dalam perang, zaid mengatakan kemudian para sahabat memeriksa barang bawaanya lalu di temukan manic-manic permata milik orang yahudi yang seharga
dua dirham.
79
Hadis lain menjelaskan dari Sahih Muslim
: :
ع ص ع : ق ء غ
ع ه ص ه ق : ق ع ع ض
ع غ ظع غ ا ا ء غ ق عف
ص
Artinya : Zuhair bin Harb menyampaikan kepada kami dari Abdu Samad bin abdul warits dari almustamir bin arrayan, dari abu nadharah, dari abu said bahwa
Rasulullah Sawbersabda : pada hari kiamat nanti, setiap penghianat akan membawa bendera yang akan dikibarkanya tinggi-tinggi sesuai dengan penghiantanya.
Ketahuilah , tidak ada penghiatan yang lebih besar dari pada seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
80
Hadis ini menceritakan seorang sahabat Hatib Ibn Al Bataah yang melakukan
penghianatan kepada Rasulullah Saw yaitu membocorkan informasi penyerangan ketika Fathul Makkah, setelah tertangkap, yang di usulkan oleh Umar bin Khotob
adalah memenggal lehernya, namun Rasulullah Saw memaafkanya.
81
Dari penjelasan di atas banyak hadis atau ayat al-quran yang menjelaskan bahwa sanksi terhadap tentara yang melakukan tindak pidana mulai dari desersi, tidak
79
Abu Abdullah muhamad bin yazid al-qazwini ibnu majah, enslopedia hadits sunan ibnu majah, Jakarta : al-mahira, 2012,h. 515
80
Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi, ensklopedia hadits shahih muslim 2, Jakarta : Al-Mahira, 2012, h. 140.
81
Nizar Abazhah, Perang muhamad kisah perjuangan dan pertempuran Rasulullah SAW, Jakarta : Zaman, 2011,h. 216
asal membunuh ketika melakukan perang, dan tidak asal mengambil barang ketika perang.
Sangksi yang di jelaskan bahwa jika desersi masuk terhadap sifat khianat dan hukumanya adalah berupa ta`zir, selanjutnya jika melakukan pembunuhan yang tidak
tepat ketika perang sangksi terhadapnya adalah dihukum seperti membunuh seperti biasa dan hukumanya adalah qishas, sedangkan hadis yang menjelaskan ghulul ketika
perang sanksinya adalah jika sudah mati maka Rasulullah SAW sendiri tidak mau menshalatkan, tapi jika masih hidup dari penjelasan ulama hukumanya adalah berupa
ta`zir hukumnya.
82
C. Penganiayaan Dalam Hukum Islam
Menurut Madjloes
83
, yang dimaksud dengan penganiayaan dalam hukum Islam adalah: dengan sengaja melakukan perbuatan sehingga menimbulkan cidera
atau cacat pada seseorang yang terkena perbuatan itu. Contohnya pemukulan dengan sengaja terhadap orang lain sehingga menyebabkan luka.
84
Penganiayaan sebagai bentuk kejahatan jarimah oleh fuqaha, di bawa dalam satu bab Kitab khusus yang dimaksud dalam kitab jinayat, termasuk dalam
82
http:wiyonggoputih.blogspot.co.id201603penjelasan-hukum-koruptor.html di unduh pada tanggal 27 juni 2016.
83
Adalah dosen pengajar hukum di universitas Sumatra utara.
84
Dalam situs berita Malaysia, TM mengaku selama enam bulan disiksa oleh majikanya, di pukuli dan di cabut giginya ketika pingsan. Sigiranus marutho” Tkw di Malaysia disiksa” di akses 16
september.2016.http:regional.kompas.comread2014122522tkwMalaysiadisiksa=www.google.co. id.
pembahasan mengenai masalah pembunuhan, pencurian, prostitusi, penganiayaan, perampokan, dan bentuk kriminal lainya.
Penganiayaan di indentikan dengan melukai, yang dalam bahasa arab disebut Jirahah yang artinya pelukaan istilah jirah ini dipergunakan dalam ilmu fikih pada
perbuatan yang melukai badan, menghilangkan nyawa, baik disertai dengan luka atau tidak, seperti membunuh dengan racun, serta tindakan-tindakan lain yang
menghilangkan manfaat alat tubuh, seperti menjadi buta, tuli, dan lainya
85
Adapun jenis-jenis jarimah penganiayaan yaitu sebagai berikut, 1. Memotong anggota tubuh atau bagian yang semakna dengannya.
2. Menghilangkan fungsi anggota tubuh, walaupun secara fisik anggota tubuh tersebut masih utuh.
3. Melukai di bagian kepala korban. 4. Melukai di tubuh korban
5. Melukai bagian-bagian lain yang belum disebutkan di atas. Pertama, penganiayaan berupa memotong atau merusak anggota tubuh
korban, seperti memotong tangan, kaki, atau jari, mencabut kuku, mematahkan hidung, memotong zakar atau testis, mengiris telinga, merobek bibir, mencukil mata,
melukai plupuk dan bagian ujung mata, merontokan dan mematahkan gigi, serta menggunduli dan mencabut rambut kepala, janggut, alis, atau kumis.
85
Amir Syarifudin, Garis-garis besar fiqih, Bogor, kencana, 2003,h. 269
kedua, menghilangkan fungsi anggota tubuh korban, walaupun secara fisik masih utuh. Misalnya merusak pendengaran, membutakan mata, menghilangkan
fungsi daya penciuman dan rasa, membuat korban bisu, membuat korban impoten atau mandul, serta membuat korban tidak dapat menggerakan tangan dan kakinya
lumpuh. Tidak hanya itu, penganiayaan dari sisi psikis, seperti intimidasi dan teror, sehingga korban menjadi stress atau bahkan gila, juga termasuk ke dalam kategori ini.
Ketiga, penganiayaan fisik dibagian kepala dan wajah korban. Dalam bahasa Arab, terdapat perbedaan istilah antara penganiayaan dibagian kepala dan tubuh.
Penganiayaan dibagian kepala disebut Al~Syajjaj, sedangkan di bagian tubuh di sebut Al~Jirahah. lebih jauh, Abu hanifah secara khusus memahami bahwa istilah
Al~Syajjaj , hanya dipakai pada penganiayaan fisik dibagian kepala dan wajah, tepatnya dibagian tulang, seperti tulang dahi, kedua tulang pipi, kedua tulang pelipis,
dan tulang dagu. Abu Hanifah tidak menggunakan istilah ini untuk penganiayaan terhadap kulit kepala atau wajah. Sementara itu, ulama-ulama fiqih pada umumnya
tidak hanya membatasi pada penganiayaan bagian tulang kepala dan wajah, tetapi semua jenis penganiayaan yang melukai bagian tersebut.
86
Dengan memerinci jenis-jenis luka di bagian kepala dan wajah, Abu Hanifah mengemukakan sebelas istilah yang berbeda satu sama yang lain, yaitu sebagai
berikut. 1. Al~Kharisah, yaitu pelukaan pada bagian permukaan kulit kepala yang
tidak sampai mengeluarkan darah.
86
Nurul Irfan dan Masyrofah, fiqh jinayah, Jakarta : Amzah , 2014, Hlm.11
2. Al~Dami`ah, yaitu pelukaan yang berakibat keluar darah, tetapi hanya menetes seperti dalam tetesan air mata.
3. Al~Damiyyah, yaitu pelukaan yang berakibat darah mengucur keluar deras.
4. Al~Badi`ah yaitu pelukaan yang berakibat terkoyaknya atau terpotongnya daging dibagian kepala korban.
5. Al~Mutalahamah, yaitu pelukaan yang berakibat terpotongnya daging dibagian kepala lebih banyak dan lebih parah dibanding pada kasus
Al~Badi`ah dua istilah tersebut memang sangat mirip, sehingga Muhamad Bin Yusuf Al-Syaibani menganggap bahwa Al-Badi`ah lebih parah dari
pada Al-Mutalahamah. Menurutnya, Al-Badi`ah ialah pelukaan yang dapat mengoyak daging, mengeluarkan darah, dan bekas lukanta berwarna
hitam. 6. Al~Samhaq, yaitu pelukaan yang berakibat terpotongnya daging hingga
tampak lapisan antara kulit dan tulang kepala. Istilah ini disebut juga Al~Syajjah.
7. Al~Mudihah, yaitu pelukaan yang lebih parah dari pada As-Samhaq. Tulang korban mengalami keretakan kecil, seperti goresan jarum.
87
8. Al~Hasyimah, yaitu pelukaan yang berakibat remuknya tulang korban 9. Al~Manqalah, yaitu penganiayaan yang mengakibatkan tulang korban
menjadi remuk dan bergeser dari tempatnya semula.
87
Nurul Irfan dan Masyrofah, fiqh jinayah, Jakarta : Amzah , 2014, Hlm.12