4. Tenaga kerjaABK X
4
Tenaga kerja adalah setiap nelayan yang terlibat langsung di dalam usaha penangkapan ikan udang di laut termasuk juru mudi.
5. Daya mesin X
5
Daya mesin adalah kekuatan mesin dalam menggerakkan perahu, sehingga sangat menentukan kecepatan gerak perahu. Ukuran daya mesin dinyatakan
dalam satuan PK. 6.
Tinggi jaring X
6
Ukuran jaring antara tali ris bawah dengan tali ris atas, diukur dalam satuan meter.
7. Ukuran perahu GT X
7
Ukuran perahu dinyatakan dalam gross tonnage GT, semakin besar GT maka semakin besar kapasitas muat perahu tersebut. Besarnya GT perahu
akan menentukan jarak operasi penangkapan ikan, karena dengan memperbesar GT memungkinkan perahu beroperasi lebih jauh dari pantai.
Untuk mendapatkan GT perahu digunakan rumus berikut Nomura and Yamazaki, 1975 :
353 ,
× ×
× ×
= C
D B
L GT
Keterangan : L = panjang perahu m
B = lebar perahu m D = dalam perahu m
C = konstanta bahan perahu fiber = 0,55
3.4.3 Analisis usaha
Menurut Kadariah et al. 1999, Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama
usaha tersebut berjalan. Analisis usaha ini dapat dijadikan sebaga sumber pegangan untuk memperhitungkan dan menentukan langkah dalam memperbaiki
atau meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Komponen yang digunakan dalam analisis usaha meliputi biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan
yang diperoleh dari usaha perikanan. Dalam analisis usaha, dilakukan analisis
usaha pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period
serta analisis break event point Djamin 1984. Analisis usaha yang dilakukan dalam usaha perikanan udang penaeid adalah analisis usaha pendapatan
usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio, analisis break event point
BEP, return of investment ROI serta payback period PP.
1. Analisis pendapatan usaha
Untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang sedang dijalani berhasil atau tidak maka dilakukan analisis pendapatan usaha yang bertujuan mengetahui
besarnya keuntungan yang diperoleh dengan rumus Djamin, 1984. Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan usaha tersebut adalah :
TC TR
− =
π Keterangan :
π : keuntungan TR
: total penerimaan TC
: total biaya Dengan kriteria :
1 TR TC, maka usaha tersebut menguntungkan dan dapat dilanjutkan
2 TR TC, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilanjutkan
3 TR = TC, maka usaha tersebut berada dalam titik impas.
2. Analisis imbangan penerimaan dan biaya revenue-cost ratio
Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah
nilai penerimaan sebagai manfaatnya Djamin 1984. Rumus yang digunakan adalah :
RC = TRTC Keterangan :
TR : total penerimaan
TC : total biaya
Dengan kriteria 1
Jika RC 1, maka kegiatan usaha mendapatkan keuntungan
2 Jika RC 1, maka kegiatan usaha menderita kerugian
3 Jika RC = 1, maka usaha berada dalam titik impas atau usaha tidak
mendapatkan untung atau rugi. 3. Break event point BEP
Skala usaha perlu diketahui pada jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah
penjualan dan volume produksi yang dapat mencapai keuntunngan tertentu. Analisa break even point BEP dihitung dengan rumus Edris, 1983 diacu dalam
Citrasari, 2004, yaitu :
Penjualan k Tetap
Biaya Tida p
Biaya Teta BEP
− =
1 Rp
k Tetap Biaya Tida
Penjualan oduksi
p Biaya Teta
BEP −
× =
Pr Kg
4. Return of investment ROI Tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang
ditanamkan dalam suatu usaha dapat dihitung dengan rumus Munawir, 1988 diacu dalam
Ariestine, 2001 : Investasi
Keuntungan ROI
= 5.
Payback period PP Payback period
PP merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek, payback
period dapat dihitung dengan rumus Djamin, 1984 : 1
tahun Keuntungan
Investasi PP
× =
3.4.4
Alokasi jumlah unit penangkapan optimum
Optimalisasi terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan menggunakan analisis “goal programming”, yaitu mengalokasikan jumlah alat
tangkap dengan tujuan mengoptimalkan hasil tangkapan udang, mengoptimalkan ketersediaan es dan ketersediaan BBM. Prinsip dasar dari analisis goal
programming atau disebut juga analisis program tujuan ganda adalah berusaha
meminimalkan deviasi dari berbagai tujuan, sasaran, atau target yang hendak dicapai.
Model matematik dari linear goal programming dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan: Meminimalkan Z = P
1
dB
1
+dA
1
+ P
2
dB
2
+dA
2
+ P
3
dB
3
+dA
3
+ P
4
dB
4
+ P
5
dB
5
+ P6 dB
6
+ P7 dB
7
Kendala-kendala tujuan ST: 1.
a
11
x
1
+ a
12
x
2
+ ... + a
in
x
n
+ dB
1
- dA
1
= b1 2.
a
21
x
1
+ a
22
x
2
+ ... + a
in
x
n
+ dB
2
- dA
2
= b2 3.
a
31
x
1
+ a
32
x
2
+ ... + a
in
x
n
+ dB
3
- dA
3
= b3 4.
x
1
- dB
4
≥ b4 5.
x
2
- dB
5
≥ b5 6.
x
3
- dB
6
≥ b6 7.
x
4
- dB
7
≥ b7 Keterangan :
Z : Fungsi tujuan total deviasi yang akan diminimumkan
P1 – P5 : Urutan prioritas tujuan dimana P1P2P3P4P5
dB
1
- dA
1
: Jumlah hasil tangkapan ikan yang telah tidak tercapai atau sudah terlewati dB
2
- dA
2
: Jumlah persediaan es yang telah tidak tercapai atau sudah terlewati dB
3
- dA
3
: Jumlah persediaan BBM yang telah tidak tercapai atau sudah terlewati dB
4
: Jumlah perahu jolor yang telah ditetapkan telah dilewati dB
5
: Jumlah perahu johnson yang telah ditetapkan telah dilewati dB
6
: Jumlah perahu ketinting yang telah ditetapkan telah dilewati dB
7
: Jumlah perahu pkp yang telah ditetapkan telah dilewati x
n
: Jenis armada penangkapan ikan ke-n X
1
= perahu jolor, X
2
= perahu johnson, X
3
= perahu ketinting dan X
4
= kapal pkp a
: Parameter fungsi kendala pada armada penangkapan ke-n b
: Kapasitas kendala dimana b1 JTB, b2 persediaan es, b3 persediaan BBM, b4 jumlah existing jolor, b5 jumlah existing johnson, b6 jumlah
existing ketinting, b7 jumlah existing pkp
Data yang dibutuhkan dalam analisis goal programming adalah sebagai berikut:
1. Jumlah hasil tangkapan per trip per armada penangkapan dan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan; 2.
Jumlah kebutuhan es per trip per armada penangkapan dan kapasitas persediaan es;
3. Jumlah kebutuhan BBM per trip per armada penangkapan dan kapasitas
persediaan BBM; 4.
Jumlah existing setiap armada penangkapan. Data tersebut diperoleh dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh
responden nelayan ditambah dengan perolehan data sekunder dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sorong Selatan. Selanjutnya model goal
programming tersebut diatas diproses dengan menggunakan software LINDO.
3.4.5
Strategi pengembangan
Proses penentuan alternatif kebijakan pengembangan perikanan udang penaeid menggunakan aplikasi hierarki analitik analitical hierarchy process-
AHP. Kriteria untuk alternatif pengembangan perikanan udang penaeid di Kabupaten Sorong Selatan adalah sebagai berikut :
1. Aspek biologi, yaitu ditinjau dari aspek biologi yang berarti tidak merusak
lingkungan dan tidak mengganggu kelestarian sumberdaya. 2.
Aspek teknis, yaitu dari aspekteknis kebijakan yang diambil bersifat efisiensi teknis yang optimum
3. Aspek sosial, yaitu kebijakan yang diambil bersifat sosial yang dapat
diterima oleh masyarakat khususnya nelayan. 4.
Aspek ekonomi, yaitu kebijakan yang diambil bersifat menguntungkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Menurut Saaty 1993, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu :
1. Prinsip menyusun hierarki
Pada bagian ini mencakup pertimbangan-pertimbangan ataupun langkah- langkah menuju suatu keputusan yang akan diambil. Sasaran utama yang
merupakan suatu tujuan, disusun ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya lagi, dan
seterusnya secara hierarki. Sehingga persoalan yang sangat kompleks dipecah menjadi bagian-bagiannya sehingga memudahkan pengambilan keputusan.
Penyusunan hierarki untuk menggambarkan saling ketergantungan elemen-elemen dalam upaya pengembangan perikanan udang penaeid di Kabupaten Sorong
Selatan seperti pada Gambar 8.
Pengusaha Perikanan
Pedagang Dinas
Perikanan
Usaha penang-
kapan berkelan-
jutan Hasil
tangka- pan
tinggi Keuntu
ngan usaha
maksi mal
Kesejahte raan
nelayan mening
kat Potensi
SDI lestari
Mutu udang
baik PAD
meni ngkat
Lapang an kerja
mening kat
Pemas aran
dan harga
terja min
Pembinaan nelayan dan
kerjasama antar
pelaku Meningkat
Aspek kelem
bagaan Teknologi
Peluang pasar
SDM Sarana
dan prasarana
Potensi SDI
Meningkat kan
produksi udang
penaeid Mengembang
kan alat tangkap yang
ramah lingkungan
kan potensi pasar
Meningkat kan sarana
dan prasarana
Nelayan
PENGEMBANGAN PERIKANAN UDANG PENAEID
FOKUS
FAKTOR AKTOR
TUJUAN
ALTERNATIF KEBIJAKAN
Gambar 8 Hierarki untuk pengembangan udang penaeid. 2. Prinsip menetapkan prioritas
Menetapkan prioritas dimaksudkan untuk dapat membandingkan tingkat kepentingan dari berbagai pertimbangan yang ada. Perbandingan dilakukan
dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan elemen pada satu tingkat di atasnya.
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas dari elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah membuat matriks banding berpasang. Dibuat
dari puncak hierarki, kemudian satu tingkat di bawahnya dan seterusnya dibuat untuk keseluruhan tingkatan hierarki. Matriks banding berpasang dapat
berdasarkan pendapat perseorangan matriks individu, dapat pula berdasarkan pendapat dari beberapa orang matriks gabungan.
Tabel 8 Matriks untuk perbandingan berpasang
C A1 A2 A3 A4 A5 ... An
A1 A2
A3 A4
A5 .
An 1 a12 a13 a14 a15 ... a1n
1a12 1 a23 a24 a25 ... a2n 1a13 1a23 1 ... a3n
1a14 1a24 1 ... a4n 1a15 1a25 1a35 1 ... a5n
. 1a1n 1a2n 1a3n 1a4n ... 1
Keterangan : C
: Kriteria atau sifat yang digunakan untuk pembandingan A1,A2,....An
: Set elemen yang akan dibandingkan, satu tingkat di bawah C
A12,A13,......A1n : Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang
mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj. 3.
Prinsip konsistensi logis Pada prinsip ini harus konsisten terhadap pilihan yang telah diputuskan,
dan elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten dengan kriteria yang logis. Konsistensi sangat penting dalam pengambilan
keputusan. Konsistensi memiliki dua makna yaitu: pertama, obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya, kedua, konsistensi
terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai
pertimbangan melalui rasio konsistensi consistency ratio : CR. Nilai rasio konsistensi harus 10 atau kurang. Jika rasio konsistensi lebih dari 10,
pertimbangan tersebut mungin acak dan perlu diperbaiki. Nilai indeks acak RI
dari matriks berordo 1 sampai dengan 10 yang digunakan untuk menentukan rasio konsistensi CR seperti tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9 Nilai random consistency index RI untuk jumlah elemen n 1 sampai dengan 10 Nurani , 2003
N RI N
RI 1 0,00
6 1,24
2 0,00 7
1,32 3 0,58
8 1,41
4 0,90 9
1,45 5 1,12
10 1,49
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Potensi Sumberdaya Udang