struktur merupakan salahsatu pilihan bagi pembangunan wilayah kabupaten tersebut jika tidak ingin terperangkap dalam fenomena Kabupaten hantu ghost regency
4
atau Ghost City ketika tambang habis.
1.6. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah transformasi struktur ekonomi berbasis pertambangan ke sumberdaya
lokal terbarukan dapat dilakukan? 2.
Apakah transformasi struktur ekonomi didukung oleh pola penganggaran untuk
memperbaiki kinerja pembanguan di masa depan?
3. Apakah transformasi pertambangan didukung oleh peraturan perundangan dan
kesiapan stakeholder di Sumbawa Barat?
1.7. Kebaruan
Novelty
Kebaruan novelty penelitian ini adalah terbentuknya pemahaman dan paradigma baru pembangunan daerah berkelanjutan pada sektor pertambangan yang bersifat tidak
terbarukan unrenewable resources dengan melakukan transformasi struktur ekonomi ke sumberdaya lokal terbarukan renewable resources dalam hal ini pertanian dalam arti luas
serta sektor strategis lainnya sesuai dengan karakteristik wilayah. Keberhasilan proses transformasi struktur ekonomi perlu didukung oleh peran penganggaran yang optimal
untuk memperbaiki kinerja pembangunan serta perubahan kebijakan pengelolaan pertambangan di Indonesia dari pusat hingga daerah dengan tujuan meminimalisir
fenomena penyakit Belanda Dutch Disease selama masa operasi pertambangan dan terhindarnya suasana Kabupaten hantu ghost regency ketika tambang tembaga, emas
serta mineral ikutannya habis tahun 2027 di Sumbawa Barat.
4
Ghost Regency atau Ghost City merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan daerah yang mengalami kegagalan dalam mengelola pertambangan, saat tambang habis. Misalnya pertambangan timah
selama 120 tahun di Dabo-Singkep kabupaten Lingga kepulauan Riau, demikian pula dengan gagalnya penambangan fospat selama 70 tahun di Republik Nauru yang menjadikan negara tersebut sebagai negara
hantu ghost state.
13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan World Commision on Environment and Development WCED 1988, insititusi yang pertama kali
menggulirkan konsep pembangunan berkelanjutan mendefinisikan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah “pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”. WCED membagi dua kunci konsep utama dari
definisi tersebut. Pertama, konsep tentang kebutuhan atau needs yang sangat esensial untuk penduduk miskin dan perlu diprioritaskan. Kedua, konsep tentang keterbatasan
atau limitation dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap
mampu mendukung kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Usulan konkrit dari himbauan tentang apa yang harus dilakukan telah diajukan
oleh IUCN The World Conservation Union. UNEP United Nation Environmental Program dan WWF World Wide Fund For Nature tahun 1991 menerbitkan dokumen
yang disebut Caring For The Earth : a Strategy for Sustainable Living. Menurut dokumen ini, pada prinsipnya harus ada pemaduan dan keseimbangan antara
pembangunan dan konservasi. Konservasi bukan menghambat tetapi justru mendukung pembangunan, karena hanya dengan mengkonservasikan alam maka pembangunan dapat
berkelanjutan. Dokumen ini merupakan pengembangan atas dokumen yang berisi usulan dan himbauan yang berjudul World Consevation Strategy tahun 1980, yang disusun oleh
ketiga badan dunia tersebut. Walaupun demikian dokumen ini kelihatannya kurang mendapat perhatian dunia. Ini disebabkan selain karena penyebaran yang memang
terbatas, bobot politik dan institutionalnya juga belum mencukupi. Ketua Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan WECD Gro Harlem
Brutland dalam pengantarnya di buku “Our Common Future” menceritakan bahwa tugas komisinya ketika memperoleh mandat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tahun 1983 adalah memformulasikan agenda global untuk perubahan atau “a global agenda for change” yang bertujuan :
1. Mengajukan strategi jangka panjang di bidang lingkungan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan tahun 2000 dan kedepan.