5.5. Ringkasan Keterkaitan
Model dan Aplikasi Hasil Penelitian
5.5.1. Temuan Penelitian
Hasil temuan penelitian menunjukkan keterkaitan tiga model analisis kuantitatif, satu variabel kendali dan aplikasi model. Tiga model kuantitatif adalah model Leontif
Input-Output, model keunggulan komparatif wilayah location quotient dan model spasial hubungan fungsional pola penganggaran untuk memperbaiki kinerja pembangunan.
Sedangkan variabel kendali adalah analisis isi peraturan perundangan yakni UU No. 111967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan dan UU No. 42009 tentang
Mineral dan Batuara Minerba serta peluang perubahan kebijakan untuk aplikasi model lampiran 13.
Temuan model Leontif input-output menghasilkan arah transformasi struktur pengembangan ekonomi lokal di Sumbawa Barat untuk aspek 1 keterkaitan lingkage
antar sektor yakni keterkaitan langsung kebelakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang, keterkaitan langsung kedepan serta keterkaitan langsung dan tidak
langsung kedepan 2 dampak pengganda multiplier effect tiap sektor yakni pengganda pendapatan rumah tangga, pengganda pendapatan surplus usaha, pengganda pendapatan
pajak, pengganda nilai tambah total dan pengganda tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai bisnis dan industri berbasis pertanian yang di dukung oleh air
bersih dan pasokan energi listrik yang memadai adalah paling strategis untuk dijadikan arah pembangunan untuk percepatan proses transformasi struktur ekonomi menuju
keberlanjutan dan kemandirian pembangunan wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Basis- basis pertanian utama yang perlu dikembangkan adalah peternakan, perikanan, perkebunan
serta tanaman pangan dan hortikultura. Termasuk bagian yang tak terpisahkan dari basis pertanian yang diperlu dikembangkan adalah pengelolaan sumberdaya hutan, terutama
untuk mendukung pengembangan sistem pasokan sumberdaya air dan energi listrik yang kompetitif. Pengembangan rantai bisnis dan industri berbasis pertanian tersebut
dipridiksikan akan mampu mendorong 1 perkembangan rantai aktifitas ekonomi secara keseluruhan 2 laju pertumbuhan ekonomi 3 peningkatan kapasitas fiskal pemerintah 4
peningkatan daya tarik bisnis bagi dunia usaha 5 peningkatan serapan tenaga kerja dan 6 peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat.
140
Hasil temuan untuk keunggulan komparatif wilayah model location quotient di Sumbawa Barat memperkuat temuan model Leontif Input-Output. Hasil analisis location
quotient menunjukkan bahwa Kabupaten tersebut merupakan tempat pemusatan beberapa komoditi pertanian dari aspek produksi seperti penangkapan ikan didanau, budidaya ikan
tambak, penangkapan ikan wadukdam, peternakan, kedelai, jagung dan padi. Pengembangan sektor pertanian dari aspek produksi layak dilakukan di Sumbawa Barat
karena Kabupaten tersebut juga merupakan tempat pemusatan potensi lahan pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal baik untuk luas tanaman pertanian lainnya, lahan
kritis, maupun potensi lahan untuk tanaman kedelai dan padi. Alokasi anggaran dan kerjasama penganggaran antar daerah untuk pengembangan
basis-basis pertanian utama tersebut sesuai dengan sebaran sumberdayanya diketahui mampu meningkatkan 1 laju pertumbuhan ekonomi 2 kapasitas fiskal pemerintah 3
kesejahteraan masyarakat dan 4 partisipasi ekonomi masyarakat. Walaupun demikian, intensitas pengaruh tersebut masih pada level belum elastis dengan indikasi bahwa
transformasi struktur ekonomi dapat dipercepat melalui alokasi anggaran dan kerjasama penganggaran antar daerah untuk basis-basis pertanian utama tersebut, dimana level
alokasi saat ini masih terlalu rendah dari level yang dibutuhkan. Secara lebih rinci penjelasan tiap dimensi adalah sebagai berikut:
a. Pola penganggaran bidang pertanian terhadap luas wilayah di Sumbawa Barat
adalah positif, nyata, tidak elastis meningkatkan dimensi produktifitas ekonomi, kapasitas fiskal dan kesejahteraan dengan karaktersitik penganggaran untuk
Sumbawa Barat adalah rendah sehingga penganggaran bidang pertanian untuk dimensi ini perlu ditingkatkan.
b. Pola penganggaran bidang kehutanan dan perkebunan terhadap luas wilayah di
Sumbawa Barat adalah positif, nyata, tidak elastis meningkatkan dimensi ketimpangan partisipasi ekonomi dengan karakteristik penganggaran untuk
Sumbawa Barat adalah rendah sehingga penganggaran untuk bidang kehutanan dan perkebunan untuk dimensi ini perlu ditingkatkan.
c. Pola penganggaran bidang pertanian terhadap luas wilayah di Sumbawa Barat
adalah positif, nyata, tidak elastis meningkatkan dimensi laju pertumbuhan ekonomi dengan karakteristik penganggaran untuk Sumbawa Barat adalah rendah
sehingga penganggaran untuk bidang pertanian untuk dimensi ini perlu ditingkatkan.
141
d. Pola penganggaran bidang pertanian terhadap jumlah penduduk di Sumbawa Barat
adalah positif, nyata, tidak elastis meningkatkan dimensi laju pertumbuhan ekonomi dengan karakteristik penganggaran untuk Sumbawa Barat adalah rendah
sehingga penganggaran untuk bidang pertanian untuk dimensi ini perlu ditingkatkan.
Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sektor pertambangan sudah menjadi wacana dalam UU No. 42009 tentang mineral dan batubara. Sedangkan arah
transformasi struktur ekonomi untuk keterkaitan lingkage antar sektor secara umum diatur dalam pasal 3 dan pasal 8 UU tersebut. Untuk dampak pengganda multiplier effect
pendapatan rumah tangga secara umum diatur dalam pasal 3, dampak pengganda surplus usaha secara umum diatur dalam pasal 8 ayat 1, pasal 107, pasal 124 ayat 1, pasal 125 ayat
3. Untuk dampak pengganda pendapatan pajak, dampak pengganda nilai tambah total dan dampak pengganda nilai tambah total secara umum diatur dalam pasal 106 UU No.
42009. Untuk penggunaan sumberdaya lokal setempat secara umum diatur dalam pasal 8
ayat 1 point h berbunyi: pengembangan dan peningkatan nilai tambah dan manfaat kegiatan usaha pertambangan secara optimal. Sedangkan arah transformasi penganggaran
yang merupakan hubungan fungsional penganggaran untuk memperbaiki kinerja pembangunan yang merupakan bagi hasil SDA diatur dalam UU No. 332004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah PKPD. Apabila dilihat dari perspektif penganggaran untuk melakukan transformasi ke sumberdaya lokal bagi KabKota
penghasil sumberdaya mineral, komposisi pembagian royalty yang hanya 32 perlu dikaji ulang karena kurang memadai. Sebagaimana diketahui komposisi bagi hasil
sumberdaya pertambangan royalty dalam UU 332004 saat ini adalah 20 pemerintah pusat, 16 pemerintah propinsi, 32 pemerintah KabKota penghasil dan 32
KabKota lainnya. Disisi lain, dalam konteks transformasi sumberdaya pertambangan ke sumberdaya lokal, UU 332004 tidak secara rinci mengatur perbandingan besarnya
persentase belanja publikpembangunan belanja lansung dan belanja rutin belanja tidak langsung bagi pemerintah Propinsi maupun KabKota untuk pengembangan sektor
terbarukan dan sektor strategis non tambang lainnya seperti infrastruktur, energi dan lain- lain.
Peluang perubahan kebijakan untuk mengaplikasikan model yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai upaya mengarusutamakan transformasi struktur ekonomi
142
berbasis pertambangan ke sumberdaya lokal terbarukan, mengutamakan keunggulan komparatif wilayah, memprioritaskan arah penganggaran pada sektor-sektor terbarukan
pertanian dalam arti luas sebagai pengganti tambang, peluangnya masih Kecil di Sumbawa Barat dari perspektif narasi, kepentingan dan jaringan kerja aktor antara
pemangku kepentingan stakeholder. Dengan demikian proses transformasi struktur ekonomi belum mendapat dukungan dari sisi realitas perilaku stakeholder yang
diindikasikan dengan belum berkembangnya kesadaran, komunikasi dan jaringan kerjasama. Yang tercakup kedalam para stakeholder tersebut adalah Departemen Energi
Sumberdaya Mineral, Komisi VII DPR RI, Pemda Sumbawa Barat, DPRD Sumbawa Barat, PT. Newmont Nusa Tenggara, kalangan pendidikan dan akademisi, dunia usaha,
lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
5.5.2. Aplikasi Hasil Penelitian