ketinting mempunyai nilai ROI yang tinggi dibandingkan dengan armada penangkapan johnson dan pkp. Sehingga armada penangkapan ketinting dan jolor
lebih layak diusahakan dan mempunyai peluang untuk dikembangkan dibandingkan dengan armada penangkapan johnson dan pkp
e. Payback period PP Payback period ini digunakan untuk melihat perkiraan waktu yang
dibutuhkan dalam pengembalian modal investasi yang telah ditanamkan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan payback period PP alat tangkap
trammel net dengan menggunakan perahu ketinting adalah selama 0,926 tahun atau kurang lebih 11 bulan 27 hari. Angka tersebut mengandung arti bahwa waktu
yang dibutuhkan untuk pengembalian seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 11 bulan 27 hari. Payback period untuk armada
lainnya adalah 0,630 untuk jolor, 2,673 untuk pkp dan 1,647 untuk johnson.
5.3.2 Pendapatan nelayan
Pendapatan yang diperoleh oleh nelayan di Kabupaten Sorong Selatan pada usaha penangkapan udang penaeid dengan alat tangkap trammel net
tergantung dari jumlah hasil tangkapan dan sistem bagi hasil yang dilakukan. Jumlah hasil tangkapan udang yang cukup besar adalah pada musim timur yaitu
pada bulan Juni – September. Sistem bagi hasil untuk armada penangkapan jolor, johnson dan pkp yaitu sebesar 40 untuk pemilik dan 60 untuk ABK.
Besarnya persentase ABK dalam sistem bagi hasil armada penangkapan jolor, johnson dan pkp karena jumlah ABK pada armada tersebut lebih banyak atau
lebih dari satu orang. Untuk armada penangkapan ketinting, sistem bagi hasil nelayan pada umumnya sebesar 60 untuk pemilik kapal dan 40 untuk ABK.
Namun pada kenyataan di lapangan, sistem bagi hasil sangat sedikit dilakukan oleh nelayan dengan armada ketinting dikarenakan nelayan ketinting di
Kabupaten Sorong Selatan dalam melakukan proses penangkapannya umumnya berjumlah satu orang dan merupakan pemilik alat tangkap.
Pendapatan rata-rata
nelayan trammel net armada penangkapan ketinting
per bulan di Kabupaten Sorong Selatan adalah sebesar Rp 1.452.292 untuk nelayan pemilik dan sebesar Rp 968.194 untuk ABK atau nelayan pengikut.
Namun dikarenakan sistem bagi hasil jarang dilakukan akibat dari pengoperasian alat tangkap trammel net armada penangkapan ketinting umumnya dilakukan oleh
satu orang dan berstatus sebagai pemilik, maka dapat dikatakan pendapatan rata- rata per bulan nelayan trammel net armada penangkapan ketinting di Kabupaten
Sorong Selatan adalah sebesar Rp 2.420.486. Sedangkan untuk armada penangkapan lainnya yaitu jolor Rp. 3.233.994 pemilik dan Rp. 1.616.997
ABK, johnson Rp. 4.209.302 pemilik dan Rp. 901.993 ABK, pkp Rp. 2.337.852 pemilik dan Rp. 701.355 ABK.
Surat Keputusan Gubernur Propinsi Papua no. 222 tahun 2007 tanggal 05- 12-2007 menetapkan bahwa upah minimum propinsi UMP Papua adalah sebesar
Rp 1.105.500. Berdasarkan hal tersebut, maka pendapatan per bulan nelayan trammel net di Kabupaten Sorong Selatan cukup besar karena umumnya berada di
atas UMP Papua. Meskipun pendapatan yang cukup besar, keadaan ekonomi keluarga nelayan trammel net di Kabupaten Sorong Selatan pada umumnya dapat
dikategorikan kurang. Kategori tersebut diukur dari kondisi kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan dan papan yang serba
kekurangan BPS Propinsi Papua Barat, 2007 yang didapat berdasarkan survei dan wawancara langsung dengan nelayan. Besarnya pendapatan yang tidak
diimbangi dengan baiknya kesejahteraan rumah tangga dikarenakan dua faktor utama yang dimiliki oleh nelayan, yaitu 1 kemampuan yang lemah dalam
mengelola keuangan, 2 pola hidup yang kurang hemat. Berdasarkan pengamatan di lapangan besarnya pendapatan rata-rata per
bulan yang tidak diimbangi dengan kesejahteraan rumah tangga nelayan, maka dibutuhkan suatu pendekatan dari pemerintah berupa pembinaan terhadap nelayan
antara lain dengan pembinaan manajemen keuangan keluarga dan kerjasama antar pelaku perikanan misalnya pemberian modal usaha oleh pengusaha
perikanan kepada nelayan di Kabupaten Sorong Selatan.
5.4 Strategi Pengembangan Perikanan Udang Penaeid