Kerangka Teori Perjanjian Jual Beli Barang Secara Internasional Menurut UPICCs Dan CISG Serta KUH Perdata

26 Sistem Internasional Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Afta China- Indonesia”. 2. Tesis Saudari Emmy Saragih, dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Pada PT. Prima Sarana Mandiri”. 3. Tesis Saudari Raden Dian N 107011065, dengan judul: “Kajian Yuridis Perjanjian Jual Beli Bahan Bakar Minyak BBM Jenis Speed Diesel Antara PT. Prayasa Indomitra Sarana dengan PT. Buma Niaga Perkasa”. Dengan demikian hasil penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti bertanggungjawab sepenuhnya bila dikemudian hari dapat dibuktikan terdapat plagiat atau duplikasi dengan penelitian yang telah ada sebelumnya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 38 Dan suatu teori harus diuji menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. 39 Menurut Soerjono Soekanto, Konstinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori. 40 38 JJJ M. Wuisman, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid I, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universits Indonesia, 1996, Hal. 203 39 JJJ M. Wuisman, Ibid, Hal.16 40 Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, Hal. 6 Universitas Sumatera Utara 27 Menurut Burham Ashshofa, suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 41 Dengan kata lain kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis dalam penelitian. 42 Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian tesis ini adalah Teori Penawaran dan Penerimaan offer and acceptance serta Teori Pacta Sun Servanda kekuatan mengikat. Setiap kontrak pasti dimulai dengan adanya penawaran offer dan penerimaaan acceptance. Penawaran offer diartikan sebagai suatu janji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara khusus pada masa yang akan datang. Pada prinsipnya, penawaran tetap terbuka sepanjang belum berakhirnya waktu atau belum dicabut. Suatu penawaran akan berakhir, apabila: 43 a. Si pemberi tawaran penawaran atau penerima tawaran sakit ingatan atau meninggal dunia sebelum terjadi penerimaan penawaran. b. Penawaran dicabut, dalam hal ini pihak penawar harus memberitahukan sebelum penawaran diterima. Jika suatu penawaran ditentukan dalam waktu tertentu maka penawaran tersebut tidak dapat dicabut sebelum waktunya berakhir, dan c. Penerima tawaran tidak menerima tawaran, tetapi membuat suatu kontrak penawaran. Dengan demikian, unsur yang menentukan agar penawaran mempunyai kekuatan hukum adalah harus ada kepastian penawaran dan keinginan untuk terikat. 41 Burham Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, Hal.19 42 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Hukum dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, Hal. 80 43 Taryana Soenandar, Op.cit, Hal. 47 Universitas Sumatera Utara 28 Agar penawaran mengikat seketika apabila ada penerimaan, maka dalam penawaran itu harus dimuat dengan tegas tentang persetujuannya. Mengenai waktu dan tempat prestasi dapat saja ditetapkan dalam penawaran itu, tanpa mengakibatkan penawaran menjadi tidak memiliki kepastian hukum. Dengan demikian, ketentuan tersebut dapat membuktikan: 44 a Apakah pihak yang menawarkan sungguh-sungguh melakukan penawaran atau tidak. b Apakah pihak yang diberi penawaran itu berkeinginan untuk mengadakan persetujuan yang mengikat. Penawaran tidak selamanya diterima dan suatu waktu dapat saja ditolak. Apabila penawaran ditolak, dengan sendirinya penawaran itu berakhir. Berakhirnya penawaran terjadi ketika berita penolakan sampai ditangan yang menawarkan. Dalam penerimaan, terjadi pada saat yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan. Penerimaan acceptance adalah kesepakatan dari pihak penerima dan penawar tawaran untuk menerima persyaratan yang diajukan oleh penawar. Penerimaan ini harus disampaikan penerima tawaran kepada penawar tawaran. Penerimaan yang belum disampaikan kepada pemberi tawaran, belum berlaku sebagai penerimaan tawaran. Bilamana memungkinkan, baik tawaran maupun penerimaan tawaran sebaiknya dinyatakan secara tertulis dan jelas. Lagi 44 Taryana Soenandar, Ibid, Hal. 48 Universitas Sumatera Utara 29 pula, suatu penerimaan kalau dapat harus diterima sendiri, serta jangan sampai membuat atau memberikan penawaran yang belum dapat diketahui tindakannya. 45 Untuk menunjukkan adanya penerimaan, pihak yang ditawari harus menunjukkan adanya persetujuan atas penawaran. Semata-mata pemberitahuan tentang didapatnya penawaran, atau pernyataan tertarik terhadapnya, tidaklah cukup. Persetujuan harus diberikan tanpa syarat, yakni persetujuan ini tidak boleh digantungkan pada syarat-syarat yang harus di penuhi baik oleh pihak yang menawarkan atau oleh pihak yang ditawari. Dengan kata lain, isi penerimaan tidak boleh memuat variasijenis syarat-syarat dari penawaran atau mengubah secara materil syarat tersebut. Penerimaan menjadi efektif pada saat pemberitahuan persetujuan sampai pada pihak yang menawarkan. Dengan disetujuinya penawaran oleh pihak penerima tawaran atau yang disebut dengan penerimaan penawaran, maka persetujuan tersebut menjadi kesepakatan yang ditegaskan dalam suatu perjanjian oleh para pihak, sehingga berlakulah Teori Pacta Sunt Servanda kekuatan mengikat, yaitu semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Ini berarti, jual beli yang telah dilangsungkan dan telah mengikat dengan tercapainya kata sepakat mengenai kebendaan yang akan dijual dan harga beli 45 Syahmin, Op.cit, Hal. 39 Universitas Sumatera Utara 30 antara penjual dan pembeli, tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh pembeli maupun penjual. Bahkan dalam hal jual beli dilakukan dengan pemberian uang muka. 46 Secara tegas dinyatakan bahwa suatu perjanjian jual beli tidak dapat diubah, diganti atau bahkan diakhiri dengan hanya berdasarkan pada kemauan atau kehendak salah satu pihak, baik penjual maupun pembeli. Dalam penyusunan suatu kontrak dagang tentunya tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku, salah satunya adalah syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. Suatu hal tertentu, 4. Suatu sebab yang halal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan yang lazim dibuat dalam transaksi dagang internasional adalah: 47 a. Kebebasan Berkontrak, prinsip ini dianut oleh Hukum Indonesia Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata dan diberlakukan secara luas dalam praktik hukum di indonesia, bahkan prinsip ini menjadi begitu penting karena dipergunakan sebagai kata kunci dalam mengembangkan berbagai macam perjanjian yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem hukum dan praktik hukum di Indonesia, misalnya perjanjian patungan joint venture agreement, perjanjian bantuan teknis technical assistance agreement, perjanjian lisensi licensi agreement , dan perjanjian waralaba franchising agreement, dan perjanjian bagi hasil production sharing contact. Jenis-jenis perjanjian tersebut baru dikenal luas setelah berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang 46 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit, Hal. 125 47 Syahmin, Op.cit, Hal. 95 Universitas Sumatera Utara 31 Penanaman Modal Asing yang mengundang masuknya investor asing ke Indonesia. b. Penawaran dan Penerimaan, prinsip ini lebih dikenal sebagai persesuaian kehendak diantara para pihak. Sulit untuk menentukan apakah terhadap MOU Memorandum of Understanding termasuk dalam perjanjian dalam hukum Indonesia karena banyak pihak yang menginginkan bentuk ini semata-mata sebagai dokumen yang memuat saling pengertian diantara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Didalam hukum Indonesia dikenal suatu prinsip bahwa perjanjian tidak hanya ditafsirkan dari apa yang tertulis, tetapi juga apa yang secara wajar dimaksudkan para pihak atau secara umum berlaku dalam masyarakat. c. Asas Pacta Sunt Servanda, disebut juga asas kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Dimana Hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah Undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi kontrak yang dibuat oleh para pihak. 48 Asas ini disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. d. Itikad Baik Goede Trouw, dalam prinsip ini pihak yang melakukan suatu tindakan atau perbuatan dengan dasar itikad baik, walaupun tidak disebutkan dalam perjanjian yang bersangkutan, dapat meyakini bahwa tindakannya tersebut dilindungi hukum. Meskipun demikian, penyusunan kontrak yang baik dan rinci daripada semata-mata mendasarkan diri pada prinsip itikad baik tersebut. e. Ganti Rugi Penalty, bahwa pihak-pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi atas tidak dipenuhi atau dilanggarnya atau diabaikannya suatu ketentuan dalam perjanjian oleh pihak lainnya. f. Alasan Pemutusan, dilakukan atas persetujuan bersama para pihak didalamnya. Persetujuan dapat diberikan dalam persetujuan yang bersangkutan untuk hal-hal tertentu. Penyusunan perjanjian yang tunduk pada hukum Indonesia wajib mengetahui bahwa tanpa adanya perjanjian demikian mengharuskan salah satu pihak yang menginginkan pemutusan perjanjian untuk meminta persetujuan pengadilan terlebih dahulu. 49 48 Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan kontrak, Mataram: Rajawali, 2002, Hal. 12 49 Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara 32 g. Pilihan Hukum, untuk perjanjian yang mempunyai aspek transnasional, masalah pilihan hukum menjadi penting. Tidak semua pihak merasa nyaman comfortable dengan pilihan hukum dalam perjanjiannya, walaupun menyangkut Indonesia, diatur dan ditafsirkan menurut hukum Indonesia. Pilihan hukum asing untuk suatu perjanjian yang menyangkut Indonesia adalah sah dan mengikat. h. Penyelesaian Sengketa, sebagian besar transaksi bisnis internasional memilih arbitrase luar negeri sebagai tempat penyelesaian sengketa dengan berbagai alasan. Jika penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjian tersebut dilakukan dihadapan badan peradilan di Indonesia, masalahnya adalah apakah badan peradilan yang bersangkutan dianggap mampu. Jikalau penyelesaian sengketa tersebut dilakukan di pengadilan di luar negeri, apakah keputusan pengadilan asing dapat dilaksanakan di Indonesia? Sesuai dengan prinsip hukum acara yang berlaku di Indonesia, keputusan hakim asing tidak dapat serta merta otomatis dapat dilaksanakan di Indonesia. Pengadilan di Indonesia hanya dapat menggunakan keputusan tersebut sebagai salah satu bahan pertimbangan ataupun bukti dalam memberikan keputusannya sendiri dalam suatu perkara baru yang diajukan ke hadapan pengadilan tersebut.

2. Konsepsi