dan tingkat perkembangan masyarakat setempat. Indikator–indikator yang dapat menonjolkan azas tersebut pada tingkat daerah perlu mendapat perhatian secara khusus,
terutama untuk kasus seperti Indonesia dengan keragaman daerah yang sangat tinggi. Dengan keadaan yang seperti itu prioritas lokal bisa saja sangat berbeda antara suatu
daerah dengan daerahpemerintahan daerah lainnya. Pengunaan indikator dalam proses Pembangunan Berkelanjutan secara sederhana
ditunjukkan pada Gambar 8 sebagai berikut :
Kesepakatan pengertian pembangunan berkelanjutan
Laporan tentang keberlanjutan
Kesepakatan : tujuan Pembangunan
Perkembangan
Pengendalian
Pengorganisasian partisipasi masyarakat
Penggunaan indicator Pemantaun dan Pelaporan
Uji coba indikator Penggunaan indikator
Pemantauan dan pelaporan Rumusan rancangan indikator
Gambar 8. Penggunaan Indikator dalam Proses Pembangunan Berkelanjutan Sumber: Agenda 21 Sektoral buku 3 2000
2.3. Pembangunan Berkelanjutan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Mineral
Salah satu sifat sumberdaya mineral adalah tidak terbarukan. Sumberdaya yang tidak pulih adalah sumberdaya yang laju pemulihannya sangat lamban sehingga
sumberdaya tersebut tidak dapat memulihkan stoksediaannya dalam waktu yang ekonomis Conrad, 1999 dan Tietenberg, 2000. Sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui non renewable resources seperti mineral disebut juga sumberdaya terhabiskan depletable, yaitu sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan
regenerasi secara biologis sehingga suatu saat akan habis. Selain itu sumberdaya mineral memerlukan waktu yang lama untuk siap ditambang. Hotteling dalam Stiglitz 2007
25
menawarkan kerangka utuk menentukan waktu paling tepat mengeluarkan sumber alam dari perut bumi. Teori ini sebagai basis dari ekstraksi sumberdaya alam tidak pulih
secara optimal. Prinsip model Hotteling adalah bagaimana mengekstrak sumberdaya mineral secara optimal dengan kendala stok dan waktu. Aplikasi dari teori ini adalah
bagi pihak perusahaan pertambangan, untuk mendapatkan produksi sumberdaya mineral secara optimal harus mampu menentukan berbagai faktor produksi yang tepat dengan
kendala waktu dan stok deposit. Sedangkan bagi pihak pemilik sumberdaya dalam hal ini negara harus bersikap mengabaikan indifferent terhadap sumberdaya mineral,
apakah akan mengekstrak sekarang atau pada masa yang akan datang. Jadi sebagai pengambil kebijakan peran negara sangat menentukan terhadap eksploitasi sumberdaya
mineral yang tidak semata-mata berorientasi ekonomi economic oriented tetapi juga harus mempertimbangkan secara cermat dampak lingkungan, sosial, kesiapan
kelembagaan baik pemerintah maupun masyarakat. Sumberdaya mineral dengan sifat tersebut mempunyai implikasi yang sangat luas
dalam kehidupan masyarakat karena sumberdaya mineral merupakan aset yang memberi harapan dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu eksploitasi sumberdaya
mineral merupakan kesempatan bagi masyarakat yang hanya datang sekali saja, sehingga harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian industri pertambangan
merupakan industri alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi lain
industri pertambangan juga merupakan industri yang menimbulkan berbagai perubahan drastis terhadap lingkungan sehingga merupakan ancaman terhadap kelestarian fungsi-
fungsi lingkungan dan fungsi-fungsi kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi- potensi positif sektor pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-
potensi negatif ini, sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat Agenda 21, 2001.
Di lain pihak ada kenyataan bahwa investasi pertambangan merupakan satu- satunya cara untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya mineral. Sebab sumberdaya
mineral hanya mempunyai satu kemanfaatan, yaitu kemanfaatan ekonomis. Tanpa ada investasi, maka sumberdaya mineral dapat dikatakan tidak dapat memberikan
kemanfaatan apa pun. Kemanfaatan ekonomis dalam eksploitasi sumberdaya mineral cenderung ditujukan untuk mencapai tujuan–tujuan jangka pendek berupa kemanfaatan
finansial yang menjadi kepentingan investor maupun pemerintah. Karena sifatnya yang
26
jangka pendek, maka tujuan finansial juga cenderung dicapai dengan mengabaikan tujuan-tujuan dan kepentingan–kepentingan jangka panjang Agenda 21, 2001.
Tujuan jangka panjang yang terkait dengan investasi pertambangan pada umumnya merupakan kepentingan masyarakat luas dan masyarakat setempat. Kepentingan jangka
panjang yang terkait dengan investasi pertambangan meliputi kelestarian lingkungan, konservasi sumberdaya mineral dan kelestarian hak-hak masyarakat setempat. Kerusakan
atau peniadaan terhadap kepentingan jangka panjang ini tidak mungkin dapat dikompensasi atau dikoreksi dengan kemanfaatan finansial yang diperoleh dari investasi
pertambangan. Oleh karena itu azas Pembangunan Berkelanjutan sektor Pertambangan dimaksudkan dapat berfungsi sebagai instrumen yang efektif dalam upaya menciptakan
sebesar-besar kemakmuran rakyat melalui eksploitasi sumberdaya mineral Agenda 21, 2001.
Inti dari azas Pembangunan Berkelanjutan dalam pemanfaatan sumberdaya mineral adalah mengupayakan agar sumberdaya mineral dapat memberikan
kemanfaatan secara optimal bagi manusia pada masa kini tanpa megorbankan kepentingan generasi mendatang Agenda 21, 2001.
Mengingat sifat tidak terbarukan yang terkandung dalam sumberdaya mineral, maka eksploitasi sumberdaya mineral harus mampu menciptakan kondisi awal serta
kemampuan–kemampuan agar masyarakat dapat melanjutkan pembangunan setelah sumberdaya mineral habis di eksploitasi. Proses untuk menciptakan kondisi awal dan
proses peningkatan kemampuan–kemampuan masyarakat secara berkelanjutan inilah yang dimaksud sebagai proses transformasi sosial. Dengan kata lain, penerapan azas
pembangunan manusia berkelanjutan dalam eksploitasi sumberdaya mineral adalah untuk menciptakan proses transformasi sosial secara berkelanjutan.
Amin et al 2003 mengatakan implementasi kegiatan konservasi pertambangan
sebagai action plan actual dari peningkatan nilai tambah pertambangan adalah keberlanjutan manfaat ekonomi dan lingkungan sosial kemasyarakatan yang diperoleh
semenjak perencanaan, selama berlangsungnya kegiatan pertambangan sampai dengan pasca tambang. Peningkatan nilai tambah pertambangan adalah upaya optimalisasi atas
pengelolaan proses hulu-hilir kegiatan pertambangan serta pengembangan wilayah dan masyarakat di sekitar kegiatan pertambangan baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan Gambar 9.
27
POTENSI MINERAL BATUBARA
logam primersekunder, batubara, pasir urug, mineral industri, panas bumi
LEGALITAS KK, PKP2B, KP, SIPR, SIPD
IUPIPR
Pengembangan berkelanjutan PERTAMBANGAN
- eksplorasi
- penambangan
- pengolahanekstraksi
- penanganan hasil produksi
- pemasaran
- pasca tambang
PRODUK Based on demand applicable tecnology
Upgraded raw material Bahan baku setengah jadi
Bahan baku industri hilir
STRATEGI 1.
Terapan Teknologi Inovasi 2.
Dukungan Pemasaran + Jaringan Kerja
3. Down stream-upstream linkage
hulu-hilir 4.
Pengembangan SDM 5.
Faktor Sosial
MANFAAT Peningkatan Nilai Tambah
1. efek ganda
2. pengembangan industri kecil
3. pengembangan wilayah
4. pengembangan tenaga kerja lokal
5. pengembangan masyarakat
6. pemenuhan bahan baku energi industri dalam negeri
7. pertumbuhan ekonomi nasional
Gambar 9. Pola Pikir Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan Sumber : Amin et al, 2003
Kebijakan peningkatan nilai tambah pertambangan diharapkan dapat mewujudkan pembangunan pertambangan yang berkelanjutan baik tingkat lokal,
regional maupun nasional. Manfaat bukan saja dirasakan karena sedang ada pertambangan, tetapi juga karena pernah ada kegiatan pertambangan Amin et al, 2003.
2.4. Transformasi Sumberdaya kearah Berkelanjutan