2.3 Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium sp mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni pecahnya merozoit atau skizon, pengaruh GPI Glycosyl Phosphatidylinositol atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa
penderita, demam tidak terjadi misalnya pada daerah hiperendemik banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam
periodic, anemia dan splenomegali Mansyor, 2001. Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae, beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes.
Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi misalnya transfusi darah yang mengandung stadium aseksual Harijanto,
2000. 2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale,
sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas Harijanto, 2000.
Universitas Sumatera Utara
3. Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria Malaria proxym
secara berurutan: a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering
seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperature Mansyor, 2001. b. Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40
o
C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat
terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat Harijanto, 2006.
c. Periode berkeringat Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita
merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa Harijanto, 2006.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3
Universitas Sumatera Utara
hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis Harijanto, 2006.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya
digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut
Harijanto, 2000: 1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat Hb5 gr atau hematokrit 15 pada keadaan hitung parasit 10.000µl.
3. Gagal ginjal akut urin kurang dari 400ml24jam pada orang dewasa atau 12 mlkgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin
3mg. 4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah 40 mg. 6. Gagal sirkulasisyok: tekanan sistolik 70 mmHg disertai keringat dingin atau
perbedaan temperature kulit-mukosa 1
o
C. 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. 8. Kejang berulang lebih dari 2 kali24jam setelah pendinginan pada hipertermis.
9. Asidosis plasma bikarbonat 15mmolL. 10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena
obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Universitas Sumatera Utara
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak.
2.4 Diagnosis