Sanksi Pidana Penganiayaan Oknum Tentara Nasional Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Positif ( Analisa Putusan Militer No : 36-K/Pm Ii-08/Au/Ii2015, Jakarta)
SANKSI PIDANA PENGANIAYAAN OKNUM TENTARA NASIONAL INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
POSITIF
Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu
Oleh :
NidaulHasanah (1112045200015)
Sudirwan(1112045200003)
Oleh Muhamad Faruq NIM: 1112045100007
PROGRAM STUDI PIDANA ISLAM (JINAYAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016 M/1348 H
(Analisa Putusan Militer No : 36-k/PM II-08/AU/II2015,
(2)
(3)
(4)
(5)
iv ABSTRAK
MUHAMMAD FARUQ, NIM : 1112045100007. SANKSI PIDANA
PENGANIAYAAN TERHADAP OKNUM TENTARA NASIONAL
INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF, Skripsi
Konsentrasi jinayah, program studi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh TNI terhadap anggotanya, masih sering terjadi, hal itu bisa dilihat dari putusan nomor : 36-k/PM II-08/AU/II/2015, dalam kasus tersebut, terdakwa I Muhamad Alfan Alfaruqi, terdakwa II Tyan Andika Farna, terdakwa III Guruh Sandhi Ardyatama, terdakwa IV Yan Wijaya Windu Agustian, terdakwa V Aldino Bagus Setiyasan,terdakwa VI kurniawan Aji Kusuma, terdakwa VII Prayoga Satryansah Putra Pratama, dinyatakan terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan penganiayaan bersama-sama terhadap juniornya. Dalam pasal 6 KUHPM bahwa salah satu hukuman nya adalah kurungan, dan putusan yang diberikan oleh hakim militer adalah 5 bulan kurungan dan denda biaya 10.000, Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan sanksi pidana bagi pelaku penganiayaan seorang tentara dalam hukum pidana Islam. Dengan putusan hakim yang memberikan sanksi hanya lima bulan dan denda 10.000, oleh karena itu penulis membandingkan beberapa pendapat ahli hukum pidana islam yang mengatur tentang sanksi pidana penganiayaan terhadap tentara.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara yuridis normatife dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara terhadap anggota TNI. Data sekunder di peroleh dari studi kepustakaan yaitu dengan buku-buku media cetak atau media elektronik. Data yang di peroleh kemudian diolah, yang kemudian dianalisis secara kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan.
Kata kunci : penerapan, sanksi pidana, penganiayaan TNI Pembimbing : Amrizal Siagian, Shum, M,Si
(6)
v
KATA PENGANTAR
ِمْيِحَرلا ِنَمْحَرلا ِ هّ ِمْسِب
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Skripsi ini berjudul “ SANKSI PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP
OKNUM TENTARA NASIONAL INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF” Disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program studi sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bpk Prof. Dede Rosyada, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bpk Dr. Asep Saefudin Djahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bpk Dr. M. Nurul Irfan, M.A, Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam dan Bpk Nur Rohim Yunus, LLM, Sekertaris Program Studi Hukum Pidana Islam, yang telah memberikan arahan, motivasi , dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(7)
vi
4. Bpk Amrizal Siagian, S.Hum, M,Si, sebagai dosen pembimbing yang rela meluangkan waktunya dan selalu memberi masukan, arahan dan kritikan yang konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Pimpinan perpustakaan pusat dan perpustakaan Fakultas yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku dan literature lainya sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan. 6. Semua dosen Fakultas Syariah dan Hukum, atas semua pengetahuan yang
telah diberikan penulis selama masa pendidikan berlangsung.
7. Terima kasih Ayahanda Supratman dan Ibunda Sri Hastuti, yang telah membesarkan, mendidik, mengajarkan arti semangat hidup dan rasa kasih sayang serta selalu mendoa`kan yang terbaik dan tulus yang tak henti-hentinya. Tak lupa apresiasi yang luar biasa pamanku Pak Emi, bang Bandi, nenek onang, bang imuh yang telah memberikan dukungan baik moral atau materi kepada penulis. Begitu juga ka Mariana, uda Yandra, ka Prastiawati, bang Yasir dan adik kandungku Rahmat, Yusri, Ilyas, Kausar, yang rela membantu dan memberi motivasi demi kelancaran penelitian.
8. Terima kasih teman-teman Hukum Pidana Islam dan Hukum Tata Negara Islam Angkatan 2012, Rafli Ali Yafli, Sudirwan iwan, Sholihun, sihabudin, adi baduy, Fadel, Arif onira, Brina, Bayhaqi kalian saudara, sahabat dan keluarga yang menjadi saksi perjuangan selama dibangku kuliah.
9. Terima kasih organisasi Gerakan Anti Narkoba UIN Jakarta (GAN UIN) dan (SEMA-F) Senat Mahasiswa Fakultas Syariah Hukum, dan teman-teman
(8)
vii
KKN LENSA yang telah himpunan sebagai wadah penegetahuan dan pengalaman dalam mencari jati diri dan kedewasaan.
10.Terima kasih teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini bersama-sama, Sudirwan iwan, Arif Onira, Rahmah Fitriyani, Sihabudin, Rafli Ali
motivasi agar penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Semoga atas segala bantuan, dukungan, motivasi dan do`a untuk penulis mendapat balasan yang paling layak dari nya, dan skripsi ini berguna bagi wacana ke Islaman, kepada-Nya kita memohon Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin Ya Robbal` Alamin.
Jakarta, 10 Oktober 2016 M 9 Muharam 1438 H
(MUHAMMAD FARUQ) yafli, Fadel, Sholihun, Afik Zaki lubis, Eko Saputra, Brina Listiyani. Yang telah memberikan
(9)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. PembatasandanPerumusanMasalah... 8
C. TujuandanManfaatPenelitian ... 8
D. MetodePenelitian... 9
E. SistematikaPenulisan ... 12
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA ... 13
A. SejarahsingkatterbentuknyaTentaraNasional Indonesia .... 13
B. TugasdanTanggungJawabTentaraNasional Indonesia ... 16
C. Pendidikan TNI ... 18
(10)
ix
E. Urutansanksihukummiliter ... 29
F. Sistemperadilanpidana di Indonesia ... 31
G. Penganiayaanmenuruthukumpositif ... 36
BAB III PANDANGAN ISLAM TERHADAP PROFESI TENTARA 41 A. Tentarasebagaipekerjaan ... 41
B. Sanksihukum Islam terhadaptentarayang melakukanpelanggaranketikaperang ... 47
C. Penganiayaanmenuruthukum Islam ... 51
BAB IV ANALISA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No 36/K-PM-II-08/II/AU/2015, TENTANG PENGANIAYAAN OKNUM TNI TERHADAP ANGGOTA ... 57
A. Kronologisperkara ... 57
B. Putusanpengadilan... 58
C. Analisaputusanmenuruthukumpositif ... 59
D. Analisaputusanmenuruthukum Islam ... 66
BAB V PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
(11)
x
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN………
(12)
1
A. Latar belakang masalah
Secara institusi fungsi TNI adalah wajib untuk mengikuti dalam usaha pembelaan Negara, syarat-syarat tentang pembelaan diatur undang-undang (pasal 30). Maksudnya ketentuan mengenai hak dan kewajiban dalam usaha pertahanan Negara merupakan implementasi dari ketentuan pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara tanpa kecuali mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.1
Khusus dalam kaitanya dengan keberadaan TNI, kesatuan anggota beranggapan bahwa, di dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus dimulai dengan meningkatkan profesionalitasnya. Dengan berpegang teguh pada azas-azas profesionalisme, TNI diharapkan dapat terhindar dari terjadinya kesalahan atau prilaku menyimpang, perbuatan penganiayaan. sebagaimana yang telah dilakukannya selama pendidikan ketika pembentukan mental tentara atau prajurit. 2
1
Edie Siregar, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, (Jakarta : Seketariat Jenderal MPR RI, 2012), h. 185
2
(13)
Karena sudah merupakan suatu kelaziman, manakala seorang perwira melakukan kekerasan kepada juniornya disaat pendidikan, dan itu merupakan ajang balas dendam ketika mereka sudah menjadi senior dalam batalyon tersebut.3
Dengan demikian penting kesamaan di depan hukum (equality before the
law) menjadi pedoman dalam dunia ketentaraan, khususnya Tentara Nasional Indonesia itu sendiri. Hal itu terlihat dari sanksi yang di berikan terhadap oknum yang melakukan pelanggaran hukum. 4
Begitu pun dalam negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia merupakan negara hukum”. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya hukum memiliki peranan yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan bangsa dan Negara Indonesia. Maka selain adanya hukum yang bersifat umum, di indonesia pun juga mengatur terkait hukum pidana militer. Hukum militer yang berlaku sekarang di Indonesia sebagian masih merupakan hukum yang berasal dari zaman penjajahan hindia belanda.5
Bagi TNI telah menyiapkan untuk menerima pemberlakuan pengadilan umum bagi prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum, diharapkan peraturan ini menjadi salah satu peningkatan penegakan hukum oleh kalangan TNI. oleh karena itu peradilan militer menjadi bagian pelaksana kekuasaan kehakiman dilingkungan TNI
3
Wawancara pribadi dengan Mayor Al-hadi di PAKUMREM, senin, 12 juni, 2016.
4
Yesmil Anwar dan Adang, Pembaruan Hukum Pidana Reformasi Hukum Pidana,( Jakarta : grasindo, 2010). h. 77
5
http://annekasaldianmardhiah.blogspot.co.id/2013/04/penegakan-hukum-pidana-militer.html di unduh pada tanggal 15 juni 2016
(14)
untuk menegakan hukum dan keadilan dengan memperhatikan penyelenggaraan pertahanan Negara.6
Konsepsi penyadaran dan penegakan hukum bertujuan untuk membentuk mental prajurit TNI profesionalisme yang mampu mengembangkan tatanan kehidupan pribadi dan sosial dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis guna mewujudkan kemampuan profesional sebagai alat pertahanan Negara. adapun sasaran yang diharapkan adalah tercapainya kadar kesadaran hukum dan penegakan hukum yang mantap, dengan indikator adanya keserasian dan keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban dikalangan prajurit TNI. Terbentuknya kualitas pribadi prajurit TNI memiliki budaya patuh hukum sebagai landasan kemampuan profesionalisme, dengan indikator rendahnya angka pelanggaran hukum, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan terwujudnya prajurit TNI yang professional memiliki kesadaran hukum yang cukup mantap dilandasi dengan nilai-nilai kejuangan, dengan indikator tingkat disiplin yang cukup tinggi di dalam pelaksanaan tugas maupun kehidupan sehari-hari.7
Dengan demikian peradilan militer adalah bagian dari hukum militer, dan hukum militer adalah bagian dari sistem hukum nasional. Hukum militer yang berlaku dilingkungan TNI diselenggarakan dengan pembinaan yang disinkronisasikan dengan sistem pembinaan hukum nasional yang ditujukan untuk mendukung keberhasilan tugas pokok TNI. Saat ini peradilan militer sedang menjadi perhatian
6
Wawancara pribadi dengan Mayor Al-Hadi di PAKUMREM, senin, 12 juni, 2016,
7
(15)
banyak pihak. Banyak kalangan menghendaki anggota militer yang melakukan tindak pidana umum diadili dalam peradilan umum. Berbeda dari ketentuan yang masih berlaku, yaitu diadili di dalam peradilan militer. Tentang hal ini, sesungguhnya TNI tidak dalam kapasitas setuju atau tidak setuju terhadap peradilan umum bagi prajurit yang melakukan tindak pidana umum.
Dalam hal itu sistem ketatanegaraan pun melindungi atau memiliki beberapa sistem pelayanan peradilan, selain peradilan militer. ada peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha Negara. Semuanya ini diatur dalam undang-undang RI Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman8.
Khusus peradilan militer, secara internal TNI telah melakukan sosialisasi kepada anggota. Suatu saat, apabila prajurit TNI melakukan tindak pidana umum. Sebagai akses dari interaksi sosial, tidak tertutup kemungkinan adanya prajurit yang melakukan perbuatan pelanggaran. Perbuatan penyalahgunaan hukum itu, adakalanya dengan ketentuan disiplin, tindakan dispilin adalah tindakan seketika yang dapat di ambil oleh setiap atasan terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran hukum baik perdata maupun pidana.9
8
Bahwa kekuasaan kehakiman menurut undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh sebuah mahkamah konstitusi,untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan,Djoko Suyanto,
Menuju TNI Professional dan Dedikatif, (Jakarta: Pusat Pendidikan TNI, 2007), h. 80
9
Pelanggaran atau perbuatan melawan hukum tersebut dapat merugikan rakyat, hak asasi manusia, institusi TNI, maupun Negara. hukum yang berlaku. Tidak ada kebijakan apapun dari TNI yang bertujuan mengintervensi proses hukumnya. Disahkan dengan keputusan Panglima TNI Nomor kep/ 22 /VIII/ 2005 tanggal 10 agustus 2005,Peraturan Disiplin PrajuritTtentara Nasional Indonesia.
(16)
Penegakan hukum bagi TNI merupakan keharusan.10 seperti halnya pada kasus-kasus lain, prinsip mengedepankan penegakan hukum pun tampak dalam penanganan kasus penganiayaan warga didesa Alas Tlogo di Pasuruan, Jawa Timur. Peristiwa yang menewaskan empat warga dan tujuh luka-luka itu terjadi sebagai akses persengkataan tanah antara penduduk dengan TNI AL ini pun disikapi dengan mengedepankan proses hukum.11
Begitu pun kasus yang ada di lingkungan TNI yaitu, majelis hakim Pengadilan Militer III-13 Madiun, Jawa Timur, Senin, 27 Juni 2016, memvonis tiga dari lima Ankatan Darat, terdakwa pelaku penganiayaan yang menewaskan Kopral Kepala APH, ajudan Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 0812 Lamongan, Letnan Kolonel ARM. Tiga terdakwa itu adalah Sersan Kepala Mintoro, Sersan Dua AM dan Sersan Mayor AP. Majelis hakim yang diketuai Letnan Kolonel Laut (KH/W) Tuty Kiptiani mengatakan ketiga terdakwa diganjar hukuman sesuai perannya masing-masing. Mintoro dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara. Dia dinyatakan terbukti bersalah, yakni ikut melakukan penganiayaan secara bersama-sama yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Hal itu sesuai dakwaan oditur militer, yakni pasal 351 ayat 3 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP. 12 kasus yang
10
Dari jumlah keseluruhan TNI untuk sekarang ini 434,410 terdiri dari Ankatan Laut,Darat,Udara dan setiap matra terdapat kasus penyalah gunaan hukum oleh karena itu penegakan hukum bagi TNI merupakan keharusan yang wajib diperbaiki. Tentara Nasional Indonesia https://googleweblight.com/lite_url=httpps://id.m.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia=w w.google.co.id diakses 12september 2016.
11
Djoko Suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif ,( Jakarta ;pusat pendidikan TNI,2007), h. 81
12
Tuty kiptiyani sebagai hakim, menjelaskan, pertimbangkan yang memberatkan para terdakwa karena melanggar sumpah prajurit. Mereka juga tidak menghentikan Komandan Kodim 0812
(17)
sama terjadi di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis bagi para terdakwa penganiayaan yang mengakibatkan kematian anggota TNI Angkatan Udara. Enam terdakwa merupakan kasus penganiayaan adalah anggota Grup I dan II Komando Pasukan Khusus (Kopassus), pasukan elite TNI Angkatan Darat. Sedangkan terdakwa lain masih menjalani persidangan. Dua dari enam terdakwa, selain divonis bersalah juga dipecat dari dinas ketentaraan. Karena terbukti melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan Sersan MZ meninggal. Prajurit Satu S dan Prajurit Satu DI dijatuhi hukuman 3,5 tahun penjara. Selain itu, keduanya juga dipecat dari dinas militer," kata Sekretaris Pengadilan II-11 Yogyakarta Kapten CHK Handoko, Kamis, 3 Maret 2016.13
Di samping itu menjunjung moral baik agama manapun dan norma adat penting untuk dibina, berdasarkan keyakinan seseorang akan tujuan yang ingin dicapainya, maka semakin kuat kepercayaan, semakin kuat pula besar dan lebih kokoh semangat untuk mencapainya, Kepercayaan tersebut juga memperkuat kesetiaan pada organisasi dan kepatuhan yang sempurna pada perintah pemimpin.
Sementara itu, pada masa Rasululullah SAW, tentara harus bisa terlebih dahulu dan dilatih atau dibina untuk mempersiapkan kemampuan diri. Tujuanya agar mampu untuk suatu cita-cita yang tinggi dan mulia yang memiliki daya tarik
Lamongan, Letnan Kolonel Ade Rizal Muharam, yang melakukan penganiayaan terhadap korban pada Oktober 2014. Para terdakwa justru ikut membantu dan melakukan penganiayaan hingga korban tewas.https://nasional.tempo.co/read/news/2016/06/27/058783510/kasus-dandim-aniaya-ajudan-hingga-tewas-3-tentara-divonis di akses pada tanggal 14 september 2016.
13
https://nasional.tempo.co/read/news/2016/03/03/058750370/kopassus-penganiaya-tni-au-dipecat di akses pada tanggal 14 september 2016.
(18)
universal dan tidak terbatas tujuanya. Beliau melengkapi mereka dengan moral yang dinamis dengan kekuatan rohani yang memungkinkan mereka menghadapi segala jenis kesulitan dan penderitaan yang mungkin ditemui dengan berani penuh tekad dan daya tahan.14 Dalam dunia ketentaraan, Rasulullah SAW terlebih dahulu memberikan pelatihan dan pendidikan yang baik terhadap prajuritnya, sehingga apapun yang terjadi jika seorang prajuritnya melakukan kesalahan maka dengan cepat merasakan penyesalan.15
Dengan hal itu, Rasulullah SAW pun, melarang perbuatan penganiayaan, Namun kasus penganiayaan oleh tentara musuh pernah terjadi pada saat Fathul Makkah, seperti halnya kasus Nadhar bin Al-Harits dan Uqbah bin Abi Muaith ketika menjadi tawanan Rasulullah SAW. Rasulullah Saw pun memberikan sanksi untuk memerintahkan dibunuh dua tentara tersebut, karena telah banyak menganiaya kaum muslimin ketika di Makkah16
Dari kasus tersebut bahwa penegakan hukum didunia militer sudah diterapakan di zaman Rasululullah SAW. Bentuk moral dan kedisiplinan tentara harus di jaga dan lebih di terapkan, oleh karena itu penulis tertarik membahas dalam skripsi ini “Sanksi Pidana Penganiayaan Terhadap Oknum Tentara Nasional
14
Afazalu Rahman, Nabi Muhamad SAW Sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h, 163.
15
Nizar Abazhah, Perang Muhamad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah SAW,(Jakarta : Zaman,2011),h. 370
16
Akram Dhiya Al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka As-sunah, 2010), h.386.
(19)
Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif ” sebagai tugas jenjang starata 1 yang ditempuh peniulis.
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara sistematis pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis uraikan tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan pembatasan masalah. Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini penulis membatasinya dengan pembahasan mengenai sanksi pidana penganiyaan oleh oknum Tentara Nasioanal Indonesia prespektif hukum pidana Islam dan hukum positif.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat diuraikan beberapa masalah yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian ( research question), yaitu:
1. Apakah faktor penyebab oknum TNI melakukan tindak pidana penganiayaan? 2. Bagaimana bentuk sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana penganiayaan
terhadap oknum TNI dalam hukum islam dan hukum positif ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu :
(20)
1. Untuk mengetahui faktor penyebab pelaku oknum TNI melakukan tindak pidana penganiyaan .
2. Untuk mengetahui bentuk sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana penganiayaan dalam hukum militer maupun hukum pidana Islam.
2. Manfaat penelitian a. Kegunaan Akademik
Memberikan pengetahuan mengenai sanksi bagi pelaku tindak pidana penganiayaan dalam dunia kesatuan militer Republik Indonesia yang menjelaskan sistem peradilan pidana di ketentaraan maupun dalam hukum pidana Islam.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi tentang pemberian sanksi terhadap terpidana dan efek jera bagi terpidana oknum TNI, sehingga berkurangnya angka kejahatan di dunia militer di Indonesia.
D. Metode penelitian
Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian, yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah cara meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran sesama untuk mencapai suatu tujuan.17Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuan mempelajari dan memahami
17
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi penelitian,( Jakarta: Bumi pustaka,1997), h.1.
(21)
langkah-langkah yang dihadapi.18Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu sistematika, metodologi ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu masalah yang setiap saat dapat timbul di masyarakat.19 Dalam penelitian skripsi ini penulis melakukan dua jenis penelitian, yaitu penelitian lapangan (Fieled Research) dan penelitian pustaka (Library Research) .
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor mendefisinikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.20Karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkap keunikan individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari.Dilihat dari segi tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif yaitu metode yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang sedikit dengan menggambarkan /melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.21
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia press,1986), h. 6.
19
Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian,( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2004), h.111.
20
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 21.
21
Hadari Nawawi, Metode Penelitian bidang sosial, (Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2007), h. 67.
(22)
2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data Sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari, buku-buku, hasil penelitian, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan dari internet, data kedua yaitu dengan melalui wawancara terhadap instansi terkait yang berkenaan dengan sanksi pidana oknum Tentara Nasioanal Indonesia perspektif hukum Islam.
3. Teknik pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini teknik menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan lapangan atau wawancara.
1. Studi pustaka, yaitu meliputi dari refrensi kepustakaan, baik berupa buku, majalah, surat kabar, jurnal dan mengakses internet.
2. Wawancara , yaitu situasi peran pribadi bertatap muka (face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang di rancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden.22 Wawancara dilakukan terhadapa nara sumber yang dipilih untuk memperoleh beberapa hal yang berkaitan dengan skripsi ini. 4. Teknik penulisan
22
Amirudin, Zainal asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Garafindo, 2004), cet.ke-1,h.8
(23)
Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta .
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini lebih sistematik dan lebih terarah. Maka penulis akan menjelaskan sistematika penulisan dalam skripsi ini. Pada dasarnya skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan, yaitu.
BAB I Pendahuluan, pada pembahasan skripsi ini terdapat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II Tinjauan umum tentang TNI dan rumusan kejahatan yang meliputi : Pengertian Tentara Nasional Indonesia, doktrin Tentara Nasional Indonesia, Tugas dan tanggung jawab TNI, serta standar operasional prosedur (SOP) penjelasan tentang sanksi pidana, Sistem peradilan pidana Indonesia dan penganiayaan menurut hukum positif.
BAB III Pandangan Islam terhadap profesi tentara, meliputi tentara sebagai pekerjaan, sanksi hukum Islam tehadap tentara yang melakukan pelanggaran ketika perang, penganiayaan menurut hukum Islam.
BAB IV analisa putusan terhadap oknum Tentara Nasional Indonesia menurut sistem hukum pidana Negara Republik Kesatuan Indonesia, meliputi sanksi pidana pidana militer, sanksi pidana hukum Islam.
(24)
BAB V Merupakan penutup, kesimpulan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
(25)
14
TINJAUAN UMUM TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA
A. Sejarah Singkat Tentara Nasional Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tidak segera dibentuk tentara kebangsaan. Undang-undang dasar 1945 sendiri hanya memuat dua pasal mengenai angkatan perang dan pembelaan Negara, yaitu pasal 10 yang menetapkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Ankatan Laut, Angkatan Udara, dan pasal 30 yang menentukan bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara yang syarat-syaratnya diatur undang-undang. Perkembangan Tentara Nasional Indonesia lebih banyak ditentukan oleh dinamika revolusi perjuangan bangsa, dari pada ketentuan undang-undang dasar.23
TNI sebagai singkatan dari Tentara Nasional Indonesia bukanlah suatu organisasi militer semata-mata. di samping merupakan kekuatan militer pada dasarnya adalah suatu organisasi perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. jika mengingat terbentuknya TNI itu pada tahun 1945 tentu mengalami proses perwujudanya. Mula-mula sesudah kemerdekaan bangsa. diproklamasikan didalam suatu keadaan di mana masih terdapat sekian banyak tentara jepang di Indonesia dan dapat diperkirakan kedatangan tentara sekutu dalam waktu dekat, maka dengan
23
Soebijono, Tambunan, Hidayat mukmin, Roekmini Koesoemo Astuti, Dwi Fungsi ABRI Perkembangan dan Perananya dalam Kehidupan Politik di Indonesia, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1995),h. 10
(26)
perasaan khawatir bahwa kemerdekaan itu akan ditumpas dan di tiadakan oleh orang asing-asing. Maka mengamankan kemerdekaan yang sudah begitu lama di idam-idamkan di bentuk lah Badan Kemanan Rakyat pada tahun 1945 tanggal 19 agustus untuk mengorganisasi daya perlawanan.24
Pemuda-pemuda Indonesia yang berambisi untuk kemerdekaan, dan karena itu bertekad mempertahankanya kalau perlu sampai mati, semuanya berdatangan ketempat pusat BKR yang kemudian bernama markas-markas BKR. Proses perwujudan BKR dipermudah dengan tindakan pimpinan tentara jepang yang membubarkan tentara pembela tanah air atau PETA, yaitu tentara yang dalam masa pendudukan jepang. Ketika pemerintahan Republik Indonesia merasa tiba waktunya, bahwa sebagai Negara merdeka kita perlu mempunyai suatu tentara resmi.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR diubah namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat disingkat TKR. Tetapi selain adanya kelengkapan organisasi yang lebih sempurna dari pada BKR, semangat dan keadaan TKR adalah sama. Meskipun organisasi Republik Indonesia yang muda berhasil menjadi semakin rapih, di pulau Jawa dan pulau Sumatra terasa kekuasaan Negara baru itu. kecuali di kota kota besar ditepi pantai dan dikota Bandung, dengan semakin rapihnya Negara itu, maka pada tanggal 25 januari 1946 perlu untuk merubah nama tentara resmi dari Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia disingkat menjadi TRI.25
24
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, ( Jakarta: Balai Pustaka , 2001),h. 17
25
Sayidiman Suryohadiprojo, Langkah-Langkah Perjuangan Kita, ( Jakarta: UI Press, 1986), h. 4
(27)
Tetapi perubahan nama ini tidak menghilangkan sifat-sifat khas dari tentara, yaitu sebagai tentara pejuang yang bahu membahu dengan rakyat melawan pihak penjajah dengan alat-alat serta senjata-senjata apa adanya namun dengan semangat nasional dan cinta kemerdekaan yang menggelora.
Tanggal 7 juni 1947 dikeluarkan penetapan presiden yang antara lain menetapkan bahwa mulai tanggal 3 juni 1947 disahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI)26. Setelah Konferensi Meja Bunder (KMB) pada bulan Desember Indonesia berubah menjadi Negara Federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu maka di bentuk pula Ankatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL.
Pada tanggal 17 agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali menjadi Negara kesatuan, sehingga APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara ankatan perang dengan kepolisian Negara menjadi sebuah organisasi yang bernama Ankatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Penyatuan satu komando ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya dan mejauhkan perannya dan menjauhkan dari peran politik tertentu.
Pada tahun 1998 terjadi situasi politik diindonesia. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap keberadaan ABRI. Pada tanggal 1 april 1999 TNI dan Polri
26
Soebijono, Tambunan, Hidayat mukmin, Roekmini Koesoemo Astuti, Dwi Fungsi ABRI perkembangan dan perananya dalam kehidupan politik di Indonesia, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1995),h. 15
(28)
secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri. Sebutan ABRI sebagai tentara di kembalikan menjadi Tentara Nasional Indonesia. Tentara Nasional Indonesia terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Ankatan Darat, TNI Ankatan Udara, dan TNI Ankatan Laut, TNI dipimpin oleh seorang panglima TNI.
Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI serta ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan Rancangan Undang-Undang TNI oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang selajutnya ditanda tangani oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 19 Oktober 2004.27
A. Tugas dan Tanggung Jawab TNI
Tugas TNI harus berlandaskan UU TNI. Di dalam bab IV tercantum mengenai peran, fungsi dan tugas TNI. Sesuai dengan yang tercantum dalam undang-undang, ada tiga yaitu: “menegakan, mempertahankan, dan melindungi,” makna yang harus ditegakan adalah kedaulatan Negara, yang harus dipertahankan adalah keutuhan wilayah NKRI yang berdasarakan pancasila dan UUD 1945, sedang yang harus dilindungi adalah keselamatan bangsa Indonesia.
Didalam menjalankan tugas tersebut TNI mendasarkan pada kebijakan dan keputusan politik Negara. Sedangkan fungsi TNI adalah sebagai penangkal,
27
https://googleweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tentara_Nasi onal_Indonesia.ic.id di unduh pada tanggal 1 juni 2016.
(29)
penindak, dan pemulih. Sebagai penangkal dan penindak artinya menangkal dan menindak setiap bentuk ancaman baik militer maupun ancaman bersenjata lain. Baik dalam negeri maupun luar negeri. Ada tiga sasaran ancaman yang harus ditangkal atau ditindak oleh TNI yaitu : mengarah kepada kedaulatan Negara, memecah keutuhan wilayah, dan membahayakan keselamatan bangsa.
Sedangkan sebagai pemulih yang dimaksudkan adalah memulihkan kondisi keamanan Negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Tugas pokok dilaksanakan melalui dua operasi yaitu : Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) atau Militery Operation Other Than War (MOOTW). Operasi selain perang terdiri dari dua jenis yaitu operasi tempur dan non tempur.28
Menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara. Sebagaimana yang di maksud pada ayat 1 dilakukan dengan pembahasan sebelumnya. Yaitu :
1. Operasi militer untuk perang
2. Operasi militer selain perang yaitu : a. Mengatasi gerakan separatis bersenjata b. Mengatasi pemberontakan bersenjata c. Mengatasi aksi terorisme
d. Mengamankan wilayah perbatasan
e. Mengamankan objek vital yang bersifat strategis
f. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
g. Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta keluarganya
28
(30)
h. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan mendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
i. Membantu tugas pemerintah di daerah
j. Membantu kepolisian Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur oleh undang-undang
k. Membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan perwakilan pemerintah asing yang ada di Indonesia
l. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pembantu pemberi kemanusiaan
m. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search and
resque)
n. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Kemudian ayat (3) berbunyi ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan kebijakan keputusan politik Negara.29
B. Pendidikan TNI
Landasan pokok yang fundamental dalam proses-proses pembaharuan adalah pendidikan. Untuk menyempurnakan pendidikan kita, maka terlebih dahulu harus kita tentukan apa yang ingin kita capai dengan pendidikan itu, maka pertama yang menjadi tujuan pendidikan adalah ditumbuhkanya anggota-anggota masyarakat yang tahu kewajiban dan hak-haknya sebagai warga Negara yang berdasarkan Pancasila. Lain dari itu pendidikan bertujuan untuk memberikan dasar bagi para anggota masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat, oleh karena itu sistem pendidikan harus pula menjamin tersedianya kemungkinan yang luas untuk memperoleh berbagai kecakapan bagi para anggota masyarakat. Berbagai kejuruan
29
Markas besar Tentara Nasional Indonesia, paradigm baru peran TNI sebuah upaya nasionalisasi. Jakarta Mabes TNI, 1999
(31)
mulai tingkat bawah sampai tingkat tertinggi harus dapat dipenuhi untuk mengisi berbagai fungsi dalam masyarakat modern.30
Pendidikan TNI terbagi menjadi empat jenis yaitu pendidikan pertama (Dikma) pendidikan ini merupakan pendidikan yang dikenakan terhadap tentara yang datang langsung dari masyarakat. Kedua pendidikan pembentukan (Diktuk) yang merupakan kelanjutan dari pendidikan pertama, yaitu pendidikan untuk naik ke golonganya yang di atas. Ketiga pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) pendidikan ini berupa pendidikan sekolah staf dan komando (Sesko). Keempat pendidikan pengembangan Spesialisasi (Dikbangspes).dalam pendidikan ini, prajurit dididik untuk dapat dapat menjadi tentara yang mempunyai keahlian khusus hingga yang sangat khusus.31
Begitupun pendidikan dasar bagi prajurit TNI , latihan dasar selama tiga bulan berikutnya harus ditempuh sebelum para kadet memasuki program pelajaran-pelajaran akademi rutin. Bulan kedua dari masa tiga bulan itu. Dikenal sebagai masa
Vira Carya atau Candradimuka .Yang di umpamakan seseorang berada di kawah. di mana gatot kaca melemparkan kedalamnya dan ketika keluar lagi bukan saja dalam keadaan sehat walafiat tetapi bahkan dengan kulit yang tertempa seperti baja. Latihan-latihan selama pendidikan dasar, sangat mirip dengan pengalaman, berhasil
30
Sayidiman suryohadiprojo, Langkah-Langkah Perjuangan Kita, (Jakarta: UI Prees, 1986), h. 32
31
(32)
atau gagal sama sekali, kalau kadet berhasil keluar dari pendadaran itu secara mental dan fisik,32
Kegiatan ekstarakulikuler, mencakup berbagai macam, studi peroketan, pendidikan keagamaan yang mendalam, studi elektronika, dan studi bahasa. Para kadet membawa senapan dan memakai helm plastik ke semua kelas dan pindah dari satu kelas ke kelas lain dalam formasi, berjajar dua, sambil bernyanyi dengan serempak , pendidikan militer di atur secara militer dengan memandang masalah disiplin dan penciptaan semangat korp.33
Pendidikan kemiliteran adalah berupa lembaga pendidikan, terutama akademi militer (AKMIL)34 di pendidikan inilah awal pembentukan dasar-dasar keperwiraan militer (military offichership) termasuk dasar profesionalisme TNI dimulai. Setamat dari akademi militer mereka harus mengikuti berbagai jenis pendidikan dan latihan dalam tugas yang di lingkungan TNI disebut pendidikan pengembangan (Dikbang) yang terdiri dari pengembangan spesialisasi (Dikpangspes) dan pengembangan umum (Dikbangum), keduanya di lakukan dilakukan di sela-sela antara penugasan-penugasan yang diterima.35
Jenis dan jenjang pendidikan yang termasuk kategori Dikbangpes diantaranya adalah, kursus perwira lanjutan (Sus Lapa) I dan II pendidikan kursus kecabangan,
32
Peter Briton, Profesionalisme dan Ideology Militer Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996), h. 119
33
Peter Briton, Profesionalisme dan Ideology Militer Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996), h. 200
34
Akademi militer (AKMIL)adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Darat di Magelang, Jawa Tengah,Indonesia, yaitu mencetak perwira TNI Angkatan Darat.sejarah Akademi Militer https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akademi_Militer di akses 25 sepetember 2016
35
(33)
kursus Komandan Batalyon (Sus Danyon), kursus Komandan Kodim (Sus Dandim), kursus Komandan Korem (Sus Danrem), sedangkan yang termasuk Dikbangum adalah sekolah staf dan komando Angkatan Darat (Sesko AD), Sesko TNI dan kursus Lembaga Pertahanan Nasional (Sus Lemhanas). Kurikulum yang di selenggarakan, yaitu meliputi materi semangat juang, pembinaan mental dan tauladan keberanian.36
C. Doktrin TNI
TNI tidak lagi sebagai sebuah entitas yang sarat dengan nuansa politis dan turut bermain dalam wilayah praksis bisnis. Melainkan sebuah entitas yang hendak menuju kearah profesional sejalan dengan tuntutan tugas dan fungsi sebagai mana amanat UU No. 34/2004 tentang TNI. Berdasarkan perubahan fungsi, peran dan tugasnya TNI melaksanakan penyempurnaan doktrin.
Mulai dari doktrin ditingkat kebijakan strategis sampai dengan doktrin ditingkat operasional yang harus mengikuti dan mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis sejalan dengan peraturan perundang-undangan dan sifatnya implementatif. Doktrin TNI yang sesuai dengan peranya sebagai alat pertahanan Negara yang berbeda dengan TNI sebelumnya mengemban Dwi Fungsi, Hankam dan sosial. Kini, TNI tidak lagi sebagai sebuah satu entitas yang sarat dengan nuansa politis dan turut bermain dalam wilayah praksis bisnis, melainkan sebuah entitas yang hendak menuju profesionalisme sejalan dengan tuntutan tugas dan fungsi sebagai amanat UU no 34/2004 tentang TNI.
36
(34)
Dengan mengacu pada strategi pertahanan Negara, tuntutan profesionalisme prajurit perlu diupayakan seiring dengan kelengkapan alat alutsista dan kesejahteraan prajurit yang lebih memadai dengan tetap memperhatikan ketersediaan anggaran dari Negara.37
TNI sebagai komponen utama pertahanan Negara berkomitmen untuk selalu berpedoman pada perundang-undangan yang berlaku. Perundang-undangan yang juga menuntut penyesuaian terhadap doktrin TNI yang merupakan pedoman TNI dalam melaksanakan tugas pokok dan peranya sebagai pertahanan alat Negara. Bersumber dari pengalaman sejarah dan teori yang bersifat konsepsional implementatif dan melandasi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam pembinaan dan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI.
Hal ini terjadi karena seharusnya penyusunan doktrin TNI mengacu kepada doktrin pertahanan Negara. Sayangnya , doktrin pertahanan Negara masih dalam proses penyusunan di departemen pertahanan kendatipun demikian, TNI secara proaktif telah menyusun doktrin baru , yang di beri nama Doktrin TNI Tri Darma Eka Karma (Tridek) yang mencerminkan keutuhan dari ketiga matra TNI. Dalam mengimplementasikan Doktrin Tridek. Prajurit TNI berpegang teguh terhadap falsafah pancasila, Undang-undang dasar Negara RI tahun 1945, sumpah prajurit dan sapta marga.38
37
Muhadjir Effendi, Jati Diri dan Profesi TNI, ( Malang : UMM Press, 2009).h. 86
38
Djoko suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif, ( Jakarta : Pusat Pendidikan TNI, 2007) , h. 42
(35)
Terdapat beberapa perbedaan penting antara Doktrin TNI Catur Dharma Eka Karma (Cadek) dengan doktrin TNI Tridek. Doktrin Cadek masih mewadah Polri sebagai bagian dari TNI, sedangkan dalam Tridek Polri sudah terpisah dengan TNI. Cadek menyatakan TNI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sosial, sementara dalam tridek, peran TNI hanya sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.39
Doktrin TNI Cadek menetapakan TNI sebagai pengemban fungsi kekuatan Hankam dan Sospol. Sebagai pengemban fungsi Hankam, maka TNI merupakan penindak dan penyanggah awal setiap ancaman musuh dari dalam maupun luar negeri, pengaman, penertib, dan penyelamat masyarakat serta penegak hukum Negara, pelatih dan pembimbing rakyat bagi penyelenggara tugas Hankamneg dalam mewujudkan kemampuan dan kekuatan dalam perlawanan rakyat semesta untuk mengahadapi ancaman serta Pembina kemampuan dan kekuatan Hankamneg dalam pembinaan Hamkaneg dengan memelihara dan meningkatkan kemampuan dan kekuatan Hankam di darat, laut, udara serta penertiban dan penyelamatan masyarakat.
Dalam doktrin tridek, fungsi TNI adalah penangkal dan penindak terhadap setiap ancaman militer dan ancaman bersenjata serta pemulih kondisi kemanan Negara bersama dengan instansi pemerintah untuk mengembalikan kondisi keamanan Negara akibat kekacauan perang. Perbedaan lainya adalah mengenai tugas pokok. Dalam doktrin cadek disebutkan bahwa tugas pokok TNI mengamankan,
39
Djoko suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif, ( Jakarta : Pusat Pendidikan TNI, 2007) , h. 44
(36)
menyelamatkan, mempertahankan dan melestarikan kemerdekaan, kedaulatan serta integritas bangsa dan Negara, mengamankan dan menyelamatkan, mempertahankan dan melestarikan ideologi pancasila dan UUD 1945 dan mengamankan, menyelamatkan, mempertahankan, melestarikan pembangunan nasional dan hasil-hasilnya.40
Konsep ini menempatkan hubungan sipil militer dalam suatu dataran horizontal, didasarkan atas nilai-nilai moral dan sikap mental untuk saling menghargai, mempercayai dan bekerja sama gagasan inilah yang menjadikan dasar rumusan standar militer41
Pola operasi yang di laksanakan adalah operasi pertahanan yang meliputi operasi penciptaan kondisi, operasi konvensional, operasi perlawanan wilayah, operasi serangan balas dan operasi pemulihan keamanan dan penyelematan masyarakat. Serta operasi operasi keamanan dalam negeri yang meliputi operasi intelejen, operasi territorial, operasi tempur dan operasi keamanan dam ketertiban masyarkat.
Sementara itu dalam doktrin tridek ditegaskan bahwa tugas pokok TNI adalah menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara. Tugas pokok TNI dilaksanakan
40
Yuddy Chrisnandi, Reformasi TNI Perspektif Baru Hubungan Sipil Militer di Indonesia,
(Jakarta :LP3ES,IKAPI, 2005,), h. 4
41
Yuddy Chrisnandi, Reformasi TNI Perspektif Baru Hubungan Sipil Militer di Indonesia,
(37)
melalui operasi militer untuk perang yang meliputi operasi gabungan TNI, operasi darat, operasi laut, operasi udara, kampanye militer dan operasi bantuan.
Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan presiden dan wakil presiden RI beserta keluarganya memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini dalam rangka pertahanan semesta, membantu tugas pemerintah didaerah, membantu kepolisian Negara republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.42
Disamping itu TNI juga melaksanakan tugas mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan perwakilan asing, membantu menanggulangi akibat bencana alam, penggungsian, pemberi bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan search and resque dan membantu pemerintah untuk pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Dalam doktrin Tridek , tidak terdapat lagi fungsi sospol. Sehingga jelas TNI berkonsentrasi kearah pembinaan ke dalam supaya profesional. Tidak ada lagi keterlibatan TNI dalam politik praktis maupun bisnis. Sejak TNI keluar dari lembaga legislative pada tahun 2004, tidak ada lagi. Dandim dan danrem yang bisa memaksa rakyat untuk memilih salah satu partai politik.
42
Djoko suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif,( Jakarta : Pusat Pendidikan TNI, 2007 ), h. 45
(38)
TNI menyadari bahwa Doktrin yang baru masih memiliki berbagai kekurangan yang perlu disempurnakan. Karena itu masukan-masukan dari berbagai pihak, baik internal maupun eksternal TNI masih di perlukan kesempurnaanya.43 Ada tiga Doktrin yang menjadi pegangan setiap prajurit TNI yaitu : (1) Sapta marga, (2) sumpah prajurit (3) wajib TNI, sedang bagi perwira, di samping ketiga tersebut di tambah dua lagi yaitu : sebelas azaz kepemimpinan TNI dan kode etik perwira. “Sapta marga” berarti tujuh jalan atau semacam garis perjuangan TNI. Terdiri dari tujuh butir kalimat yang berbunyi :
1. Kami warga Negara kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan pancasila. 2. Kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi Negara, yang
bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami kstaria Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta membela kejujuran kebenaran keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan bangsa Indonesia.
5. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit. 6. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam
melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan bangsa.
7. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menepati janji serta sumpah prajurit.
“Sumpah prajurit” adalah sumpah yang di berlakukan bagi setiap anggota TNI baik Tamtama, Bintara maupun perwira terdiri dari lima butir dan berbunyi sebagai berikut :
Demi Allah saya bersumpah / berjanji :
43
Djoko Suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif,( Jakarta : PUSPEN TNI, 2007 ),h. 43
(39)
1. Bahwa saya akan setia kepada Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945
2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dengan tidak membantah perintah atau keputusan.
3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada tentara dan Negara Republik Indonesia.
5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya. “Delapan wajib TNI”, kalau sapta marga adalah norma-norma yang mengatur hubungan pribadi prajurit dengan institusi TNI, Delapan wajib TNI adalah norma-norma yang wajib dipatuhi oleh setiap prajurit TNI dalam berhubungan dengan masyarakat luar. Sesuai dengan namanya, delapan wajib TNI terdiri dari delapan butir.44
1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat. 2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat. 3. menjunjung tinggi kehormatan wanita. 4. menjaga kehormatan diri dimuka umum.
5. senantiasa menjadi contoh dalam sikap kesederhanaan. 6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.45
“Sebelas Azas kepemimpinan TNI” adalah berisi asas-asas kepemimpinan di dalam TNI yang terdiri dari 11 butir :
1. Taqwa, beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat kepadanya. 2. Ing ngarsa sung tulada, memberi suri tauladan dihadapan anak buah. 3. Ing madya mangun karsa, ikut bergiat serta menggugah semangat
ditengah-tengah anak buah.
4. Tut wuri handayani, mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
44
Muhadjir Effendi, Jati diri dan profesi TNI, (Malang : UMM press, 2009),h .86
45
(40)
5. Waspada purba wisesa, selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi terhadapa anak buah.
6. Ambreg parama arta, dapat memilih dengan tepat mana yang harus dilakukan.
7. Prasaja, tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebihan.
8. Satya, sikap loyal yang timbale balik, dari atasan terhadapa bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan kesamping.
9. Gemi nastit, kesabaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar yang diperlukan.
10.Belaka, kemauan kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan.
11.Legawa, kemauan kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya.
Kode etik perwira (Budi Bakti Wira Utama), adalah kode etik profesi yang hanya berlaku bagi para perwira TNI, yang berbunyi sebagai berikut46 :
Budi : perwira Tentara Nasional Indonesia berbuat luhur, bersendikan : 1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Membela kebenaran dan keadilan 3. Memiliki sifat-sifat kesederhanaan
Bakti : perwira Tentara Nasioanl Indonesia berbakti untuk. 1. Mendukung cita-cita nasioanal
2. Mencintai kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia 3. Menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia
4. Setiap saat bersedia membela kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai kebahagiaan rakyat Indonesia.
Wira : perwira Tentara Nasional Indonesia adalah kesatria. 1. Memegang teguh kesetiaan dan ketaatan.
2. Pemimpin (soko guru) dari bawahanya. 3. Berani bertanggung jawab atas tindakanya
Utama : perwira Tentara Nasional Indonesia adalah,
46
(41)
1. Penegak persaudaraan dan kemanusiaan
2. Penjujung tinggi nama dan kehormatan Korp perwira Tentara Nasional Indonesia.47
D. Urutan Sangksi Hukum Militer
Sanksi Pidana Militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang militer tentang tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau kejahatan atau merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman berupa sanksi pidana terhadap pelanggarnya. Sanksi Pidana Militer bukanlah suatu hukum yang mengatur norma, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh prajurit TNI atau yang menurut ketentuan undang-undang dipersamakan dengan prajurit TNI.48
Namun jika terdapat suatu perkara yang didalamnya terdapat keterlibatan militer dan non militer maka hal tersebut disebut perkara koneksitas. Perkara koneksitas adalah suatu perbuatan pidana dilakukan oleh militer secara bersama-sama dengan masyarakat sipil. Ini sebagaimana ketentuan dalam pasal 89 ayat 1 KUHAP.49 Sedangkan urutan sanksinya yaitu :
Hukuman Yang Dapat Diberlakukan Bagi Pelaku Tindak Kejahatan Menurut Pasal 6 KUHPM terbagi atas 2 jenis hukuman, yaitu :
1. Pidana-pidana utama, terdiri atas: Pidana Mati, Pidana Penjara, Pidana Kurungan, Pidana Tutupan (UU No. 20 Tahun 1946)
2. Pidana-pidana tambahan, terdiri atas :
47
Muhadjir Effendi, Jati Diri dan Profesi TNI, (Malang : UMM press, 2009), h. 85
48
Cahyo, Makalah pidana militer,http://www.scribd.com/doc/87702295/pidana-militer-baru di akses 15 september 2016.
49
(42)
a. Ke-1, Pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya untuk memasuki angkatan bersenjata
b. Ke-2, Penurunan pangkat
c. Ke-3, Pencabutan hak-hak yang disebutkan pada pasal 35 ayat pertama
pada nomor-nomor ke1, ke-2 dan ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Dari beberapa penjelasan mengenai hukuman yang ada diatas, ada satu contoh yang masuk dalam kategori pidana tambahan dan masuk pada nomor ke-1. 50
Jenis Pelanggaran Hukum Disiplin Militer terdiri atas:
1. segala perbuatan yang bertentangan dengan perintah kedinasan, peraturan kedinasan, atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Tata Tertib Militer; dan 2. perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana yang
sedemikian ringan sifatnya. Pasal 9
Jenis Hukuman Disiplin Militer terdiri atas: 1. teguran
2. penahanan disiplin ringan paling lama 14 (empat belas) hari; atau 3. penahanan disiplin berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari. Pasal 10
Penjatuhan Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diikuti dengan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
1. Dalam keadaan khusus, jenis Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dan huruf c dapat diperberat dengan tambahan waktu penahanan paling lama 7 (tujuh) hari.
2. Keadaan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Negara dalam keadaan bahaya;
50
Undang-undang Republik Indinesia nomor 26 tahun 1997 tentang Hukum Displin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(43)
b. Dalam kegiatan operasi militer;
c. Dalam kesatuan yang disiap siagakan; dan/atau
d. Militer yang melakukan pengulangan Pelanggaran Disiplin Militer dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan setelah dijatuhi Hukuman Disiplin Militer. Pasal 12
(1) Militer yang dijatuhi Hukuman Disiplin Militer lebih dari 3 (tiga) kali dalam pangkat yang sama, dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak patut dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas militer, diberhentikan tidak dengan hormat.
(2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 51
Ketentuan tambahan pasal 55 a. hukuman disiplin tidak boleh dijatuhkan bersamaan waktunya dengan pidana yang akan atau sudah dijatuhkan. Pasal b, penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan tuntutan pidana atau gugatan perkara perdata, sengketa tata usaha militer, pembendaharaan Negara atau perkara lainya.52
F. Sistem peradilan pidana publik proses hukum pidana penganiayaan
1. Pelaporan
Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian. a. Korban (Terutama untuk delik aduan)
b. Saksi
c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan
51
Undang-undang republik Indonesia no 25 tahun 2014 tentang disiplin militer, pdf di unduh pada tanggal 10 mei 2016.
52
Panglima TNI Edriartono , peraturan disiplin prajurit TNI , disahkan dengan keputusan panglima TNI NOMOR KEP/22/VII/2005 TANGGAL 10 AGUSTUS 2005
(44)
2. Penyidikan
Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah: serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat jelas tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.53 Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta sebagai saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak hukum, warga yang diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal selama proses penyidikan berlangsung.
3. Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan meminta Hakim Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan perkara. Lalu Jaksa akan membaca dengan tekun dan teliti untuk merumuskan dokumen tuntutan untuk di limpahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.54
4. Persidangan
Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Hakim mengadili kasus di depan sidang pengadilan. Dalam persidangan diperlukan
53
Hulsman, Sistem Peradilan Pidana dalam Perspektif Perbandingan Hukum, (Jakarta : Rajawali, 1984).h. 47
54
Hulsman, Sistem Peradilan Pidana dalam Perspektif Perbandingan Hukum, (Jakarta : Rajawali, 1984).h. 48
(45)
pemantauan dari warga bersama paralegal baik bila warga masyarakat menjadi korban maupun bila dituduh sebagai tersangka.
5. Eksekusi putusan pengadilan
Bila semua pihak setuju dengan putusan pengadilan, maka putusan akan memiliki kekuatan hukum tetap, dan disusul dengan pelaksanaan eksekusi. Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Eksekusi akan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Tapi bila salah satu pihak keberatan dengan putusan tingkat pertama, maka bisa mengajukan banding. Untuk meminta banding/kasasi, diperlukan dasar hukum dan alasan yang kuat. Untuk itu sebaiknya minta nasihat dari pengacara bila ingin mengajukan banding atau kasasi. Semua putusan hakim wajib ditulis dan bisa diakses oleh para pihak dan masyarakat umum.
Upaya Hukum Setelah Keluar Putusan Pengadilan Negeri: a. Banding
Banding ke Pengadilan Tinggi (di tingkat Propinsi): bila jaksa atau terdakwa atau kedua-duanya keberatan dengan putusan majelis hakim di pengadilan negeri,maka mereka bisa mengajukan banding atas putusan tersebut ke pengadilan tinggi.
b. Kasasi
Kasasi: bila jaksa atau terdakwa atau kedua-duanya tetap keberatan dengan putusan Pengadilan Tinggi, maka bisa dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung (di tingkat Nasional).
(46)
Yang harus diperhatikan bila kita menjadi tersangka, sebuah tindak pidana bila terjadi tindak pidana:
Pertama, periksa prosedur penangkapan, tanyakan apa kesalahan yang dituduhkan. Tanyakan surat perintah penangkapan, dan bacalah surat itu dengan teliti. Surat penangkapan dikeluarkan oleh kantor polisi atau jaksa untuk kasus pidana khusus.
Hubungi pengacara/lembaga bantuan hukum. Sekalipun kita memang melakukan apa yang dituduhkan, kita tetap berhak atas bantuan/pendampingan hukum.sebagaimana yang diatur pasal 37 sampai pasal 4055 (daftar LBH/pengacara masyarakat bisa dilihat di kantor LBH atau posko bantuan hukum terdekat).
Proses pemeriksaan: kita boleh menolak memberi kesaksian selama proses pemeriksaan bila belum didampingi oleh pengacara hukum.
Surat Perintah Penangkapan, minimal isinya memuat: 1. Identitas lengkap si tersangka
2. Pelanggaran pasal/peraturan yang disangkakan
Lamanya masa penahanan untuk penyidikan dan persidangan. 1. Penyidikan/Kepolisian 20 hari dapat ditambah 40 hari 2. Penuntut Umum/Jaksa 20 hari dapat ditambah 40 hari lagi 3. Persidangan tingkat pertama 30 hari dapat ditambah 60 hari lagi 4. Persidangan tingkat banding 30 hari dapat ditambah 60 hari lagi 5. Persidangan tingkat kasasi 50 hari dapat ditambah 60 hari lagi Hak tersangka:
1. Persidangan yang adil
55
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan Eksepsi dan Putusan Peradilan, ( Bandung: Citra aditya bakti, 2007).h. 61
(47)
2. Didampingi oleh penasehat hukum
3. Memperoleh berkas perkara dalam setiap tingkat pemeriksaan 4. Tidak mengalami kekerasan atau tekanan.
Bagaimana Bila Anda Mengalami Kekerasan Fisik Selama Proses Penyidikan segera Hubungi Keluarga Atau Pengacara Untuk Minta Visum Dokter Kalau Masa Penahanan Yang Benar Tidak Dipatuhi Apa yang bisa dilakukan oleh korban atau keluarga dan teman korban. Yang bisa dilakukan adalah mengajukan gugatan praperadilan. Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri tempat tersangka ditahan. Yang jadi tergugat adalah Polisi tempat ia ditahan Asas Praduga Tidak Bersalah Selama Proses Pidana Berlangsung, Seseorang Dianggap Tidak Bersalah Sampai Pengadilan Dapat Membuktikan Sebaliknya Definisi:
Saksi : Orang yang dianggap mengetahui terjadinya tindak pidana atau kasus perdata. Dia diminta oleh polisi untuk menceritakan apa yang dia ketahui tentang kasus tersebut.
Tersangka: Orang yang diduga melakukan tindakk pidana namun sesuai asas praduga tak bersalah, sebelum ada keputusan pengadilan maka dia belum dianggap bersalah.
Terdakwa : Tersangka disebut terdakwa pada saat dia mulai disidangkan dipengadilan.
Terpidana : Setelah ada putusan pengadilan maka terdakwa menjadi terpidana, terpidana adalah orang yang telah dinyatakan bersalah dan menjalani hukuman.
(1)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Kejuruan Supplay Oprational Basic Corps (SOBSC) di Skadik 304 Lanud Suryadarma Kalijati Subang Jabar pada bulan Desember 2011 mengikuti Sekolah Kejuruan Cataloging di Skadik 304 Lanud Suryadarma Kalijati Subang Jabar, pada bulan Maret 2012 mengikuti Latihan Kerja Cataloging (Latker) di Bekmatpus Dismatau Jakarta dan setelah selesai ditempatkan di Bekmatpus Dismatau sampai sekarang dengan pangkat Serda NRP 540310.
g. Terdakwa VII masuk menjadi Prajurit TNI AU pada tahun 2010 melalui pendidikan Semaba PK A-35 di Lanud Adi Soemarmo Solo Jateng, setelah lulus dilantik dengan pangkat Serda selanjutnya pada bulan Januari 2011 mengikuti Sekolah Kejuruan Administrasi Keuangan di Skadik 503 Lanus Atang Sendjaya Bogor Jabar dan setelah selesai ditempatkan di Bekmatpus Dismatau sampai sekarang dengan pangkat Serda NRP 540536.
2. Bahwa benar sesuai dengan Skeppera dari Kepala Dinas Materil Angkatan Udara Nomor : Kep/3/I/2015 tanggal 29 Januari 2015, para Terdakwa masih aktif berdinas sebagai anggota Dismatau.
3. Bahwa didalam persidangan para Terdakwa menggunakan pakaian lengkap dengan atribut TNI-AD dengan pangkat Kopka dan saat ditanyakan kesehatan para Terdakwa mengaku sehat jasmani dan rohani dan saat dilakukan pengecekan identitas memang benar adalah para Terdakwa yang diajukan dipersidangan oleh Oditur Militer para Terdakwa mampu bertanggung jawab atas perbuatannya.
4. Bahwa benar dipersidangan para terdakwa dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga tidak terlihat adanya tanda-tanda para terdakwa terganggu jiwanya maupun menderita suatu penyakit.
Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur kesatu “Barang siapa” telah terpenuhi.
Unsur kedua : “ Dengan sengaja menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain “.
Bahwa yang dimaksud dengan menghendaki dan menginsyafi terjadinya suatu tindak pidana/ perbuatan beserta akibatnyasedangkan yang dimaksud dengan “tanpa hak” adalah suatu perbuatan yang dilakukan tanpa kewenangan yang sah bertentangan dengan perundang-undangan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakat atau melanggar hak pribadi orang lain yang dilindungi hukum tersebut. Bahwa menimbulkan rasa sakit atau luka adalah segala perbuatan yang dapat menimbulkan rasa sakit, seperti memukul, menendang, melempar, mencekik, dsb.
Bahwa yang dimaksud kepada orang lain adalah yang menderita rasa sakit atau luka tersebut orang lain, maka Terdakwa dan agar dapat masuk dalam unsur ini maka si korban harus menjadi sakit ataupun terhalang dalam melakukan pekerjaan ataupun jabatannya sehari-hari.
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para Saksi di bawah sumpah, keterangan para Terdakwa, dan alat-alat bukti lainnya yang diajukan ke persidangan terungkap fakta-fakta sebagai berikut :
1 Bahwa benar pada hari Jum’at tanggal 25 januari 2013 saksi-1 bersama serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti melaksanakan piket jaga mess Walet Bekmatpus Halim P Jakarta Timur dan sekira pukul 21.00 wib diadakan pembinaan fisik di lapangan volley mess Walet Bekmatpus dengan melakukan push up, sit up, merayap, jungkir dan guling-guling dilanjutkan dengan apel malam yang diambil oleh para terdakwa dan diikuti oleh saksi-1 bersama dengan leting saksi yang berjumlah 20 (dua puluh) orang.
2 Bahwa benar pada apel malam tersebut saksi-1 dan letingnya diperintah membentuk barisan 2 (dua) saf lalu salah satu dari para terdakwa berteriak “ Yang dinas dalam maju kedepan ! “ lalu saksi-1 bersama serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti maju kedepan barisan kemudian saksi-1, serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti ditanya secara bergantian
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
(2)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
oleh para terdakwa dengan kata-kata “Kenapa kamar mandi kalian kotor, kamar mandi senior kotor, apa tidak kamu bersihkan ? “ lalu dijawab oleh saksi-1 “Siap sudah dibersihkan” tiba-tiba saksi-1 langsung dipukul oleh terdakwa-VI mengenai bagian perut hingga saksi-1 jongkok karena kesakitan.
3 Bahwa benar karena saksi-1 dikira berpura-pura kesakitan selanjutnya saksi-1 diperintahkan oleh terdakwa-VI untuk mengambil sikap kayang lalu saksi-1 dipukul oleh terdakwa-VI dari atas mengenai perut berulangkali, kemudian saksi-1, saksi-2, saksi-3 dan semua leting saksi-1 berjumlah 20 (dua puluh orang dipukuli oleh para terdakwa berulangkali secara bergantian, kemudian mata saksi-1 ditutup dengan menggunakan kaos loreng yang digunakan saksi-1 hingga saksi-1 telanjang dadadan kepala saksi-1 ditutupi dengan ember kemudian dipukul lagi hingga saksi-1 terjatuh.
4 Bahwa benar setelah kaos penutup mata saksi-1 dibuka oleh terdakwa-VII dan terdakwa-II selanjutnya saksi-1 kembali dipukuli oleh terdakwa-VII dan terdakwa-II mengenai bagian perut dengan menggunakan tangan mengepal hingga saksi-1 terjatuh kemudian saksi-1 mengeluh kesakitan kemudian saksi-1 diperintahkan untuk istirahat hingga apel malam selesai.
5 Bahwa benar setelah kejadian tersebut keesokan harinya pada hari sabtu tanggal 26 Januari 2013 sekira pukul 20.00 wib saksi-1 diantar oleh terdakwa-V ke Klinik Kharisma di Jl. Komodor Halim PK Jakarta timur untuk berobat dan dari hasil pemeriksaan saksi-1 dinyatakan mengalami usus buntu dan karena peralatannya tidak memadai untuk menangani penyakit usus buntu maka saksi-1 dirujuk ke RSAU dr. Eswan Antariksa Halim PK, lalu saksi-1 di cek darah dan urine kemudian diberi obat lalu disuruh pulang.
6 Bahwa benar pada hari senin tanggal 28 Januari 2013 saksi-1 perutnya masih terasa sakit maka sekira pukul 11.00 wib saksi-1 diantar oleh terdakwa-III ke RSAU dan sekira pukul 16.00 wib saksi-1 dirawat karena dari diagnosa oleh dokter saksi-1 menderita usus buntu dan akan dilakukan operasi.
7 Bahwa benar pada hari selasa tanggal 29 Januari 2013 saksi-1 dioperasi dan setelah dioperasi ternyata usus buntu saksi-1 tidak ada masalah namun ditemukan adanya rembesan darah dari rongga tengah perut saksi-1 sehingga dokter mengambil tindakan operasi lanjutan untuk mengetahui penyakit yang diderita saksi-1.
8 Bahwa benar pada tanggal 14 Februari 2013 saksi-1 dioperasi kembali karena usus halus saksi-1 ada yang rusak dan setelah selesai operasi dokter menyampaikan bahwa usus saksi-1 ada yang rusak sepanjang lebih kurang 2 (dua) meter sehingga saksi-1 harus dirawat hingga bulan maret 2013.
9 Bahwa benar penyakit yang diderita oleh saksi-1 adalah akibat dari trauma tumpul yaitu akibat dari pukulan dari para terdakwa.
10 Bahwa benar akibat dari pukulan yang dilakukan oleh para terdakwa selain saksi-1, saksi-2 dan saksi-3 merasa sakit namun tidak sampai dirawat dirumah sakit.
Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur kedua “ Dengan sengaja menimbulkan rasa sakit pada orang lain” telah terpenuhi.
Unsur ketiga : “ Dilakukan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri “.
Bahwa yang dimaksud secara bersama-sama adalah pelaku dari suatu tindak pidana lebih
dari satu atau di antara para pelaku terdapat kerja sama secara sadar dan langsung, sedangkan di antara para pelaku terdapat saling mengerti perbuatan pelaku lain, begitu pula secara langsung suatu tindak pidana yang terjadi adalah merupakan perwujudan langsung dari perbuatan para
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
(3)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
pelaku. Sedangkan pengertian sendiri-sendiri adalah perbuatan para pelaku dilakukan terhadap
obyek yang sama tapi tidak punya kepentingan yang sama.
Bahwa berdasarkan keterangan para Saksi di bawah sumpah, keterangan para Terdakwa serta alat bukti lainnya di persidangan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut :
1 Bahwa benar pada hari Jum’at tanggal 25 januari 2013 saksi-1 bersama serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti melaksanakan piket jaga mess Walet Bekmatpus Halim P Jakarta Timur dan sekira pukul 21.00 wib diadakan pembinaan fisik di lapangan volley mess Walet Bekmatpus dengan melakukan push up, sit up, merayap, jungkir dan guling-guling dilanjutkan dengan apel malam yang diambil oleh para terdakwa dan diikuti oleh saksi-1 bersama dengan leting saksi yang berjumlah 20 (dua puluh) orang.
2 Bahwa benar pada apel malam tersebut saksi-1 dan letingnya diperintah membentuk barisan 2 (dua) saf lalu salah satu dari para terdakwa berteriak “ Yang dinas dalam maju kedepan ! “ lalu saksi-1 bersama serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti maju kedepan barisan kemudian saksi-1, serda Angga Priyatna dan serda Oky Bimasakti ditanya secara bergantian oleh para terdakwa dengan kata-kata “Kenapa kamar mandi kalian kotor, kamar mandi senior kotor, apa tidak kamu bersihkan ? “ lalu dijawab oleh saksi-1 “Siap sudah dibersihkan” tiba-tiba saksi-1 langsung dipukul oleh terdakwa-VI mengenai bagian perut hingga saksi-1 jongkok karena kesakitan.
3 Bahwa benar karena saksi-1 dikira berpura-pura kesakitan selanjutnya saksi-1 diperintahkan oleh terdakwa-VI untuk mengambil sikap kayang lalu saksi-1 dipukul oleh terdakwa-VI dari atas mengenai perut berulangkali, kemudian saksi-1, saksi-2, saksi-3 dan semua leting saksi-1 berjumlah 20 (dua puluh orang dipukuli oleh para terdakwa berulangkali secara bergantian, kemudian mata saksi-1 ditutup dengan menggunakan kaos loreng yang digunakan saksi-1 hingga saksi-1 telanjang dadadan kepala saksi-1 ditutupi dengan ember kemudian dipukul lagi hingga saksi-1 terjatuh.
4 Bahwa benar akibat dari pukulan yang dilakukan oleh para terdakwa selain saksi-1, saksi-2 dan saksi-3 merasa sakit namun tidak sampai dirawat dirumah sakit.
Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur ketiga “Yang dilakukan secara bersama-sama”telah terpenuhi.
Menimbang, bahwa pada diri para Terdakwa tidak terdapat alasan pemaaf maupun alasan pembenar sehingga para Terdakwa tidak dapat lepas dari tuntutan Oditur Militer dan oleh karenanya para Terdakwa harus dinyatakan bersalah.
Menimbang, berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas merupakan fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan. Majelis Hakim berpendapat bahwa terdapat cukup bukti yang sah dan meyakinkan bahwa para Terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana : “Dengan sengaja dan menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain yang dilakukan secara bersama-sama”, sebagaimana diatur dan diancam dengan Pasal 351 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan subsideir telah terbukti secara sah dan meyakinkan maka dakwaan lebih subsideir tidak perlu dibuktikan lagi.
Menimbang, bahwa sebelum sampai pada pertimbangan terakhir dalam mengadili perkara ini, Majelis ingin menilai sifat, hakekat dan akibat dari sifat dan perbuatan para Terdakwa serta hal-hal lain yang mempengaruhi sebagai berikut :
1. Bahwa para Terdakwa melakukan tindak pidana karena para Terdakwa mempunyai sikap yang arogan terhadap adik letingnya dengan cara mengatasnamakan pembinaan, namun apa yang dilakukan oleh para Terdakwa bukanlah pembinaan akan tetapi melakukan tindakan kekerasan.
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
(4)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
2. Bahwa tindakan para Terdakwa tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan kesatuanya, para Terdakwa melakukan kekerasan tersebut adalah atas dasar keinginan para Terdakwa sendiri tanpa ada perintah dari atasannya yang berwenang.
3. Bahwa akibat perbuatan para Terdakwa Saksi-1 mengalami pendarahan pada usus sehingga harus dilakukan operasi yang mengakibatkan Saksi-1 mengalami gangguan kesehatan.
Menimbang, bahwa tujuan Majelis Hakim menjatuhkan pidana tidaklah semata-mata hanya memidana orang-orang yang bersalah melakukan tindak pidana tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendidik agar yang bersangkutan dapat insyaf kembali kejalan yang benar menjadi warga negara dan Prajurit yang baik sesuai dengan Falsafah Pancasila dan Sapta Marga, oleh karena itu sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana atas diri para Terdakwa dalam perkara ini perlu lebih dahulu memperhatikan hal-hal yang dapat meringankan dan memberatkan pidanannya yaitu:
Hal-hal yang meringankan :
1. Bahwa para terdakwa belum pernah dihukum baik disiplin maupun pidana. 2. Bahwa para terdakwa masih muda dan masih dapat dibina.
Hal-hal yang memberatkan :
1 Para terdakwa bertindak sewenang-wenang terhadap yuniornya.
2 Perbuatan para terdakwa dapat berpengaruh buruk terhadap disiplin prajurit di kesatuannya. 3 Perbuatan para terdakwa dapat menimbulkan hubungan yang tidak sehat antara senior
dengan yunior.
Menimbang, bahwa setelah meneliti dan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, Majelis ber-pendapat, pidana sebagaimana tercantum pada diktum di bawah ini adil dan seimbang dengan kesalahan para Terdakwa.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa harus dipidana, maka ia harus dibebani untuk membayar biaya perkara.
Menimbang, bahwa barang-barang bukti dalam perkara ini berupa surat :
a 1 (satu) lembar Visum Et Repertum dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta Nomor R/57/IX/2013 tanggal 26 September 2013 atas nama Tn. M. Fayodi yang ditandatangani oleh dokter pemeriksa atas nama Dr. Fitaniar Arsetya;
b 1 (satu) lembar Surat Laporan Bedah Tindakan I dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta tertanggal 29 Januari 2013 atas nama Tn. M. Fayodi yang ditandatangani oleh Dokter pemeriksa atas nama Dr. Chandra, Sp.B;
c 3 (tiga) lembar foto korban tindak pidana penganiayaan pada hari Jumat tanggal 25 Januari 2013 sekira pukul 21.00 di depan lapangan villy Mess Walet Bekmatpus Lanud Halim P Jaktim yang dibuat dan ditandatangani oleh Penyidik Satpom Lanud Halim P tertanggal 2 April 2014;
d 1 (satu) lembar Surat Resume dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta atas nama Tn. Muhammad Fayodi, Serda NRP 541191 yang ditandatangani oleh Dokter pemeriksa atas nama Dr. Chandra, Sp.B.
Menimbang, Bahwa oleh karena barang-barang bukti tersebut diatas erat kaitannya dengan tindak pidana yang dilakukan oleh para terdakwa maka perlu ditentukan statusnya.
Mengingat, Pasal 351 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan ketentuan perundang-undangan lain yang bersangkutan.
M E N G A D I L I
1. Menyatakan para Terdakwa tersebut di atas yaitu nama : Terdakwa I : MUHAMMAD ALFAN ALFARUQI, Pangkat SERDA NRP 540257; Terdakwa II: TYAN ANDIKA
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
(5)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
FARNA, Pangkat SERDA NRP 540280; Terdakwa III: GURUH SANDHI
ARDYATAMA Pangkat SERDA NRP 540283; Terdakwa IV: YAN WIJAYA WINDU
AGUSTAWAN Pangkat SERDA NRP 540299 ; Terdakwa V: ALDINO BAGUS SETIYASAN Pangkat SERDA NRP 540305; Terdakwa VI: KURNIAWAN AJI KUSUMA Pangkat SERDA NRP 540310; Terdakwa VII: PRAYOGA SATRYANSAH PUTRA PRATAMA Pangkat SERDA NRP 540536 telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : “Penganiayaan yang dilakukan secara bersama-sama”.
2. Memidana Terdakwa oleh karena itu dengan :
Terdakwa I : Pidana penjara selama 5 (Liama) bulan. Terdakwa II : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan. Terdakwa III : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan. Terdakwa IV : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan. Terdakwa V : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan. Terdakwa VI : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan. Terdakwa VII : Pidana penjara selama 5 (Lima) bulan.
3. Menetapkan barang bukti berupa surat :
a 1 (satu) lembar Visum Et Repertum dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta Nomor R/57/IX/2013 tanggal 26 September 2013 atas nama Tn. M. Fayodi yang ditandatangani oleh dokter pemeriksa atas nama Dr. Fitaniar Arsetya;
b 1 (satu) lembar Surat Laporan Bedah Tindakan I dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta tertanggal 29 Januari 2013 atas nama Tn. M. Fayodi yang ditandatangani oleh Dokter pemeriksa atas nama Dr. Chandra, Sp.B;
c 3 (tiga) lembar foto korban tindak pidana penganiayaan pada hari Jumat tanggal 25 Januari 2013 sekira pukul 21.00 di depan lapangan villy Mess Walet Bekmatpus Lanud Halim P Jaktim yang dibuat dan ditandatangani oleh Penyidik Satpom Lanud Halim P tertanggal 2 April 2014;
d 1 (satu) lembar Surat Resume dari Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta atas nama Tn. Muhammad Fayodi, Serda NRP 541191 yang ditandatangani oleh Dokter pemeriksa atas nama Dr. Chandra, Sp.B.
Tetap dilekatkan dalam berkas perkara.
4. Membebankan biaya perkara kepada paraTerdakwa masing-masing sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
Demikian diputuskan pada hari Kamis tanggal 30 April 2015 dalam musyawarah Majelis Hakim oleh Dr. JOKO SASMITO, SH., MH, KOLONEL CHK NRP 574162 sebagai Hakim Ketua, serta serta FX. RAGA SEJATI, SH LETKOL CHK NRP 545034 dan AHMAD GAWI, SH., M.H., MAYOR CHK NRP 563660 masing-masing sebagai Hakim Anggota I dan Hakim Anggota II yang diucapkan pada hari dan tanggal yang sama oleh Hakim Ketua di dalam sidang yang terbuka untuk umum, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut di atas, Oditur Militer, ARDIMAN NUR, S.H., MAYOR SUS NRP 524409, Penasehat Hukum HADIANA S.H. PNS III/A NIP 197502262009122001, Panitera ARIN FAUZAM, S.H, KAPTEN LAUT (KH) NRP 18879/P, serta di hadapan umum dan para Terdakwa.
HAKIM KETUA
Cap/Ttd
Dr. JOKO SASMITO, SH., MH KOLONEL CHK NRP 574162
HAKIM ANGGOTA-I HAKIM ANGGOTA-II
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
(6)
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Ttd
FX. RAGA SEJATI, SH NRP LETKOL CHK NRP 545034
Ttd
AHMAD GAWI, SH., MH. MAYOR CHK
NRP 563660
PANITERA
Ttd
ARIN FAUZAM, SH. KAPTEN LAUT (KH) NRP 18879/P
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]