B. Tindak pidana penganiayaan berat
Yang dimaksud dengan tindak pidana penganiayaan berat oleh undang- undang itu, oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal 354 ayat 1 dan
ayat 2 yang dirumuskan yaitu : 1. Barang siapa dengan sengaja menyebabkan orang lain mendapat luka berat
pada tubuhnya, karena bersalah telah melakukan penganiayaan berat, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu menyebabkan meninggalnya orang, maka orang yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sepuluh tahun.
60
C. Tindak pidana penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dulu.
Yang dimaksud dengan tindak pidana penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dulu itu oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal
355 ayat 1 dan ayat 2 KUHP yang rumusnya sebagai berikut. 1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan direncanakan lebih dulu dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun. 2. Jika perbuatan itu menyebabkan kematian, maka orang yang bersalah
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun. Tindak pidana penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dulu yang
diatur dalam pasal 355 KUHP itu merupakan sesuatu gequalificeerde zware
60
Lamintang dan Theo lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Jakarta ; Sinar Grafika, 2010,h. 159
mishandeling atau suatu penganiayaan berat dengan pemberatan, yakni sama dengan tindak pidana penganiayaan berat seperti yang diatur dalam pasal 354 KUHP, yang
karena didalamnya terdapat suatu unsur yang memberatkan maka pidana yang diancamkan terhadap pelakunya menjadi diperberat.
61
61
Lamintang dan Theo lamintang, Delik-Delik khusus kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Jakarta ; Sinar Grafika, 2010,h. 175
42
BAB III PANDANGAN ISLAM TERHADAP TENTARA
A. Tentara sebagai pekerjaan
Semenjak awal Islam memang menaruh perhatian khusus mengenai militer atau menjadi tentara, bahkan Rasulullah saw pernah meminta agar anak lelaki diajari
untuk berenang, gulat, dan berkuda, ada satu surat dalam Al-quran yang berkisah tentang “heroisme” kuda-kuda yang berlari kencang dalam berkecamuk peperangan.
`demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kakinya. Dan kuda yang menyerang diwaktu pagi,
maka iya menerbangkan debu dan menyerbu ketengah kumpulan musuh.
عق أف ص غ ف ق
ف ض ع
Q.S Al-Adiyat : 30: 1-4.
62
Dari ayat tersebut bisa di simpulkan militer atau menjadi tentara merupakan profesi mulia dalam pandangan Islam dan tidak ada satu profesi pun yang lebih
mulia dari ini. Rasulullah saw pun memiliki profesi ini, sebagai mana sabda beliau :
ق عج ك ش ا ع ه ع
ف ع ع
62
Al-Qurthubi di dalam tafsirnya 20 106 menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
wa sallam mengutus pasukan kuda yang dipimpin al-Mundzir bin al-Amru al-Anshari kepada suku Kinanah, akan tetapi setelah beberapa lama pasukan tersebut tidak ada kabar beritanya. Kemudian
orang-orang Munafik menyebarkan isu bahwa mereka terbunuh semuanya, maka turunlah ayat ini untuk memberitahukan bahwa pasukan muslimin dalam keadaan selamat dan sedang menyerang
musuh.Muhamad Ibrahim Al-Hifnawi dan Mahmud Hamid Usman,tafsir Al-Qurtubi,Beirut: Dar al- kotob al-Ilmiyah,h. 106
Artinya: aku di utus menjelang hari qiyamat dengan membawa pedang, sehingga menyembah Allah SWT. Yang Maha Esa tidak ada sekutu baginya, dan di
jadikan rezeki ku berada di bawah naungan tombak ku
63
Bahkan setelah Rasulullah SAW wafat pun perkembangan ilmu militer makin maju, dalam karya Al-Nadhim
64
menulis berbagai kategori mengenai cara menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang
berperang, dan menggunakan alat-alat senjata yang saat itu dipakai oleh semua bangsa. Bahkan pada periode kekuasaan khalifah Al-Mamluk produksi mengenai
ilmu militer sangat pesat perkembanganya.
65
Secara konseptual, dunia kemiliteran sudah di bangun oleh nabi sejak Rasulullah SAW masih di Makkah tepatnya ketika beliau diangkat menjadi rasul oleh
Allah dengan membangun pribadi-pribadi muslim yang bermental prajurit dan panglima. Adapun penerapanya baru di lakukan di madinah manakala situasi sudah
benar-benar aman dan terkendali.
66
Rasulullah SAW mendidik tentara dengan bertindak atas prinsip yang diajarkanya sendiri kepada manusia, dalam perkataan maupun dalam jiwanya, dan
mengatakan kepada para sahabatnya untuk berbuat demikian. Beliau menyampaikan risalahnya dengan kasih sayang dan tidak pernah membenarkan atau menganjurkan
63
Debby M. Nasution, kedudukan Militer dalam Islam dan Perananya Pada Masa Rasulullah Saw, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya , 2003.h. 39
64
Abu Al Faraj Muhamad bin Ishaq Al-Warraq beliau adalah seorang Ilmuan muslim yang hidup di masa dinasti Al-Mamluk
65
Ubadari berbagai sumber Republika – selasa, 08 april 2008 ,www.republika.com di unduh
25 mei 2016.
66
Nizar Abazhah, Perang Muhamad kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah Saw, Jakarta : Zaman , 2011.h. 370