Berdasarkan hasil temuan simulasi Model Leontif input-output dari sisi keterkaitan antar sektor maupun dampak pengganda menunjukkan bahwa rantai bisnis
dan industri berbasis pertanian yang di dukung oleh air bersih dan pasokan energi listrik yang memadai adalah paling strategis untuk dijadikan arah pembangunan untuk
percepatan proses transformasi struktur ekonomi menuju keberlanjutan dan kemandirian pembangunan wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Basis-basis pertanian utama yang
perlu dikembangkan adalah peternakan, perikanan, perkebunan serta tanaman pangan dan hortikultura. Termasuk bagian yang tak terpisahkan dari basis pertanian yang diperlu
dikembangkan adalah pengelolaan sumberdaya hutan, terutama untuk mendukung pengembangan sistem pasokan sumberdaya air dan energi listrik yang kompetitif.
Pengembangan rantai bisnis dan industri berbasis pertanian tersebut dipridiksikan akan mampu mendorong 1 perkembangan rantai aktifitas ekonomi secara keseluruhan 2 laju
pertumbuhan ekonomi 3 peningkatan kapasitas fiskal pemerintah 4 peningkatan daya tarik bisnis bagi dunia usaha 5 peningkatan serapan tenaga kerja dan 6 peningkatan
pendapatan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat. Hasil temuan model Leontif juga didukung oleh hasil temuan keunggulan komparatif wilayah model location quotient di
Sumbawa Barat yang menunjukkan bahwa Kabupaten tersebut merupakan tempat pemusatan beberapa komoditi pertanian dari aspek produksi seperti penangkapan ikan di
danau, budidaya ikan tambak, penangkapan ikan wadukdam, peternakan, kedelai, jagung dan padi.
6.1.2. Hasil Temuan Peran Penganggaran untuk Memperbaiki Kinerja Pembangunan
Sementara itu alokasi anggaran daerah saat ini tidak ditujukan untuk pengembangan sektor pertanian yang menjadi sektor basis Sumbawa Barat selama masa
operasi dan antisipasi pasca tambang, kecilnya alokasi pendapatan daerah dari tambang sebesar 32 menurut UU322004 turut menambah masalah tersebut.
Belum terdapat alokasi anggaran untuk memperbaiki kinerja pembangunan kearah transformasi struktur ekonomi berbasis sumberdaya pertambangan ke
sumberdaya lokal terbarukan di Sumbawa Barat. Alokasi anggaran dan kerjasama penganggaran antar daerah untuk pengembangan basis-basis pertanian utama tersebut
sesuai dengan sebaran sumberdayanya diketahui mampu meningkatkan 1 laju pertumbuhan ekonomi 2 kapasitas fiskal pemerintah 3 kesejahteraan masyarakat dan 4
partisipasi ekonomi masyarakat. Walaupun demikian, intensitas pengaruh tersebut masih pada level belum elastis dengan indikasi bahwa transformasi struktur ekonomi dapat
dipercepat melalui alokasi anggaran dan kerjasama penganggaran antar daerah untuk
149
basis-basis pertanian utama tersebut, dimana level alokasi saat ini masih terlalu rendah dari level yang dibutuhkan. Artinya penganggaran rantai bisnis dan industri berbasis
pertanian yang di dukung oleh air bersih dan pasokan energi listrik di Kabupaten Sumbawa Barat secara relatif berada dibawah rata-rata 34 KabKota di tiga Propinsi
yakni Bali, NTB dan NTT sehingga arah transformasi penganggaran di masa depan adalah meningkatkan pengangaran bidang-bidang yang masih rendah tersebut.
6.1.3. Hasil Temuan Analisis Isi content analysis Peraturan Perundangan dan
Perubahan Kebijakan
Dari hasil analisis isi peraturan perundangan diketahui bahwa transformasi struktur ekonomi berbasis pertambangan ke sumberdaya lokal terbarukan sesuai dengan
hasil model Leontif input-output dan model keuggulan komparatif wilayah dalam penelitian ini masih sulit dilakukan jika merujuk pada UU No. 111967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan karena tidak mengatur mengenai aspek nilai tambah dan penggunaan potensi sumberdaya lokal setempat tenaga kerja, bahan baku,
kemitraan pengusaha lokal. Sedangkan UU No. 42009 tentang Mineral dan Batubara sudah mengatur tentang nilai tambah yakni melakukan pengolahan dan pemurnian hasil
tambang didalam negeri, mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, mengikutsertakan pengusaha lokal serta keterlibatan perusahaan jasa pertambangan
lokalatau nasional dalam konsultasi dan perencanaan. Namun demikian UU No. 42009 tentang Mineral dan Batubara yang disyahkan tgl 12 Januari 2009 masih belum ada
pengaturan transformasi ekonomi pasca tambang. Proses transformasi struktur ekonomi juga belum mendapat dukungan dari sisi
realitas perilaku stakeholder yang diindikasikan dengan belum berkembangnya kesadaran, komunikasi dan jaringan kerjasama. Yang tercakup kedalam para stakeholder
tersebut adalah Departemen Energi Sumberdaya Mineral, Komisi VII DPR RI, Pemda Sumbawa Barat, DPRD Sumbawa Barat, PT. Newmont Nusa Tenggara, kalangan
pendidikan dan akademisi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Persoalan transformasi struktur ekonomi saat tambang beroperasi dan pasca penambangan belum terantisipasi dengan baik karena belum berkembangnya wacana
pihak-pihak di daerah kearah pengembangan ekonomi lokal terbarukan pasca tambang. Kondisi status quo seperti ini juga disebabkan karena Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Daerah yang ada belum mengatur antisipasi ekonomi daerah pasca tambang maka peluang terjadinya ghost townregency akan tetap besar
150
6.2. Saran dan Rekomendasi
1. Sebagai negara yang memiliki kekayaan sumberdaya mineral, Indonesia perlu
melakukan benchmarking dengan negara-negara yang telah berhasil mengelola sumberdaya mineral misalnya Norwegia, Australia dan Canada untuk
menghindari terulangnya kasus tambang timah selama 180 tahun di Dabo Singkep yang akhirnya menjadi ghost town setelah pertambangan berakhir.
2. Perlu dirumuskannya paradigma baru kebijakan pertambangan di tingkat nasional
nasional policy yakni tafsir pembangunan berkelanjutan sektor pertambangan sebagai bentuk transformasi pertambangan ke sektor lainnya mencakup aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan secara terintegrasi sebelum tambang beroperasi, pada masa operasi dan pasca tambang. Hal ini perlu dilakukan mengingat sektor
pertambangan tidak dapat berdiri sendiri, perlu sinergi dan sinkronisasi dengan Undang-Undang Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN, UU322004
tentang Pemerintahan Daerah, UU332004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta Undang-Undang lainnya.
3. Negara sebagai pemilik sumberdaya alam perlu mempertimbangkan kepemilikan
saham golden share tanpa menyertakan modal dalam pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan amanat UUD 45 pasal 3 “bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Nilai ekonomi sumberdaya yang memiliki
posisi strategis didalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya memiliki rent lokasi locational rent sedangkan Ricardian rent adalah rente sumberdaya
berdasarkan kekayaan dan kesusuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai penggunaan aktifitas ekonomi, rente tidak lain adalah residual setelah seluruh
biaya dibayarkan dan biasanya diterima oleh pemilik sumber daya. 4.
Perlu dirumuskan grand strategy dan peta jalan road map yang merupakan exit strategy pengelolaan pertambangan di Sumbawa Barat yang mengarah pada
transformasi perubahan struktur ekonomi untuk mengantisipasi habisnya pertambangan yang bersifat tidak terbarukan unrenewable resources dengan
kendala masa operasi tambang yang pendek dan cadangan yang terus menipis ke sumberdaya lokal terbarukan renewable resources.
5. Sebagai konsekuensi dari butir 2 di atas perlu dilakukan revisi terhadap Rencana
Pembangunan Jangka Menengah RPJM Sumbawa Barat 2010-2015 dengan rumusan program secara terarah, sistematis, terukur dan terencana dalam
instrumen kebijakan perencanaan APBD tahunan Sumbawa Barat.
151