Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

4.2 Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terletak di dalam wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Secara administratif, Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu termasuk dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Pulau Kelapa, dan Pulau Harapan. Bila dilihat secara geografis, maka Taman Nasional ini terletak pada 5 o 24’ – 5 o 45’ Lintang Selatan dan 106 o 25’ – 106 o 40’ Bujur Timur serta mencakup luas 107.489 Ha berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 6310Kpts-II2002, yang terdiri dari wilayah perairan laut seluas 107.489 Ha sekitar 22,65 persen dari luas perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan dua pulau Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 Ha. Pulau-pulau lain wilayah daratan yang berjumlah 108 tidak termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Namun jumlah pulau yang wilayah perairannya berada di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu berjumlah 76 buah dimana 20 buah pulau diantaranya dikembangkan untuk pulau wisata, enam buah pulau dihuni penduduk dan sisanya dikuasai perorangan atau badan usaha. Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut dengan beberapa pengaturan dari Pemerintah Pusat diantaranya melalui : 1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 527KptsUm71982 tanggal 21 Juli 1982, yang menunjukkan wilayah seluas 108.000 Ha Kepulauan Seribu sebagai Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Laut Pulau Seribu. 2. SK Menteri Kehutanan Ab 161Kpts-II95, tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu Seluas 108 Ha menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 3. Keputusan Direktur Taman Nasional dan Hutan Wisata Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan Nomor 02VITN-2SK1986 tanggal 19 April 1986 tentang Pembagian Zona di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 162Kpts-II1995 tanggal 21 Maret 1995 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Laut Kepulauan Seribu yang terletak di Kotamadya Daerah Tingkat II Jakarta Utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta seluas kurang lebih 108.000 Ha Menjadi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 5. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 220Kpts-II2000 tanggal 2 Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta seluas 108.475,45 Ha. 6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310Kpts-II2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan KPA Perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 Ha di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Didasarkan atas berita acara tata batas KPA perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu oleh Bupati Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2001. 7. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK.05IV-KK2004 tentang Pembagian Zona Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu. 8. Dalam rangka optimalisasi pengelolaan Taman Nasional sesuai dengan kekhasannya maka Direktorat Jenderal Perlindungan dan Kawasan Alam menetapkan di Taman Nasional model, melalui Keputusan Direktur Jenderal Nomor SK. 69IV-SetHO2006 dan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu merupakan salah satu Taman Nasional Model. Terdapat empat zona pengelolaan di wilayah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu diantaranya adalah Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata dan Zona Permukiman.

1. Zona Inti 4.449 Ha adalah bagian kawasan taman nasional yang mutlak

dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Terdapat 3 Zona Inti yaitu Zona Inti I 1.389 Ha meliputi perairan sekitar Pulau Gosong Rengat dan Karang Rengat pada posisi geografis 5°2700 - 5°2900 LS dan 106°2600 - 106°2800 BT, yang merupakan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata, dan ekosistem terumbu karang. Zona Inti II 2.490 Ha meliputi Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur serta perairannya, dan perairan sekitar Pulau Peteloran Timur, Peteloran Barat, Buton, dan Gosong Penjaliran, pada posisi 5°2636 - 5°2900 LS dan106°3200 - 106°3600 BT yang merupakan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem hutan mangrove. Zona Inti III 570 Ha meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira, Belanda dan bagian utara Pulau Bira Besar, pada posisi 5°3600-5°3700 LS dan 106°3336-106°3642 BT, yang merupakan perlindungan perlindungan penyu sisik Eretmochelys imbricata, dan ekosistem terumbu karang. Pengelolaan dalam Zona Inti hanya dapat dilakukan kegiatan seperti pendidikan, penelitian, dan penunjang budidaya, monitoring SDA hayati dan ekosistemnya serta membangun sarana prasarana untuk monitoring yang tidak merubah bentang alam.

2. Zona Perlindungan 26.284,50 Ha adalah bagian kawasan taman nasional

yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman nasional. Zona Perlindungan meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua Timur, Jagung, Gosong Sebaru Besar, Rengit, dan Karang Mayang, pada posisi geografis 5°2400-5°3000 LS dan 106°2500-106°4000 BT, dan daratan Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur seluas 39,5 Ha. Pengelolaan dalam Zona Perlindungan, dapat dilakukan kegiatan seperti pendidikan, penelitian, wisata terbatas, dan penunjang budidaya, membangun sarana prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata terbatas, yang tidak merubah bentang alam serta pembinaan habitat, pembinaan populasi, dan pemanfaatan jasa lingkungan.

3. Zona Pemanfaatan Wisata 59.634,50 Ha adalah bagian kawasan taman

nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Zona Pemanfaatan Wisata meliputi perairan sekitar Pulau Nyamplung, Sebaru Besar, Lipan, Kapas, Sebaru Kecil, Bunder, Karang Baka, Hantu Timur, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu Barat atau Besar, Yu Timur, Satu atau Saktu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina, Semut Besar, Sepa Timur atau Kecil, Sepa Barat atau Besar, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang Besar, Melintang Kecil, Perak, Kayu Angin Melintang, Kayu Angin Genteng, Panjang, Kayu Angin Putri, Tongkeng, Petondan Timur, Petondan Barat atau Pelangi, Putri Kecil atau Timur, Putri Barat atau Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan Besar atau Matahari, Genteng Besar, Genteng Kecil, Bira Besar, Bira Kecil, Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu, Kotok Besar, dan Kotok Kecil, pada posisi geografis 5°3000-5°3800 LS dan 106°2500-106°4000 BT, dan 5°3800-5°4500 LS dan 106°2500-106°3300 BT. Pengelolaan dalam Zona Pemanfaatan Wisata dapat berupa pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam atau bahari, pengusahaan wisata alam atau bahari oleh dunia usaha, penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan restocking. Membangun sarana prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata alam atau bahari, yang tidak merubah bentang alam, pembinaan habitat, pembinaan populasi, dan pemanfaatan jasa lingkungan serta pemanfaatan tradisional.

4. Zona Permukiman 17.121 Ha adalah bagian kawasan taman nasional yang

dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk masyarakat. Zona Permukiman meliputi Pulau Pemagaran, Panjang Kecil, Panjang, Rakit Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage Besar, Kaliage Kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar, Karang Bongkok, Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya, Panggang, dan Pramuka, pada posisi geografis 5°3800-5°4500 LS dan 106°3300-106°4000 BT. Pengelolaan dalam Zona Permukiman, dapat dilakukan kegiatan seperti pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam atau bahari, pengusahaan wisata alam atau bahari oleh dunia usaha, penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan restocking . Hal lainnya adalah membangun sarana prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata alam atau bahari, yang tidak merubah bentang alam, pembinaan habitat dan pembinaan populasi, serta pemanfaatan jasa lingkungan. Pemanfaatan tradisional serta budidaya kelautan alami tradisional. 4.3 Kelurahan Pulau Panggang 4.3.1 Kondisi Geografis