Berlakunya Perjanjian Jual Beli Internasional

105 menimbulkan pertanyaan interpretasi untuk yang kapal, perahu, kapal cepat dan pesawat udara yang telah dikenakan Konvensi ini, terutama mengingat kenyataan bahwa tempat yang relevan dari pendaftaran, dan karena itu hukum yang akan mengatur registrasi, mungkin tidak diketahui pada saat penjualan, penjualan semua kapal kapal, perahu, kapal cepat dan pesawat udara tidak termasuk dalam penerapan Konvensi. f. Listrik. Bahwa dalam listrik banyak sistem hukum tidak dianggap sebagai barang dan, dalam hal apapun, penjualan listrik internasional ini sebagai masalah yang unik yang berbeda dengan yang biasa disajikan oleh penjualan barang internasional. Dari rumusan masalah Pasal 2 tersebut diketahui bahwa konvensi CISG hanya diterapkan pada barang-barang bergerak dan barang berwujud kecuali yang disebut diatas. Transaksi mengenai benda tidak bergerak, lebih bersifat domestik daripada internasional. Hal ini juga didukung dalam Pasal 3 ayat 1 CISG, bahwa kontrak ini mengatur untuk memasok barang-barang yang akan diolah pabrik atau diproduksi akan dianggap penjualan kecuali pihak yang memesan barang itu berkewajiban memasok sebagian suku cadang dari bahan-bahan yang perlu dibuat dipabrik atau diproduksi.

3. Berlakunya Perjanjian Jual Beli Internasional

Pasal 23 CISG menyebutkan bahwa suatu kontrak akan mengikat pada saat bila suatu akseptasi menjadi efektif sesuai dengan ketentuan syarat-syarat dari konvensi ini, apabila suatu penawaran mencapai pihak yang ditawari. Universitas Sumatera Utara 106 Keberadaan perjanjian jual beli tidak perlu dibuat ataupun dibuktikan secara tertulis dan tidak memerlukan formalitas tertentu. Keberadaan jual beli dapat dibuktikan dengan segala macam alat bukti termasuk saksi-saksi. Pasal 11 CISG ini membebaskan para pihak dari kebutuhan domestik berhubungan dengan keberadaan pembuktikan suatu kontrak yang diatur oleh Konvensi itu. Tentu saja, ketika pengadilan sudah menekankan bahwa kontrak dapat dibuktikan oleh alat apapun. Sebagai konsekuensi, aturan domestik yang menuntut suatu kontrak untuk dibuktikan dalam bentuk tertulis untuk dapat dilaksanakan. Satu pengadilan, sebagai contoh, menyatakan bahwa di bawah CISG, bukti percakapan secara lisan antara penjual dan pembeli, berhubungan dengan istilah pembelian, bisa diakui sebagai penetapan bahwa suatu persetujuan telah dicapai antara para pihak. 130 Dalam Pasal 14 1 dan Pasal 18 1 CISG, dikatakan bahwa seseorang boleh membuat suatu proposal untuk menutupmengakhiri suatu kontrak atau boleh menerima proposal yaitu dengan suatu pernyataan atau suatu tindakan. Suatu perbuatan yang dibuat atau tindakan lain dari yang menerima penawaran yang mengindikasikan persetujuannya terhadap suatu penawaran adalah suatu pernyataan persetujuan. 131 Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perjanjian jual beli baru ada manakala ada penawaran yang disampaikan dalam penerimaan yang harus berwujud dalam bentuk tindakan atau perbuatan atau suatu pernyataan yang 130 UNCITRAL Secretariat, Digest of Case Law on the UnCISG, New York: United Nations Publication, 2008, Page 46 131 Pasal 18 ayat 1 CISG Universitas Sumatera Utara 107 dilakukan oleh pihak yang menerima penawaran. Sementara itu, saat efektifitasnya suatu penerimaan adalah pada saat penerimaan ini diterima oleh pihak yang mengajukan penawaran, dengan ketentuan bahwa penerimaan penawaran tersebut haruslah sampai dalam jangka waktu yang ditentukan oleh pemberi tawaran atau dalam suatu jangka waktu yang secara umum dianggap patut untuk melakukan penerimaan suatu penawaran untuk jual beli. Jadi dapat dikatakan, dalam ketentuan CISG, indikasi persetujuan dalam suatu tawaran adalah yang menjadikan berlakunya kontrak bagi para pihak. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 a CISG, dikatakan bahwa konvensi ini hanya mengatur pembuatan kontrak penjualan dan hak-hak dan kewajiban dari penjual dan pembeli yang timbul dari kontrak itu. Kecuali secara tegas disebut dalam konvensi ini, bahwa ini tidak mengatur tentang keabsahan perjanjian atau salah satu syarat- syaratnya atau suatu kelaziman yang dibentuk oleh para pihak.

C. Berlakunya Perjanjian Jual Beli Berdasarkan KUHPerdata 1.

Subjek Perjanjian Jual Beli Istilah lain dari Subjek hukum adalah rechtsperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Yang menjadi subjek hukum dalam perjanjian adalah Kreditur dan Debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan Debitur adalah orang yang berhutang. 132 Dalam mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus memenuhi suatu kondisi tertentu agar dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Pada 132 Salim, Op.cit, Hal. 5 Universitas Sumatera Utara 108 dasarnya semua orang atau badan hukum dapat menjadi subjek dalam perjanjian jual beli, yaitu bertindak sebagai penjual dan pembeli. Jika subjek hukumnya adalah orang natuurlijke persoon, maka orang tersebut harus dewasa dan cakap. Namun, jika subjek hukumnya adalah badan hukum rechtpersoon, maka harus memenuhi syarat formal suatu badan hukum, 133 yang berupa pengakuan dari negara atau undang- undang yang menyatakan bahwa lembaga itu adalah badan hukum yang telah memenuhi syarat sebagai badan hukum. 134 Badan Hukum sebagai subjek hukum mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 135 a. Dapat memenuhi keputusan, b. Memiliki harta kekayaan sendiri, c. Dapat melakukan transaksi, d. Dapat mempunyai utang piutang, e. Dapat menuntut dan dituntut sebagaimana layaknya manusia, f. Mempunyai hak dan kewajiban. Competen Parties adalah kemampuan dan kecakapan dari subjek hukum untuk melakukan kontrak. Didalam sistem Hukum Amerika, pengadilan membedakan kemampuan tentang legalitas dari seseorang untuk membuat kontrak. orang yang dapat membuat kontrak harus sudah cukup umur. Masing-masing negara bagian tidak sama tentang umur kedewasaan. Ada yang menentukan 21 tahun untuk laki-laki dan 18 tahun untuk wanita. 136 Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan- 133 Syahim, Op.cit, Hal. 3 134 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta, 2000, Hal. 23 135 I.G. Rai Widrajaya, Hukum Perusahaan, Jakarta, 2003, Hal. 131 136 Salim, Op.cit, Hal. 46 Universitas Sumatera Utara 109 perikatan, kecuali jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap untuk hal itu. 137 Yang dimaksud tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian diatas adalah: 138 1 Orang-orang yang belum dewasadibawah umur. Menurut KUHPerdata Pasal 330 seseorang dianggap sudah dewasa, dan karena oleh dianggap sudah cakap untuk membuat perjanjian jika: a Sudah genap berumur 21 tahun, atau b Sudah melakukan perkawinan meskipun belum berumur 21 tahun, atau c Sudah pernah melakukan perkawinan dan kemudian bercerai meskipun belum genap berumur 21 tahun. 2 Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan. Akibat hukum dari seseorang yang ditaruh dibawah pengampuan adalah orang tersebut bukan lagi subjek hukum dan karenanya perbuatan orang tersebut menjadi batal demi hukum. Dalam hal seorang yang sakit otak atau dungu mental illness tidak ditaruh dibawah pengampuan maka orang tersebut adalah tetap sebagai subjek hukum dan dalam hal ini berarti perbuatan orang tersebut adalah sah, hanya saja dalam kondisi yang demikian dapat dimintakan pembatalan perikatannya dengan alasan keadaan yang tidak seimbang unconscionability atau tidak dapat memberikan kesepakatan. 139 Menurut Pasal 433 KUHPerdata, orang yang berada dibawah pengampuan adalah: a Orang dungu onnoozelheld b Orang gila sakit otak c Orang yang mata gelap, pemabuk, pemadat, dan lain-lain d Orang boros 3 Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. KUHPerdata menganggap wanita yang bersuami tidak cakap bertindak menurut hukum. Akan tetapi ketentuan ini sudah dicabut oleh Surat Edaran Mahkamah 137 Pasal 1329 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 138 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Kontrak Bisnis, Diktat Hukum Perusahaan, Medan: Magister Kenotariatan USU, 2010, Hal. 10 139 Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, Bandung: Refika Aditama, 2004, Hal. 90 Universitas Sumatera Utara 110 Agung MA Nomor 3 tahun 1963 yang menyatakan isteri tetap cakap berbuatbertindak menurut hukum. Apabila syarat kecakapankewenangan ini tidak terpenuhi maka akibat hukum yang timbul adalah kontrak tersebut dapat dibatalkan. Dalam pengertian ini harus ada upaya salah satu pihak untuk meminta pembatalan tersebut ke Pengadilan. Semua akibat hukum yang lahir sebelum dibatalkannya kontrak adalah sah menurut hukum. Kedua jenis subjek hukum diatas tersebut memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kontrak. oleh karena itu, dalam hukum perjanjian, yang dapat menjadi subjek hukumnya adalah individu dengan individu atau pribadi dengan pribadi, badan hukum dengan badan hukum.

2. Objek Perjanjian Jual Beli