2. Al~Dami`ah, yaitu pelukaan yang berakibat keluar darah, tetapi hanya menetes seperti dalam tetesan air mata.
3. Al~Damiyyah, yaitu pelukaan yang berakibat darah mengucur keluar deras.
4. Al~Badi`ah yaitu pelukaan yang berakibat terkoyaknya atau terpotongnya daging dibagian kepala korban.
5. Al~Mutalahamah, yaitu pelukaan yang berakibat terpotongnya daging dibagian kepala lebih banyak dan lebih parah dibanding pada kasus
Al~Badi`ah dua istilah tersebut memang sangat mirip, sehingga Muhamad Bin Yusuf Al-Syaibani menganggap bahwa Al-Badi`ah lebih parah dari
pada Al-Mutalahamah. Menurutnya, Al-Badi`ah ialah pelukaan yang dapat mengoyak daging, mengeluarkan darah, dan bekas lukanta berwarna
hitam. 6. Al~Samhaq, yaitu pelukaan yang berakibat terpotongnya daging hingga
tampak lapisan antara kulit dan tulang kepala. Istilah ini disebut juga Al~Syajjah.
7. Al~Mudihah, yaitu pelukaan yang lebih parah dari pada As-Samhaq. Tulang korban mengalami keretakan kecil, seperti goresan jarum.
87
8. Al~Hasyimah, yaitu pelukaan yang berakibat remuknya tulang korban 9. Al~Manqalah, yaitu penganiayaan yang mengakibatkan tulang korban
menjadi remuk dan bergeser dari tempatnya semula.
87
Nurul Irfan dan Masyrofah, fiqh jinayah, Jakarta : Amzah , 2014, Hlm.12
10. Al~Amah, yaitu penganiayaan yang mengakibatkan tulang menjadi remuk dan bergeser , sekaligus tampak tipis antara tulang tengkorak dan otak
menjadi robek dan menembus otak korban. 11. Al~Damighah, yaitu penganiayaan yang lebih parah dari pada Al-Amah.
Lapisan tipis antara tulang dan tengkorak dan otak menjadi robek dan menembus otak korban.
Berbeda dengan perincian Imam Abu Hanifah di atas, Imam Malik hanya memerinci
menjadi sepuluh
macam, 1.Al-Damiyyah,2Al-Kharisah,3Al-
Samhaq,4Al-badi`ah,5Al-Mutalahamah, 6Al-Mulatah,
7Al-Mudihah, 8Al-
Manqalah,9Al-Amah,10Al-Damighah. Dalam perincian Imam Malik, tidak terdapat istilah pelukaan yang di sebut
Al-Hasyimah, karena jenis luka ini terdapat pada tubuh bukan pada bagian kepala dan wajah. Sementara itu, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa
jenis pelukaan di bagian kepala dan wajah terdiri atas sepuluh macam. Akan tetapi, mereka tidak menganggap Al-Damighah. Imam Ahmad memberi nama jenis luka Al-
Damighah dengan istilah Al-Bazilah. Namun demikian, keduanya sepakat memberi nama luka yang kesepuluh dengan Al-Ma`mumah atau Al-Amah.
Dari beberapa istilah yang dikemukakan oleh para ulama, tampak jelas bahwa masalah-masalah mendetail seperti ini sudah menjadi bahan perbincangan ulama
klasik. Namun sayangnya semua hanya sebatas teori dan luput dari perhatian tim perumus undang-undang pidana.
Keempat,penganiayaan di bagian tubuh korban. Jenis yang disebut dengan istilah Al~Jarh ini, terdiri dari dua macam, yaitu Al-Jaifah dan Ghair Al-Jaifah.
Maksud dari Al~Jaifah ialah pelukaan yang menembus perut atau dada korban. Adapun yang di sebut Ghair Al~Jaifah ialah semua jenis pelukaan yang tidak
berhubungan dengan bagian dalam tubuh korban. Kelima, penganiayaan yang tidak termasuk ke dalam empat kategori di atas.
Penganiayaan ini tidak mengakibatkan timbulnya bekas luka yang tampak dari luar, tetapi mengakibatkan kelumpuhan, penyumbatan darah, gangguan saraf, atau luka
bagian organ vital.
88
Adapun pendapat bahwa tindak pidana penganiayaan tidak ada yang di sebut penganiayaan yang menyerupai sengaja, akan tetapi yang ada hanyalah
kekerasan fisik sengaja dan karena kesalahan.
89
Adapun sanksi bagi pelakunya adalah hukuman pokoknya berupa qishas dan kaffarah jika sampai menyebabkan kematian. Hukuman penggantinya adalah puasa
dan Ta`zir dan hukuman tambahanya adalah hilangnya hak waris dan hak mendapat wasiat
90
88
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta : Amzah , 2014,h. 13
89
Wahbah Zuhaili, Fikh Al-islam wa Adilatuhu, jilid VII, penerjemah : Abdul Hayyi Al- Kattani,Jakarta :Gema Insani,2011,h. 664
90
Djazuli. Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta :Grafindo, 1997 ,h. 146
BAB IV ANALISA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG
No 36K-PM-II-08IIAU2015,
TENTANG PENGANIAYAAN OKNUM TNI TERHADAP ANGGOTA
A. Kronologis perkara
Pada hari jumat tanggal 25 Januari 2013 pukul 21:00 Wib, Saksi-1 bersama saksi-2 dan saksi 3serta letinganya, yang lain melaksanakan pembinaan fisik
dilapangan Voly Mess Walet Bekmatpus Dismatau dengan melakukan push up , sit up, merayap, jungkir balik, guling-guling dilanjutkan dengan melaksanakan apel
malam pengarahan yang di ambil oleh terdakwa secara bergantian.
91
Selanjutnya para terdakwa memerintahkan kepada saksi-1, saksi-2 dan saksi- 3 serta letinganya yang lain untuk berbaris menjadi dua saff dan diambil oleh para
terdakwasenior letting Bintara PK A-35 sebanyak 7 orang, kemudian salah satu terdakwa berteriak mengatakan “yang dinas di dalam maju kedepan?” lalu saksi-1
bersama dengan serda Angga dan serda Oky maju kedepan barisan, lalu para terdakwa secara bergantian bertanya kepada saksi-1 serda Angga dan serda Oky
dengan kata- kata “kenapa kamar mandi kalian kotor, kamar mandi senior kotor, apa
yang kamu bersihkan ? lalu saksi-1 men jawab “sudah saya bersihkan”. Lalu saksi-1
91
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan nomor : 36-kPM II- 08AUII2015,h. 6
langsung dipukul terdakwa VI Kurnia Aji Kusuma mengenai bagian perut hingga saksi-1 jatuh, tetapi terdakwa VI mengira kalau saksi-1 berpura-pura.
92
Kemudian terdakwa VI memerintahkan saksi-1 untuk mengambil posisi kayang, dan pada saat kayang tiba-tiba terdakwa VII langsung memukul saksi-1 dari
atas mengenai bagian perut secara berulang kali, kemudian memukul saksi-2 dan saksi-3 secara bergantian, sedangkan saksi-1 matanya ditutup dengan kaos oleh
terdakwa VII karena disangka berpura-pura jatuh, ketika saksi-1 penutup mukanya dibuka maka terdakwa II memukul perutnya saksi-1 dengan tangan terkepal
mengenai ulu hati dan perut bagian bawahnya hingga terjatuh, lalu saksi-1 diperintahkan untuk istirahat hingga selesai apel malam.
Akibat perbuatan para terdakwa melakukan tindakan kekerasan atau pemukulan terhadap saksi-1, saksi-2 dan saksi-3 dan letting saksi-1 yang lain
tersebut, Pada tanggal 14 Februari 2013, saksi-1 melaksanakan operasi pada bagian perut karena menurut keterangan dokter pada bagian usus 12 jari saksi-1 tidak
berfungsi, selanjutnya dokter menyampaikan bagian lambung dan pangkreas saksi-1 ditemukan luka sehingga diperlukan untuk dirawat atau opnam di RSAU Antariksa.
93
B. Putusan pengadilan
menyatakan para terdakwa I Muhamad Alfan Al-Faruqi, terdakwa II Tyan Andhika, terdakwa III Guruh Sandhi, terdakwa IV Yan Wijaya Windu, terdakwa V Aldino
92
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan nomor : 36-kPM II- 08AUII2015,h. 6
93
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan nomor : 36-kPM II- 08AUII2015,h. 7
Bagus , terdakwa VI Kurniawan Aji, terdakwa VII Prayoga Striyansah, telah terbukti secara sah dan meyak
inkan bersalah melakukan tindak pidana : “penganiayaan yang dilakukan secara bersama-
sama”. Oleh karena itu memidana dengan pidana penjara selama 5 bulan, membebankan biaya dengan 10.000
94
C. Analisa putusan menurut hukum positif
Hukum Pidana Militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang militer tentang tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau kejahatan
atau merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman berupa sanksi pidana terhadap pelanggarnya. Hukum Pidana Militer bukanlah suatu hukum yang mengatur
norma, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh prajurit TNI atau yang menurut ketentuan undang-undang
dipersamakan dengan prajurit TNI.
95
Contohnya seperti, premanisme, penganiayaan, main hakim sendiri, tindakan asusila.
Jenis Hukuman Yang Dapat Diberlakukan Bagi Pelaku Tindak Penganiayaan TNI Hukuman Yang Dapat Diberlakukan Bagi Pelaku Tindak penganiyaan
Menurut Pasal 6 KUHPM terbagi atas 2 jenis hukuman, yaitu : 1. Pidana-pidana utama , terdiri atas :Pidana Mati, Pidana Penjara, Pidana
Kurungan, Pidana Tutupan UU No. 20 Tahun 1946 2. Pidana-pidana tambahan, terdiri atas :
94
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan nomor : 36-kPM II- 08AUII2015,h. 39
95
http:www.scribd.comdoc87702295pidana-militer-baru diunduh pada tanggal 6 juni 2016, 20: 00
Ke-1, Pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya untuk memasuki angkatan bersenjata.
Ke-2, Penurunan pangkat. Ke-3, Pencabutan hak-hak yang disebutkan pada pasal 35 ayat pertama pada
nomor-nomor ke1, ke-2 dan ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
96
Dalam UU peradilan militer memiliki absolute terhadap prajurit yang di persamakan dengan parjurit berdasarkan UU dan itu berlaku di kalangan militer
97
dari beberapa penjelasan mengenai hukuman yang ada diatas, ada satu contoh yang masuk
dalam kategori pidana penganiayaan dan masuk pada nomor ke-1. adapun contohnya seperti yang ada pada penjelasan kasus di bawah ini.
Pengadilan militer II-08 jakarta yang bersidang di Jakarta dalam memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan
sebagaimana tercantum di dalam lembaran putusan ini : Terdakwa I : Muhamad alfan alfaruqi
Terdakwa II : Tyan andika farna Terdakwa III : Guruh Sandy Ardhitama
Terdakwa IV : Yan wijaya windu Terdakwa V : Aldino bagus setiayasan
Terdakwa VI : Kurniawan aji kusuma
96
Undang-undang Republik Indinesia nomor 26 tahun 1997 tentang Hukum Displin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
97
Kontras, Menerobos Jalan Buntu Kajian Terhadap Sistem Peradilan Militer di Indonesia, Jakarta: Rinam Antartika,2009,h. 47