Daur hidup udang penaeid

laut yang lumer soft, biasanya terdiri dari campuran pasir dan lumpur. Perairan berbentuk teluk dengan aliran sungai besar merupakan daerah udang yang baik. Udang penaeid adalah termasuk jenis decapoda yang melepaskan telurnya ke laut secara demersal segera setelah dibuahi. Sedangkan jenis-jenis decapoda lainnya membawa telurnya sampai menetas menjadi larva Soegiarto et al., 1979. Pada umumnya udang tertangkap dalam jumlah banyak di perairan yang agak dangkal terutama di daerah-daerah muara-muara sungai. Udang penaeid senang tinggal di daerah dimana terjadi percampuran air sungai dan air laut, karena disini banyak terdapat makanan dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan udang. Hutan mangrove merupakan daerah dimana tempat terjadinya pencampuran antara air sungai dan air laut, disamping itu hutan mangrove juga merupakan ekosistem yang khas dan mempunyai corak tersendiri bagi komunitas sumber hayati, termasuk udang melalui jaringan makanannya food web yang tidak ada putus-putusnya. Berdasarkan hal tersebut maka wilayah hutan mangrove merupakan habitat yang baik sebagai tempat mencari makanan dan tempat berlindung bagi kehidupan udang Poernomo, 1968. Menurut Naamin 1984, udang penaeid hampir secara eksklusif ditemukan pada daerah masuknya air sungai river discharge yang biasanya ditandai oleh dasar lumpur yang lunak dan kekeruhan tinggi. Hasil tangkapan udang penaeid berfluktuasi menurut fase bulan dimana hasil tangkapan yang lebih tinggi terjadi sekitar bulan gelap, setengah purnama dan setelah purnama penuh. Sedangkan hasil tangkapan udang penaeid pada waktu siang hari lebih baik atau lebih tinggi dari pada waktu malam hari.

2.1.3 Daur hidup udang penaeid

Dahuri 2003 menguraikan daur hidup udang penaeid dapat dikelompokan menjadi dua fase yaitu fase di tengah laut dan fase di estuaria sekitar muara sungai. Menurut Naamin 1984, udang dewasa hidup dan berkembang biak di tengah laut. Telur-telur dilepaskan secara demersal dan setelah 24 jam menetas menjadi larva tingkat pertama yang disebut nauplius. Setelah mengalami delapan kali ganti kulit moulting, nauplius berubah menjadi protozoa. Kemudian protozoa berubah menjadi mysis setelah tiga kali ganti kulit. Tingkatan ini masih bersifat planktonis. Setelah berganti kulit sebanyak tiga kali, maka mysis berubah menjadi pasca-larva. Pasca- larva merupakan tingkatan yang sudah mencapai daerah asuhan di pantai dan mulai menuju ke dasar perairan. Pada daerah asuhan, pasca-larva secara bertahap berubah menjadi yuwana setelah beberapa kali ganti kulit. Yuwana ini makan dan tumbuh di daerah asuhan selama tiga sampai empat bulan, kemudian setelah tiga sampai empat bulan tersebut, yuwana berubah menjadi udang muda dan beruaya ke laut. Pada saat di laut udang menjadi dewasa kelamin, kemudian kawin dengan udang betina dan kemudian memijah. Daur hidup udang penaeid dimulai dari saat pemijahan hingga memperoleh individu baru Gambar 3. Gambar 3 Siklus hidup udang penaeid Munro diacu oleh Soegiarto et al., 1979. Naamin 1984 melanjutkan, daur hidup udang penaeid pada fase di laut dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Seekor udang penaeid betina bertelur kira-kira 100.000 butir, yang diletakkan di dasar laut yang kedalamannya 13-20 cm. Dalam waktu satu jam telur-telur itu akan menetas menjadi larva disebut nauplius 2 Tingkat nauplius, larva nauplius itu berukuran satu millimeter. Dalam waktu 36 - 48 jam berubah menjadi zoea 3 Tingkat zoea, zoea ini ditemukan pada semua kedalaman, tapi pada tingkat selanjutnya bergerak mendekati permukaan perairan dan mulai migrasi ke arah pantai 4 Tingkat mysis, pada tingkat ini nampak lebih menyerupai udang dewasa dari pada tingkat sebelumnya dimana semua anggota tubuh udang dewasa mulai kelihatan disini. Fase di estuaria dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Tingkat post larva, selama musim panas, larva-larva udang mencapai daerah pantai memasuki muara sungai sebagai post larva. Disini mereka harus menyesuaikan diri dengan suhu dan salinitas yang bervariasi antara 4-35 o oo 2 Tingkat juvenil, setelah tinggal di muara sungai, maka post larva berkembang menjadi udang muda, yang makan dan tumbuh di muara-muara sungai sampai umur 2 bulan. Setelah dewasa migrasi ke daerah lepas pantai. Udang penaeid yang memijah di lepas pantai, akan melepaskan telur secara demersal. Setelah 24 jam telur akan menetas menjadi larva nauplius. Nauplius ini bersifat planktonik, bergerak mengikuti arus dan gelombang menuju daerah asuhan nursery ground di daerah pantai, estuary atau muara sungai. Larva udang mengalami metamorfosis menjadi yuwana dalam perjalanannya menuju daerah pantai. Proses metamorfosis dari larva sampai yuwana berlangsung selama tiga sampai empat bulan, sedangkan dari yuwana untuk mencapai udang dewasa diperlukan waktu selama delapan bulan Munro diacu oleh Soegiarto et al., 1979 . 2.1.4 Tingkah laku dan distribusi udang penaeid Udang mempunyai dua periode tingkah laku yang berbeda yaitu aktif dan pasif. Udang melakukan aktifitas pada malam hari dan membenamkan diri pada siang hari. Menjelang matahari terbit udang membenamkan diri di dalam lumpur atau pasir atau mencari tempat yang agak gelap. Juvenil yang hidup di daerah estuaria menguburkan diri selama siang hari pada dasar yang lembek untuk menghindari gangguan ikan predator sampai tumbuh menjadi udang muda. Migrasi udang dari satu tempat ke tempat lain disebabkan oleh migrasi untuk mencari makanan, migrasi untuk memijah, dan migrasi untuk mempertahankan diri dari perubahan iklim. Dalam usaha pencarian makanannya udang penaeid bersifat omnivora, juga pemakan detritus dan sisa-sisa organik lainnya baik hewani maupun nabati. Dilihat dari kenyataan bahwa udang mempunyai pergerakan yang hanya terbatas dalam mencari makan, sedangkan udang selalu menjadi sumberdaya dan hasil tangkapan oleh manusia, maka udang dapat dikatakan mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri dengan makanan yang tersedia di lingkungannya, dengan kata lain bersifat tidak terlalu memilih-milih Soegiarto et al., 1979. Udang dewasa biasanya terdapat pada perairan pantai yang dangkal. Bila paparan benuanya shelf cukup landai dapat mencapai jarak 150 km dari pantai sampai kedalam antara 15 -35 meter. Udang-udang muda yuwana dan udang dewasa mempunyai toleransi suhu antara 10-40 o C, tapi jarang ditemukan pada 36 o C atau lebih. Toleransi salinitas udang-udang muda sampai 5 o oo dan udang dewasa jarang terdapat pada perairan dengan salinitas lebih dari 33-36 o oo Munro,1968 diacu oleh Naamin, 1984. Perairan yang disenangi adalah yang airnya agak keruh turbid water dengan dasar lumpur yang lumer atau campuran pasir dengan lumpur Unar,1965 diacu oleh Naamin,1984. Larva udang ternyata melakukan ruaya secara vertikal pada jam-jam gelap, tetapi tingkah laku ini hilang setelah pasca larvanya berada di sungai. Pola kehidupan udang tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi lingkungan. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap periode, migrasi musiman. Migrasi yang dilakukan udang ini selalu terjadi dalam siklus hidupnya, mulai dari bentuk telur hingga menjadi udang dewasa. Hal ini terjadi sebagai suatu reaksi terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuhnya, baik itu yang disebabkan faktor luar atau faktor dari dalam dirinya sendiri. Migrasi merupakan suatu upaya yang dilakukan udang untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya Gunarso, 1985.

2.2 Teknologi Penangkapan Udang Penaeid dengan Trammel Net