomi di dunia. UNIDROIT sendiri adalah International Institute for the Unification of Private Law.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi UNIDROIT melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2008 tentang Pengesahan Statute of International Institute for The Unification of Private Law
Statuta Lembaga Internasional Untuk Unifikasi Hukum Perdata.
2. Tujuan UPICCs