5.4. Analisis Isi
content analisys UU No. 1167 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan dengan UU No. 42009 tentang Mineral dan Batubara
5.4.1. Pembangunan Berkelanjutan dan Nilai Tambah dalam UU No. 111967 dan UU No. 42009
Pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumberdaya mineral belum menjadi wacana dalam UU 1167, UU ini lahir jauh sebelum kerangka berfikir tentang
pembangunan berkelanjutan menjadi wacana dunia tahun 90-an. Kerangka berfikir ini 1992 dalam konferensi tingkat tinggi bumi di Rio de Jeneiro disepakati oleh hampir 178
negara didunia termasuk Indonesia untuk digunakan sebagai panduan. Program aksi dunia hasil konferensi Rio tersebut dikenal sebagai agenda 21, yaitu program aksi untuk
pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang dapat diadopsi dan diadaptasi oleh negara industri maju maupun negara sedang berkembang, negara kaya maupun negara
miskin Agenda 21 Sektoral, 2000. Agenda 21 disusun berdasarkan laporan komisi dunia tentang lingkungan dan pembangunan WCED diketuai oleh Gro Harlem Brutland yang
berjudul “Masa Depan Kita Bersama” Our Common Future disetujui dalam sidang umum PBB pada tahun 1987 untuk ditindaklajuti.
Lebih dari 40 tahun UU 111967 digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan sumberdaya mineral di Indonesia. Menurut Sigit 2004 sepanjang kurun waktu 1967-1996
pertambangan Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat. Melalui konsep KKP dan perjanjian karya pengusahaan batubara PKP2B, tidak kurang dari 376 perusahaan telah
mendapat ijin untuk menambang emas, perak, batubara serta mineral logam lainnya. Selama kurun waktu tesebut perusahaan pertambangan mendapat kemudahan regulasi dari
pemerintah Indonesia, pemerintah memberikan perlakuan khusus lex specialis pada kontrak karya pertambangan dan conjuctive title pada kontraktor yaitu hak berkelanjutan
untuk melaksanakan kegiatan sejak tahap survei, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan penjualan hasil usaha pertambangan sehingga dalam dunia pertambangan dikenal istiah a
cradle to grave contract dari sejak buaian hingga keliang lahat. Selama periode itu pula penanaman modal asing PMA diatur dengan UU 167, untuk bidang pertambangan
mineral logam diatur dengan pola Kontrak Karya Pertambangan KKP, sedang untuk bidang pertambangan batubara diatur dengan pola Perjanjian Kerjasama Pengembangan
Pertambangan Batubara disingkat PKP2B. Menurut Sembiring 2009, hak dan kewajiban pelaku usaha menyangkut nilai
tambah hanya diatur dalam kontrak, pemanfaat tenaga kerja setempat, kemitraan tenaga kerja lokal dan program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat tidak diatur dalam
126
UU 1167. Sedangkan didalam UU 42009 mengatur dengan jelas tentang nilai tambah yang mengharuskan pengolahan dan pemurnian hasil tambang didalam negeri,
pemanfaatan tenaga kerja setempat, keikutsertaan pengusaha lokal dan penggunaan jasa pertambangan lokal. Beberapa butir perbandingan UU No. 1167 dan UU No. 42009
tentang pelaku usaha dan nilai tambah yang mengutamakan kepentingan lokal dan nasional ditunjukkan pada Tabel 54.
Tabel 54. Beberapa Butir Perbandingan UU No. 111967 dan UU Minerba No. 42009 No
UU No. 111967 UU Minerba No. 42009
1. Pelaku Usaha:
1. Investor domestik KP, SIPD, PKP2B 2. Investor asing KK, PKP2B
3. Luas usaha pertambangan tidak dirinci Pelaku Usaha:
1. IUP Izin Usaha Pertambangan diberikan pada badan usaha, koperasi dan perseorangan
pasal 38 2. IPR Izin Pertambangan Rakyat diberikan
pada penduduk setempat, naik perseorangan maupun kelompok masyarakat dan atau
koperasi pasal 67, dengan luas terperinci pasal 68
3. IUPK Izin Usaha Pertambangan Khusus diberikan pada badan usaha berbadan hukum
Indonesia, baik BUMN, BUMD, maupun swasta. BUMN dan BUMD mendapat
prioritas pasal 75
2. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha:
1. Keuangan: - KP, sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku - KKPKP2B, tetap pada saat kontrak
ditandatangani 2. Lingkungan sedikit diatur
3. Nilai tambah hanya diatur didalam kontrak
4. Pemanfaatan tenaga kerja setempat tidak diatur
5. Kemitraaan pengusaha lokal tidak diatur 6. Program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat tidak diatur Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha:
1. Keuangan: membayar pendapatan negara dan daerah: Pajak, PNBP, iuran pasal 128-133
2. Lingkungan: - Good mining practices pasal 95
- Reklamasi, pasca tambang dan konservasi yang telah direncanakan, beseta dana yang
disediakan pasal 96-100 3. Nilai tambah. Pemegang IUP operasi produksi
wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil tambang di dalam negeri pasal 103-104
4. Mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat pasal 106
5. Saat tahap operasi produksi, wajib mengikutsertakan pengusaha lokal pasal 107
6. Menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pasal 108
7. Wajib menggunakan perusahaan jasa pertambangan lokal danatau nasional seperti
konsultasi dan perencanaan pasal 124
Sumber : Sembiring, 2009
127
5.4.2. Hubungan Temuan Penelitian dengan Analisis Isi UU No. 111967 dan UU No. 42009