97
3 menginstruksikan
Sekretariat untuk
mengejar sumber
daya yang
memungkinkan konsultasi dan pekerjaan awal dengan tujuan untuk persiapan mungkin, di masa depan, sebuah dokumen pedoman internasional
tentang kontrak investasi tanah, dengan mempertimbangkan, khususnya, Prinsip-Prinsip UNIDROIT Kontrak Komersial Internasional,
4 untuk menginstruksikan Sekretariat untuk memantau sumber daya yang
memungkinkan perkembangan di tingkat internasional dan nasional dalam hal reformasi dan modernisasi rezim kepemilikan tanah,
5 untuk mencatat proyek-proyek masa depan dalam hal struktur hukum
perusahaan pertanian dan sebuah dokumen pedoman internasional untuk pembiayaan pertanian, dengan keputusan yang akan diambil di kemudian
hari, mengingat pekerjaan yang akan pada saat itu memiliki dilakukan oleh UNIDROIT di bidang pertanian.
h. Proposal untuk Model Law tentang Perlindungan Properti Budaya Proposal for
a Model Law on the Protection of Cultural Property .
Didirikan oleh
sekelompok ahli
diselenggarakan oleh
United Nations
Educational Scientific and Cultural Organization UNESCO dan Sekretariat
UNIDROIT, dimaksudkan untuk membantu tubuh dalam negeri dalam pembentukan kerangka normatif untuk warisan perlindungan, untuk mengadopsi
undang-undang yang efektif untuk pembentukan dan pengakuan terhadap kepemilikan benda budaya Negara yang belum ditemukan dengan maksud,
antara lain, untuk memfasilitasi restitusi dalam kasus penghapusan melanggar hukum. Tugas ini berhubungan baik dengan perlindungan dan pelestarian
budaya.
3. Berlakunya Perjanjian Jual Beli Internasioal
Pasal 2.1.1 UPICCs yang berbunyi: “A contract may be concluded either by acceptance of an offer or by conduct of the parties that is sufficient to show
agreement ”. Suatu perjanjian dapat ditutup baik oleh penerimaan acceptance dari
sebuah penawaran offer atau oleh tingkah laku para pihak yang dianggap cukup untuk menunjukkan kesepakatan.
Universitas Sumatera Utara
98
Adanya kesepakatan agreement di antara para pihak cukup untuk membentuk kontrak. Kesepakatan terbentuk melalui proses penawaran offer dalam
Pasal 2.1.2 dan penerimaan acceptance dalam Pasal 2.1.6. Kesepakatan dapat
dianggap terbentuk walaupun saat yang pasti dari pengajuan offer dan acceptance tidak tampak dengan jelas. Dalam situasi seperti ini, persetujuan agreement harus
dibuktikan dari perilaku para pihak conduct of the parties. Suatu perjanjian dapat saja dianggap terbentuk apabila terdapat kehendak dari para pihak untuk saling
mengikatkan diri dalam kontrak intention to be bound by a contract.
123
Pembuktian kehendak para pihak untuk terikat dapat dilakukan dengan perilaku berdasarkan kriteria Pasal 4.1 UPICCs, yaitu:
a. Suatu kontrak dapat ditafsirkan menurut maksud umum dari pihak.
b. Jika seperti niat tidak dapat dibangun, kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan
arti bahwa orang yang wajar dari jenis yang sama sebagai para pihak akan memberikan untuk itu dalam situasi yang sama.
Sebuah proposal untuk membentuk sebuah perjanjian merupakan sebuah penawaran offer jika proposal tersebut bersifat pasti dan mengindikasikan kehendak dari
offeror untuk terikat dalam hal adanya penerimaan acceptance. Hal tersebut jelas dalam Pasal 2.1.2 UPICCs: “Sebuah proposal untuk menyimpulkan kontrak
merupakan tawaran jika cukup pasti dan menunjukkan niat offeror untuk terikat dalam kasus penerimaan”.
123
Sugiharta Gunawan, “International Contract Law-6”, http:images.sugihartagunawan.multiply.multiplycontent.com......, diakses Hari Kamis, Tanggal 31
Mei 2012.
Universitas Sumatera Utara
99
Adapun syarat agar suatu penawaran proposal dapat dianggap sebagai Penawaran offer, yaitu:
124
1 Isinya cukup pasti sehingga dengan penerimaan saja kontrak dapat dianggap
terbentuk. 2
Menunjukkan kehendak pihak offeror untuk terikat pada tawarannya, seandainya tawarannya diterima oleh offeree.
Jadi, walaupun persyaratan-persyaratan tertentu belum dimuat di dalam proposal, tawaran dapat dianggap offer apabila persyaratan-persyaratan itu dapat ditentukan
kemudian harus ditetapkan secara kasuistis. Penawaran yang tidak memenuhi syarat niat untuk terikat intention to be bound akan dianggap sebagai ajakan untuk
menawarkan invitation to offer atau negosiasi pembuka opening negotiations saja. Menurut Gunawan Widjaja, terkait dengan pembentukan kontrak dalam
UPICCs dikatakan bahwa:
125
a a contract may be concluded either by the acceptance of an offer or by conduct
of the parties that is sufficient to show agreement. b
a statement made by or other conduct of the offeror indicating assent to an offer is an acceptance. silence or inactivity does not in itself amount to acceptance.
c an acceptance of an offer becomes effective when the indication of assent the
offeror. d
if a writing which is sent within a reasonable time after the conclusion of the contract and which purports to be a confirmation of the contract contains
additional of different terms, such terms become part of the contract, unless they materially alter the contract or the recipient, without undue delay, objects to the
discrepancies.
124
Sugiharta Gunawan, Ibid.
125
Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.4, 2008, Hal. 33
Universitas Sumatera Utara
100
Sebuah kontrak secara sah masuk ke dalam adalah mengikat para pihak. Ini hanya dapat dimodifikasi atau dihentikan sesuai dengan ketentuan atau dengan perjanjian
atau seperti yang tercantum dalam UPICCs.
126
Pasal 2.1.15 UPICCs mengatur larangan tersebut sebagai berikut : i.
A party is free to negotiate and is not liable for failure to reach an agreement. However, a party who negotiates or breaks off negotiations in bad faith is liable
for losses to the other party.
ii. It is bad faith, in particular, for a party to enter into or continue negotiations
when intending not to reach an agreement with the other party.
Jadi dalam UPICCs tanggung jawab hukum telah lahir sejak proses negosiasi. Dan prinsip hukum tentang negosiasi yaitu :
1. Kebebasan negosiasi,
2. Tanggung jawab atas negosiasi dengan itikad buruk,
3. Tanggung jawab atas pembatalan negosiasi dengan itikad buruk.
Dalam prinsip ini dapat diketahui bahwa para pihak tidak hanya bebas untuk memutuskan kapan dan dengan siapa melakukan negosiasi, namun juga bebas
menentukan kapan, bagaimana dan untuk berapa lama proses negosiasi dilakukan, prinsip ini sesuai dengan prinsip nomor 1 Pasal 1.1 UPICCs dan tidak boleh
bertentangan dengan prinsip nomor 2 yaitu prinsip good faith dan fair dealing yang diatur dalam pasal 1.7 yang menyatakan: “setiap pihak harus bertindak sesuai dengan
itikad baik dan adil dalam perdagangan internasional. Para pihak tidak dapat mengecualikan atau membatasi kewajiban ini”.
126
Pasal 1.3 UPICCs
Universitas Sumatera Utara
101
Berdasarkan prinsip tersebut maka negosiasi tidak boleh dilakukan dengan itikad buruk dan menyimpang dari prinsip fair dealing. Proses negosasi antara para
pihak walaupun belum menimbulkan kontrakhubungan hukum antara mereka, namun telah menimbulkan tanggung jawab hukum, yaitu apabila seseorang
membatalkan negosiasi tanpa alasan yang sah atau dengan kata lain seseorang telah melakukan bad faith danatau unfair dealing dalam proses negosiasi, maka ia dapat
dituntut pertanggung jawaban secara hukum.
B. Berlakunya Perjanjian Jual Beli Internasional Berdasarkan CISG 1.
Subjek Perjanjian Jual Beli Internasional
Ketentuan Pasal 4 CISG, tidak mengatur mengenai keabsahan perjanjian jual beli yang dibentuk oleh para pihak. ketentuan ini jelas menerbitkan kesulitan dalam
penyelesaian sengketa, dimana salah satu pihak dalam perjanjian jual beli mendalilkan ketidakabsahan perjanjian jual beli yang dibuat.
Terkait dengan hal keabsahan dari suatu perjanjian, terkait dengan subjeknya yang berhubungan dengan pihak yang melakukan perjanjian yaitu, masalah
kecakapan dan ada tidaknya kewenangan dari pihak yang masuk ke dalam perjanjian jual beli ini, dan masalah ada tidaknya persetujuan bebas dari para pihak untuk
mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli ini. Dengan demikian berarti untuk menghindari terjadinya permasalahan yang
terkait dengan keabsahan perjanjian jual beli yang dibuat berdasarkan CISG dan karenanya tunduk pada ketentuan CISG ini, perlu dikatakan bahwa terhadap masalah
kecakapan dan kewenangan subjektif dari para pihak untuk masuk dalam perjanjian
Universitas Sumatera Utara
102
jual beli ini dan kesepakatan bebas dalam pembentukan perjanjian jual beli, kedua hal ini tunduk sepenuhnya pada aturan hukum domestik dari Negara dimana para pihak
berkedudukan hukum dan atau menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian persoalan terkait dapat diselesaikan.
Untuk menentukan berlakunya CISG, hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai para pihak dalam kontrak dagang internasional jual beli:
127
a. Para pihak haruslah pihak-pihak yang memiliki tempat usaha yang berada pada
negara yang berbeda, yang keduanya telah ikut serta memberlakukan CISG, b.
Para pihak dalam kontrak dagang internasional jual beli haruslah pihak-pihak yang memiliki tempat usaha yang berada pada negara yang berbeda, dan hanya
salah satu pihak yang negaranya telah ikut serta memberlakukan CISG, tetapi kaedah hukum internasional menunjuk hukum dari negara ini peserta CISG
sebagai hukum yang berlaku bagi transaksi jual beli tersebut.
2. Objek Perjanjian Jual Beli Internasional