Pengendalian Malaria Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria

b. API Annual Parasite Incidence API yaitu jumlah penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di suatu wilayah pada setiap 1.000 penduduk di wilayah tersebut dalam satu tahun. API digunakan untuk daerah yang berada di Jawa-Bali. Pembagiannya yaitu: a. Low Parasite Incidence, yaitu API 1 kasus per 1.000 penduduk b. Medium Parasite Incidence, yaitu API 1-5 kasus per 1.000 penduduk c. High Parasite Incidence, yaitu API 5 kasus per 1.000 penduduk 2. Stratifikasi Berdasarkan Prevalens Malaria Didapatkan dari hasil pemeriksaan sediaan darah SD positif dari kegiatan survei malariometrik, maka daerah malaria dapat dibagi menjadi : a. Low Prevalence Area LPA, yaitu PR 2 b. Medium Prevalence Area MPA, yaitu PR 2-4 c. High Prevalence Area HPA, yaitu PR 4.

2.8 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria

2.8.1 Pengendalian Malaria

Penanggulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan antara host, agent dan environment. Pemutusan rantai penularan ini harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu:

1. Pemberantasan Vektor

Penangulangan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa penyemprotan rumah dengan Insektisida. Dengan di bunuhnya nyamuk maka Universitas Sumatera Utara parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai, sehingga penyebarantransmisi penyakit dapat terputus Depkes RI, 2003. Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat- tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah Density nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit malaria Depkes RI, 2003

2. Pengendalian Vektor

Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan, Rasioanal, Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat RESA yaitu: 1. Rational: Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi penularan ada vektor dan tingkat penularannya memenuhi criteria yang ditetapkan, antara lain: Wilayah pembebasan: desa dan ditemukan penderita indegenius dan wilayah pemberantasan PR 3. 2. Effective: Dipilih salah satu metode jenis kegiatan pengendalian vektor atau kombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data epidemiologi dan Laporan masyarakat. 3. Sustainable: Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan hasil yang sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita. Universitas Sumatera Utara 4. Acceptable: Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh masyarakat setempat Depkes RI, 2005. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor adalah sebagai berikut Anies, 2006: 1. Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua bangunan yang ada, pada malam hari digunakan sebagai tempat menginap atau kegiatan lain, masjid, gardu ronda, dan lain-lain. 2. Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara kimiawi, kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki banyak tempat perindukan yang potensial Breeding Pleaces. Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat. 3. Biological control adalah kegiatan anti larva dengan cara hayati pengendalian dengan ikan pemakan jentik, dilakukan pada desa-desa di mana terdapat banyak tempat perindukan vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah pantai dan air payau, dll. 4. Pengolahan lingkungan Source reduction adalah kegiatan-kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan Vektor Depkes RI, 2005. Universitas Sumatera Utara 5. Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles sp. secara kimiawi yang digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin.

3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria A. Mencari Penderita Malaria

Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan menemukan penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas yang mengunjungi rumah secara teratur Active Case detection maupun dilakukan secara pasif Passive Case Detection, yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan UPK, yaitu Polindes, Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit baik swasta maupun pemerintah yang menunnjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan darah untuk diperiksa di labaratorium.

B. Pengobatan Penderita Malaria

Bebarapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita yaitu : a. Pengobatan Malaria Klinis Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan bertujuan untuk menekan gejala klinis dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan. b. Pengobatan Radikal Pengobatan diberikan dengan pemeriksaan laboratorium positf Malaria. Universitas Sumatera Utara c. Pengobatan Masal Mass drug Administration = MDA Pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk 80 didaerah KLB sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria. d. Pengobatan kepada Penderita Demam Mass Fever Treatment = MFT Dilakukan untuk mencegah KLB dan penaggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MBA sampai penyemprotan selesai.

2.8.2 Pencegahan Malaria