Latar belakang masalah PENDAHULUAN
banyak pihak. Banyak kalangan menghendaki anggota militer yang melakukan tindak pidana umum diadili dalam peradilan umum. Berbeda dari ketentuan yang masih
berlaku, yaitu diadili di dalam peradilan militer. Tentang hal ini, sesungguhnya TNI tidak dalam kapasitas setuju atau tidak setuju terhadap peradilan umum bagi prajurit
yang melakukan tindak pidana umum. Dalam hal itu sistem ketatanegaraan pun melindungi atau memiliki beberapa
sistem pelayanan peradilan, selain peradilan militer. ada peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha Negara. Semuanya ini diatur dalam undang-undang RI
Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman
8
. Khusus peradilan militer, secara internal TNI telah melakukan sosialisasi
kepada anggota. Suatu saat, apabila prajurit TNI melakukan tindak pidana umum. Sebagai akses dari interaksi sosial, tidak tertutup kemungkinan adanya prajurit yang
melakukan perbuatan pelanggaran. Perbuatan penyalahgunaan hukum itu, adakalanya dengan ketentuan disiplin, tindakan dispilin adalah tindakan seketika yang dapat di
ambil oleh setiap atasan terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran hukum baik perdata maupun pidana.
9
8
Bahwa kekuasaan kehakiman menurut undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh sebuah mahkamah
konstitusi,untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan,Djoko Suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif, Jakarta: Pusat Pendidikan TNI, 2007, h. 80
9
Pelanggaran atau perbuatan melawan hukum tersebut dapat merugikan rakyat, hak asasi manusia, institusi TNI, maupun Negara. hukum yang berlaku. Tidak ada kebijakan apapun dari TNI
yang bertujuan mengintervensi proses hukumnya. Disahkan dengan keputusan Panglima TNI Nomor kep 22 VIII 2005 tanggal 10 agustus 2005,Peraturan Disiplin PrajuritTtentara Nasional Indonesia.
Jakarta: Markas Besar TNI, h. 2
Penegakan hukum bagi TNI merupakan keharusan.
10
seperti halnya pada kasus-kasus lain, prinsip mengedepankan penegakan hukum pun tampak dalam
penanganan kasus penganiayaan warga didesa Alas Tlogo di Pasuruan, Jawa Timur. Peristiwa yang menewaskan empat warga dan tujuh luka-luka itu terjadi sebagai
akses persengkataan tanah antara penduduk dengan TNI AL ini pun disikapi dengan mengedepankan proses hukum.
11
Begitu pun kasus yang ada di lingkungan TNI yaitu, majelis hakim Pengadilan Militer III-13 Madiun, Jawa Timur, Senin, 27 Juni 2016, memvonis tiga
dari lima Ankatan Darat, terdakwa pelaku penganiayaan yang menewaskan Kopral Kepala APH, ajudan Komandan Komando Distrik Militer Kodim 0812 Lamongan,
Letnan Kolonel ARM. Tiga terdakwa itu adalah Sersan Kepala Mintoro, Sersan Dua AM dan Sersan Mayor AP. Majelis hakim yang diketuai Letnan Kolonel Laut
KHW Tuty Kiptiani mengatakan ketiga terdakwa diganjar hukuman sesuai perannya masing-masing. Mintoro dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara. Dia
dinyatakan terbukti bersalah, yakni ikut melakukan penganiayaan secara bersama- sama yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Hal itu sesuai dakwaan oditur
militer, yakni pasal 351 ayat 3 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.
12
kasus yang
10
Dari jumlah keseluruhan TNI untuk sekarang ini 434,410 terdiri dari Ankatan Laut,Darat,Udara dan setiap matra terdapat kasus penyalah gunaan hukum oleh karena itu penegakan
hukum bagi TNI merupakan keharusan yang wajib diperbaiki. Tentara Nasional Indonesia https:googleweblight.comlite_url=httpps:id.m.wikipedia.orgwikiTentara_Nasional_Indonesia=w
w.google.co.id diakses 12september 2016.
11
Djoko Suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif , Jakarta ;pusat pendidikan TNI,2007, h. 81
12
Tuty kiptiyani sebagai hakim, menjelaskan, pertimbangkan yang memberatkan para terdakwa karena melanggar sumpah prajurit. Mereka juga tidak menghentikan Komandan Kodim 0812
sama terjadi di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis bagi para terdakwa penganiayaan yang mengakibatkan kematian anggota TNI Angkatan Udara.
Enam terdakwa merupakan kasus penganiayaan adalah anggota Grup I dan II Komando Pasukan Khusus Kopassus, pasukan elite TNI Angkatan Darat.
Sedangkan terdakwa lain masih menjalani persidangan. Dua dari enam terdakwa, selain divonis bersalah juga dipecat dari dinas ketentaraan. Karena terbukti
melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan Sersan MZ meninggal. Prajurit Satu S dan Prajurit Satu DI dijatuhi hukuman 3,5 tahun penjara. Selain itu,
keduanya juga dipecat dari dinas militer, kata Sekretaris Pengadilan II-11 Yogyakarta Kapten CHK Handoko
, Kamis, 3 Maret 2016.
13
Di samping itu menjunjung moral baik agama manapun dan norma adat penting untuk dibina, berdasarkan keyakinan seseorang akan tujuan yang ingin
dicapainya, maka semakin kuat kepercayaan, semakin kuat pula besar dan lebih kokoh semangat untuk mencapainya, Kepercayaan tersebut juga memperkuat
kesetiaan pada organisasi dan kepatuhan yang sempurna pada perintah pemimpin. Sementara itu, pada masa Rasululullah SAW, tentara harus bisa terlebih
dahulu dan dilatih atau dibina untuk mempersiapkan kemampuan diri. Tujuanya agar mampu untuk suatu cita-cita yang tinggi dan mulia yang memiliki daya tarik
Lamongan, Letnan Kolonel Ade Rizal Muharam, yang melakukan penganiayaan terhadap korban pada Oktober 2014. Para terdakwa justru ikut membantu dan melakukan penganiayaan hingga korban
tewas.https:nasional.tempo.coreadnews20160627058783510kasus-dandim-aniaya-ajudan- hingga-tewas-3-tentara-divonis di akses pada tanggal 14 september 2016.
13
https:nasional.tempo.coreadnews20160303058750370kopassus-penganiaya-tni-au- dipecat di akses pada tanggal 14 september 2016.
universal dan tidak terbatas tujuanya. Beliau melengkapi mereka dengan moral yang dinamis dengan kekuatan rohani yang memungkinkan mereka menghadapi segala
jenis kesulitan dan penderitaan yang mungkin ditemui dengan berani penuh tekad dan daya tahan.
14
Dalam dunia ketentaraan, Rasulullah SAW terlebih dahulu memberikan pelatihan dan pendidikan yang baik terhadap prajuritnya, sehingga apapun yang
terjadi jika seorang prajuritnya melakukan kesalahan maka dengan cepat merasakan penyesalan.
15
Dengan hal itu, Rasulullah SAW pun, melarang perbuatan penganiayaan, Namun kasus penganiayaan oleh tentara musuh pernah terjadi pada saat Fathul
Makkah, seperti halnya kasus Nadhar bin Al-Harits dan Uqbah bin Abi Muaith ketika menjadi tawanan Rasulullah SAW. Rasulullah Saw pun memberikan sanksi untuk
memerintahkan dibunuh dua tentara tersebut, karena telah banyak menganiaya kaum muslimin ketika di Makkah
16
Dari kasus tersebut bahwa penegakan hukum didunia militer sudah diterapakan di zaman Rasululullah SAW. Bentuk moral dan kedisiplinan tentara
harus di jaga dan lebih di terapkan, oleh karena itu penulis tertarik membahas dalam skripsi ini
“Sanksi Pidana Penganiayaan Terhadap Oknum Tentara Nasional
14
Afazalu Rahman, Nabi Muhamad SAW Sebagai Seorang Pemimpin Militer, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h, 163.
15
Nizar Abazhah, Perang Muhamad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah SAW,Jakarta : Zaman,2011,h. 370
16
Akram Dhiya Al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, Jakarta: Pustaka As-sunah, 2010, h.386.
Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif ” sebagai tugas jenjang starata
1 yang ditempuh peniulis.