Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Daerah Pesisir (Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

(1)

(Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Oleh:

DIAN WIDYA SETIYANTI I34070080

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

ABSTRACT

DIAN WIDYA SETIYANTI. Impact Tourism on Off Farm Business and Employment Opportunities in Coastal Area : Case in Pramuka Island, Pulau Panggang Village, Kepulauan Seribu Utara Subdistrict, Kepulauan Seribu Administrative District, DKI Jakarta. Supervised by DWI SADONO.

The tourism has a very significant role in national economic development. Social changes occured as a result of direct contacts from tourism in tourist areas. One of consequence from the tourism activities is emergence of businesses and employment opportunities which can encourage local economies. The purpose of this research was to identify business and employment opportunities as a result of tourism activities at Pramuka Island and also to identify characteristics of the community. Another purpose is to analyze level of income, linkages between agriculture sector and non agriculture sector, and transfer of resources (land) that arise due to tourism activities. The research methods are qualitative method which supported by quantitative methods. The results showed that tourism activities in Pramuka island has created business and employment opportunities for local community. Opportunities are predominantly used by natives. Tourism businesses and employment tend to be main livelihood of local people although their income are still at low-income levels. Linkage between agriculture sector and non agriculture sector in Pramuka Island is shown by the increasing demand in fisheries sector as raw material for some businesses. Transfer of resources tends to occur among natives and there is one policy that prohibits people to build a building around the island ring road.


(3)

RINGKASAN

DIAN WIDYA SETIYANTI. DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR, Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. (Di bawah bimbingan DWI SADONO).

Sektor pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan perekonomian nasional. Terjadinya penurunan devisa dari sektor migas pada era 1980-1990an, mengakibatkan sektor pariwisata mulai diandalkan sebagai sumber penghasil devisa bagi negara. Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir Indonesia yang memiliki potensi pariwisata. Salah satu pulau berpenduduk di kawasan Kepulauan Seribu yang belakangan mulai berkembang menjadi daerah pariwisata adalah Pulau Pramuka. Pulau Pramuka juga merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, sehingga pulau ini memiliki fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan pulau-pulau di sekitarnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat terjadi sebagai akibat adanya kontak-kontak langsung dengan hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka, dimana salah satu dampaknya adalah munculnya berbagai peluang usaha dan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar.

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengidentifikasi dan menganalisis peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut. Kedua, menganalisis pengaruh pemanfaatan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka terhadap tingkat pendapatan. Ketiga, menganalisis keterkaitan antara sektor pertanian dengan luar pertanian di Pulau Pramuka dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Keempat, menganalisis alih sumberdaya (dari milik penduduk lokal menjadi milik pendatang) dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh


(4)

metode kuantitatif, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan didukung oleh pendekatan metode survai. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kuesioner dengan responden dan wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder diperoleh melalui kantor Kelurahan Pulau Panggang, Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, serta dokumen-dokumen lainnya yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah menciptakan peluang usaha dan kerja di Pulau Pramuka, seperti dalam usaha homestay, perdagangan, rumah makan, transportasi dan jasa. Usaha

homestay merupakan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi, dimana dalam kurun waktu enam tahun semenjak tahun 2005 tercatat setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan penginapan. Sifat kegiatan usaha pariwisata di Pulau Pramuka dominan pada sifat kegiatan informal dimana usaha belum dikelola secara profesional dan terutama menggunakan tenaga kerja keluarga sendiri. Pola kegiatan usaha dan kerja pariwisata dominan dilakukan setiap hari, meskipun kunjungan wisatawan umumnya ramai pada akhir pekan. Bila dilihat secara stratifikasi sosial, pemanfaat peluang usaha dan kerja di sektor pariwisata cenderung berada pada strata rendah dan menengah.

Karakteristik pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka diantaranya adalah usaha dan kerja pariwisata lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk asli dibandingkan penduduk pendatang. Pendatang yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja cenderung masuk pada kegiatan usaha perdagangan. Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata dominan pada kategori tingkat pendidikan tinggi (tamatan SMA atau perguruan tinggi), namun pada sektor perdagangan terlihat dominan pada tingkat pendidikan sedang (tamatan SMP maupun SD). Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka dominan dilakukan oleh laki-laki. Usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka dapat dimasuki oleh seluruh kategori umur. Pada jenis kegiatan pedagang, rumah makan dan homestay, cukup banyak pemanfaat peluang usaha dan kerja yang berumur lebih dari 40 tahun. Sebaliknya pada usaha transportasi dan jasa, pemanfaat peluang usaha dan kerja lebih banyak pada rentang usia


(5)

31-40 tahun. Selain itu, usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka dominan dilakukan oleh mereka yang berstatus kawin.

Pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata cenderung menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai matapencaharian tunggal (68 persen). Sisanya 18 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, dan 14 persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain. Sebanyak 95 persen pelaku usaha dan kerja pariwisata termasuk ke dalam tingkat pendapatan rendah. Hal ini dimungkinkan karena kunjungan wisatawan yang bersifat siklikal sehingga pendapatan di sektor wisata tidaklah menentu.

Keterkaitan antara sektor pertanian dan luar pertanian di Pulau Pramuka ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan pada sektor perikanan sebagai bahan pangan bagi beberapa usaha seperti rumah makan, catering dan pedagang. Namun untuk memenuhi kebutuhan pangan selain di sektor perikanan, umumnya didapatkan di luar Kepulauan Seribu. Alokasi penggunaan hasil usaha pariwisata di Pulau Pramuka selain untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional usaha, beberapa ada yang digunakan untuk memperbesar usaha dan membeli tanah.

Alih sumberdaya yang terjadi akibat kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka cenderung dilakukan diantara penduduk asli Pulau Pramuka. Umumnya pendatang yang membeli tanah digunakan untuk membangun homestay. Penduduk Pulau Pramuka cenderung tidak ingin menjual tanah mereka bahkan ingin membeli tanah lagi, meskipun ada pula pemilik tanah yang berminat untuk menjual tanah asalkan harga yang ditawar cukup tinggi. Berdasarkan pola konversi lahan menurut aspek pelaku konversi, pemanfaat peluang usaha dan kerja pariwisata di Pulau Pramuka dominan melakukan alih fungsi lahan secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Motif tindakan cenderung pada motif meningkatkan pendapatan melalui alih usaha dan motif kombinasi yaitu dengan membangun tempat tinggal yang sekaligus dapat dijadikan tempat usaha. Sejauh ini hanya ada kebijakan Pemda setempat yang melarang membangun bangunan di sekitar jalan lingkar pulau.


(6)

DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA

LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR

(Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Oleh:

DIAN WIDYA SETIYANTI I34070080

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(7)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Skripsi : Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Daerah Pesisir (Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Nama Mahasiswa : Dian Widya Setiyanti Nomor Mahasiswa : I34070080

Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Dwi Sadono, M.Si NIP. 19641102 199203 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003


(8)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PELUANG USAHA DAN KERJA

LUAR PERTANIAN DI DAERAH PESISIR (KASUS PULAU PRAMUKA, KELURAHAN PULAU PANGGANG, KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA, KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN LAIN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

DIAN WIDYA SETIYANTI I34070080


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Dian Widya Setiyanti dilahirkan pada tanggal 5 April 1989 di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama, buah hati dari pasangan Bapak Ir. Budi Setiyanto dan Ibu Nina Widyarini.

Penulis menamatkan pendidikannya di TK Rizky tahun 1995, SDN Panaragan 3 tahun 2001, SMPN 4 Bogor tahun 2004, dan SMAN 5 Bogor tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima menjadi Mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama menjalani aktivitas perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten dosen Mata Kuliah Sosiologi Umum pada tahun ajaran 2009-2010. Penulis juga tergabung dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, diantaranya adalah Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara (PSM Agriaswara) tahun 2007 hingga sekarang dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) staf Divisi Community Development tahun 2009-2010. Penulis juga sering diundang menjadi pengisi acara dengan tergabung dalam Teater Up2Date dan Vocal Group VOC (Voice of Communication) yang telah berdiri sejak tahun 2008. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian dalam beberapa event di IPB, antara lain Konser Revealody divisi dana usaha oleh Agriaswara tahun 2007, FRESH koordinator acara bagian jurnal oleh HIMASIERA tahun 2008, kepanitiaan dalam Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Coffe 45) divisi tata tertib tahun 2009, serta CSR Essential divisi dekorasi dan expo yang diadakan oleh Divisi Community Development HIMASIERA tahun 2010.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Dampak Pariwisata terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Daerah Pesisir (Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan mengkaji karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemanfaatan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka terhadap tingkat pendapatan, serta mengkaji keterkaitan antara sektor pertanian dengan luar pertanian di Pulau Pramuka dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Tujuan lainnya adalah untuk mengkaji alih sumberdaya (dari milik penduduk lokal menjadi milik pendatang) dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka.

Semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkaitan dengan pariwisata, yaitu bagi akademisi, pemerintah dan masyarakat.

Bogor, Agustus 2011

Dian Widya Setiyanti NIM I34070080


(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Dampak Pariwisata terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Daerah Pesisir (Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)” berhasil

diselesaikan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarmya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Ir. Dwi Sadono, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membimbing, memberikan kritik dan saran yang membangun serta selalu memberikan motivasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Arif Satria, SP, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan saran untuk penulisan skripsi ini.

3. Ivanovich Agusta, SP, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang juga telah memberikan masukan dan saran untuk penulisan skripsi ini.

4. Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS sebagai dosen uji petik yang telah memberikan masukan dan saran dalam format penulisan skripsi.

5. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam kegiatan akademik.

6. Ayahanda Enjang Suryadi dan Ibunda Nina Widyarini tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis.


(12)

7. Didi Rendra Sukma,SE yang senantiasa menemani, mendengarkan keluh kesah, saling memberi semangat, perhatian, dan kekuatan pada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB.

9. Staf Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Om Ginda, Om Firdy, Pak Haji, Pak Jack, Om Deden, Om Apen, Om Guntur, Pak Dedy, Kapten, Pak Rudy, Pak Naryo, Pak Tibi, Abah, Mba Niar, Mas Medi, Mba Ipah, Bu Hamidah, Pak Akon beserta staf lainnya atas bantuan, dukungan, informasi dan pengalaman berharga selama di tempat penelitian.

10. Staf Kelurahan Pulau Panggang dan warga Pulau Pramuka yang telah bersedia menjadi responden dan informan. Terimakasih atas segala kebaikan, informasi dan pengalaman yang diberikan selama di Pulau Pramuka.

11. Rekan-rekan peneliti seperjuangan di Pulau Pramuka, Rossy (IPB), Monica (IPB), Ali (APS), Novan (APS), Mba Dian (Undip), Mba Rizka (Undip), Lis (Undip), dan Dafrul (Undip). Sukses untuk kita semua. 12. Sahabat-sahabat tersayang, Eka Ariwijayanti, Titania Aulia, Thresa

Jurenzy, Rizki Afianti, Akira Bena Yassiranda dan Aris Safrudin yang sama-sama berjuang di tingkat akhir, saling memberi semangat, berbagi suka dan duka, saling memberi kenyamanan dan warna tersendiri selama kita bersama. Persahabatan kita begitu berharga tiap detiknya.

13. Teman-teman KPM 44 yang selalu memberikan warna keceriaan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

14. Teman-teman kosan Zulfa dan Komunitas 97 yang senantiasa saling memotivasi untuk menikmati proses menjadi mahasiswa tingkat akhir. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Konsep Pariwisata ... 7

2.1.2 Faktor Pendorong Pariwisata... 8

2.1.3 Dampak Pariwisata ... 10

2.1.4 Pariwisata dan Kesempatan Berusaha atau Kerja... 13

2.1.5 Wilayah Pesisir ... 16

2.1.6 Masyarakat Pesisir ... 18

2.1.7 Stratifikasi Sosial ... 19

2.1.8 Konversi Lahan ... 20

2.2 Kerangka Pemikiran ... 20

2.3 Hipotesis Pengarah ... 23

2.4 Definisi Operasional ... 24

BAB III. PENDEKATAN LAPANGAN ... 27

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 31

4.1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ... 31

4.2 Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu ... 34

4.3 Kelurahan Pulau Panggang ... 38

4.3.1 Kondisi Geografis ... 38

4.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 39

4.3.3 Prasarana atau Fasilitas ... 45

4.3.4 Potensi Pariwisata ... 50

BAB V. BENTUK DAN KARAKTERISTIK PEMANFAAT PELUANG USAHA DAN KERJA PARIWISATA ... 52


(14)

5.1.1 Latar Belakang Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau

Pramuka ... 52

5.1.2 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan ... 59

5.1.3 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja Berdasarkan Sifat Kegiatan ... 66

5.1.4 Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan Kerja Berdasarkan Pola Kegiatan ... 69

5.2 Karakteristik Pemanfaat Peluang Usaha dan Kerja ... 70

5.2.1 Asal Penduduk ... 70

5.2.2 Tingkat Pendidikan ... 73

5.2.3 Jenis Kelamin ... 76

5.2.4 Umur ... 79

BAB VI. TINGKAT PENDAPATAN USAHA DAN KERJA PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA ... 85

6.1 Tingkat Pendapatan Usaha dan Kerja Pariwisata ... 85

6.2 Pendapatan Homestay ... 89

6.3 Pendapatan Pedagang ... 93

6.4 Pendapatan Rumah Makan dan Warung Nasi ... 95

6.5 Pendapatan Transportasi ... 97

6.6 Pendapatan Jasa ... 100

BAB VII. KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA ... 105

7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka... 105

7.2 Pola Penggunaan Hasil Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka.. ... 108

BAB VIII. ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA... 111

8.1 Pembelian Lahan Oleh Pendatang ... 111

8.2 Kebijakan Pemerintah ... 117

BAB IX. PENUTUP ... 118

9.1 Kesimpulan ... 118

9.2 Saran... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Jumlah Pulau Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2011 ... 33 Tabel 2. Nama dan Luas Pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang Tahun

2011 ... 38 Tabel 3. Jumlah RT di Setiap RW Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 .. 40 Tabel 4. Jumlah Penduduk di Tiap RW Kelurahan Pulau Panggang Tahun

2011 ... 41 Tabel 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 ... 43 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 ... 44 Tabel 7. Jumlah dan Persentase Pengusaha dan Tenaga Kerja Berdasarkan

Jenis Pekerjaan Masyarakat di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 ... 45 Tabel 8. Jumlah Sarana Olahraga di tiap RW Kelurahan Pulau Panggang

Tahun 2011 ... 48 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Sarana Transportasi Berdasarkan Jenis

Angkutan di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 ... 49 Tabel 10. Jumlah Pengunjung per Tahun di Kepulauan Seribu tahun 2003 –

2009 ... 51 Tabel 11. Data Pengusaha yang Memiliki Beberapa Bangunan Homestay di

Pulau Pramuka Tahun 2011... 62 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat

Pendapatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 85 Tabel 13. Homestay dengan Kapasitas Besar di Pulau Pramuka Tahun 2011 .. 93 Tabel 14. Harga Paket Wisata Berdasarkan Jumlah Orang di Pulau Pramuka


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 22 Gambar 2. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Pulau

Panggang Tahun 2011 ... 42 Gambar 3. Matriks Pelabuhan yang Melayani Transportasi Ke Kepulauan

Seribu ... 46 Gambar 4. Persentase Responden Berdasarkan Latar Belakang Usaha atau

Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 57 Gambar 5. Grafik Persentase Responden Berdasarkan Tahun Berdirinya

Usaha di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 58 Gambar 6. Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Sebelum

Berusaha atau Bekerja di Sektor Pariwisata Pulau Pramuka Tahun 2011... 59 Gambar 7. Persentase Responden yang Berusaha dan Bekerja di Sektor

Pariwisata Menurut Jenis Kegiatan di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 60 Gambar 8. Persentase Responden Menurut Sifat Kegiatan Usaha dan Kerja

Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 67 Gambar 9. Persentase Responden Berdasarkan Pola Kegiatan Usaha dan

Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 69 Gambar 10. Grafik Persentase Responden Menurut Asal Penduduk dan Jenis

Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 71 Gambar 11. Grafik Persentase Responden Menurut Asal Penduduk dan Sifat

Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 72 Gambar 12. Grafik Persentase Responden Menurut Asal Penduduk dan Pola

Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 73 Gambar 13. Grafik Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan

Jenis Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 . 74 Gambar 14. Grafik Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan

Sifat Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 .. 75 Gambar 15. Grafik Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan

Pola Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 .. 76 Gambar 16. Grafik Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Jenis

Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 77 Gambar 17. Grafik Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Sifat


(17)

Gambar 18. Grafik Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Pola Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 78 Gambar 19. Grafik Persentase Responden Menurut Umur dan Jenis Kegiatan

Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 79 Gambar 20. Grafik Persentase Responden Menurut Umur dan Sifat Kegiatan

Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 80 Gambar 21. Grafik Persentase Responden Menurut Umur dan Pola Kegiatan

Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 81 Gambar 22. Grafik Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan

Jenis Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 . 82 Gambar 23. Grafik Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan

Sifat Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 .. 83 Gambar 24. Grafik Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan

Pola Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 .. 83 Gambar 25. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan

Jenis Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011... 86 Gambar 26. Persentase Responden Berdasarkan Tipe Usaha dan Kerja

Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 87 Gambar 27. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan

Sifat Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011... 88 Gambar 28. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan dan

Pola Kegiatan Usaha dan Kerja Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011... 89 Gambar 29. Persentase Responden Berdasarkan Tempat Memperoleh Bahan

Pangan dan Jenis Kegiatan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011... 106 Gambar 30. Persentase Responden Berdasarkan Pola Penggunaan Hasil

Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 108 Gambar 31. Persentase Responden Berdasarkan Status Lahan Usaha

Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 111 Gambar 32. Grafik Persentase Responden Berdasarkan Asal Penduduk dan

Status Lahan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Tahun 2011 .... 112 Gambar 33. Persentase Responden yang Memiliki Lahan Kosong

Berdasarkan Opini Menjual Tanah di Pulau Pramuka Tahun 2011 ... 114


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Lokasi dan Peta Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta ... 126

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 127

Lampiran 3. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Asal Penduduk... 128

Lampiran 4. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 129

Lampiran 5. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 130

Lampiran 6. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 131

Lampiran 7. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 132


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata sejak awal tahun 1990an sudah dicanangkan menjadi sumber devisa negara. Hal tersebut didorong oleh terjadinya penurunan pemasukan devisa dari sektor migas pada era 1980-1990an akibat merosotnya harga migas di pasaran dunia. Sektor pariwisata diharapkan negara sebagai sumber penghasilan lain di luar migas, karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar untuk dikembangkan. Pada tahun 1999, sektor pariwisata di Indonesia telah menunjukkan menjadi penghasil devisa nomor satu untuk sektor non migas dengan jumlah US$ 4,7 milyar dimana pencapaian tersebut berada di atas sektor garment, tekstil dan hasil hutan atau kayu1.

Berbagai kebijakan mengenai pengembangan sektor pariwisata pun telah banyak ditempuh oleh pemerintah, diantaranya melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 4, yang menjelaskan bahwa sektor kepariwisataan merupakan pilar strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Nasional Jangka Pendek (RPJM) 2010-2014 juga menjelaskan beberapa sasaran pembangunan pariwisata yaitu meningkatkan destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi di pasar global, meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan, serta mengembangkan usaha, industri dan investasi pariwisata2.

Kemudian sebagai kelanjutan dari program pembangunan tersebut, maka disusun Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2009-2025 dengan tujuan meningkatkan keunggulan banding dan keunggulan saing kepariwisataan Indonesia dalam peta kepariwisataan regional maupun internasional, membangun sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utama

1 Paparan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata pada Rakorbangpus di BAPPENAS tanggal 16-17

September 2002.

2


(20)

pembangunan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta membangun sektor pariwisata sebagai instrumen strategis dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di berbagai wilayah dan destinasi pariwisata3.

Sektor pariwisata merupakan sebuah katalisator pembangunan (agent of development) yang akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri (Yoeti, 2008). Beberapa organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia dan

World Tourism Organization (WTO) juga telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya pariwisata dan adanya kenaikan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini telah membawa konsekuensi tersendiri khususnya pada daerah tujuan wisata dan masyarakat lokal. Kehadiran pariwisata pada dasarnya mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan, meningkatkan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Pendit, 2006). Karyono (1997) menjelaskan bahwa tumbuhnya peluang usaha dan kerja akibat pariwisata menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Makin banyak wisatawan yang berkunjung maka makin banyak pula jenis usaha yang tumbuh di daerah wisata, sehingga makin luas lapangan kerja yang tercipta. Lapangan kerja yang tercipta tidak hanya yang langsung berhubungan dengan pariwisata, tetapi juga di bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata. Hal tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai potensi yang besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi para tenaga kerja yang membutuhkan lapangan kerja baru.

Kawasan pesisir Indonesia, merupakan salah satu kawasan yang kaya akan potensi sumberdaya alam dan juga mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Pengembangan kawasan pesisir untuk keperluan rekreasi di Indonesia cenderung meningkat bersamaan dengan semakin digiatkannya bidang kepariwisataan. Sektor pariwisata di kawasan pesisir juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan

3 Hutabarat, Arifin. 2009. (http://traveltourismindonesia.wordpress.com/2009/06/11/tujuan-kebijakan-pariwisata-yad/).


(21)

kesejahteraan masyarakat pesisir serta pembangunan wilayah di daerah wisata yang bersangkutan. Salah satu kawasan pesisir di Indonesia adalah Kepulauan Seribu. Kepulauan ini merupakan sebuah kawasan kota perairan Jakarta yang terdiri dari pulau-pulau kecil sebanyak 110 buah. Pulau-pulau tersebut memiliki kekayaan sumberdaya alam yang istimewa seperti keindahan alam, keanekaragaman jenis flora dan fauna, kekayaan biota laut serta terumbu karang. Dengan segala kekayaan alam yang dimiliki oleh Kepulauan Seribu, maka pemerintah melihat potensi yang besar untuk menjadikan Kepulauan Seribu sebagai daerah tujuan dan objek wisata. Prioritas pembangunan di Kepulauan Seribu salah satunya adalah pada sektor pariwisata, sesuai dengan salah satu misi

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yaitu “Mewujudkan Wilayah Kepulauan Seribu Sebagai Kawasan Wisata Bahari yang Lestari”. Harapannya

adalah bahwa dengan berkembangnya sektor pariwisata di daerah ini mampu meningkatkan pembangunan di sektor lainnya seperti sektor perikanan dan usaha lainnya yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat disana.

Terdapat sekitar 45 buah pulau di kawasan Kepulauan Seribu yang dikembangkan sebagai pulau wisata, baik untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, dan 11 diantaranya merupakan tempat terkonsentrasinya pemukiman penduduk. Pulau-pulau pemukiman tersebut adalah Pulau Sebira, Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Lancang, Pulau Pari, Pulau Tidung Besar, Pulau Payung dan Pulau Untung Jawa. Pulau Pramukaadalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sejak tahun 20014 (Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999, PP Nomor 55 Tahun 2001, dan Perda Nomor 21 Tahun 2001). Kebijakan peningkatan Kecamatan Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten Administrasi adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat serta dalam upaya pengendalian fungsi kawasan Kepulauan Seribu sebagai kawasan Taman Nasional Laut, pariwisata, pusat pemerintahan kabupaten dan kawasan pemukiman (Mujiyani et al. 2002).

4Soebagio. 2004. “Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut Kepulauan Seribu dalam Meningkatkan


(22)

Pulau Pramuka merupakan pulau berpenduduk yang mulai berkembang menjadi daerah pariwisata beberapa tahun belakangan ini karena keindahan alam di sekitar pulau. Sebagai pusat pemerintahan Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka memiliki fasilitas-fasilitas yang diperlukan warga atau wisatawan seperti tempat penginapan, rumah makan, rumah sakit, masjid, lapangan olahraga, dan fasilitas lainnya yang lebih lengkap dibandingkan dengan pulau-pulau di sekitarnya. Kondisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke Pulau Pramuka, sehingga pulau ini menjadi salah satu lokasi tujuan wisata favorit di Kepulauan Seribu selain Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Bidadari. Letaknya yang strategis membuat pulau ini dijadikan lokasi penginapan yang ideal untuk mengunjungi pulau-pulau lain yang berada di Kepulauan Seribu.

Perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat terjadi sebagai akibat hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka. Adanya kegiatan pariwisata telah memunculkan suatu bentuk peluang usaha dan kerja di daerah ini. Potensi pariwisata dalam menyerap tenaga kerja terlihat pada bentuk-bentuk usaha seperti penginapan, rumah makan, penyewaan alat snorkeling, dan lain-lain. Peluang usaha dan kerja yang ditawarkan oleh pariwisata pada umumnya berada di luar sektor pertanian dan bersifat formal, sedangkan masyarakat yang diharapkan menggunakan peluang tersebut umumnya berada dalam sektor pertanian dan bersifat informal (merujuk pada penelitian Tando,1992 dan Sadono et al.,1992). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha dan kerja luar pertanian yang muncul terutama pada daerah pesisir seperti di Pulau Pramuka. Penelitian dampak pariwisata umumnya mengkaji dampak terhadap sosial ekonomi maupun sosial budaya seperti dalam penelitian Wijaya (2007), Mardiyaningsih (2003), Swarsi et al. (1996), dan Windiyarti et al. (1994), serta melihat kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat seperti dalam penelitian Sulaksmi (2007), Minullah (1997), dan Sudirman (1991). Masih sedikit yang mengkaji dampak pariwisata dengan fokus pada peluang usaha dan kerja luar pertanian, diantaranya penelitian Sadono, et al.


(23)

1.2Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka secara spesifik masalah penelitian yang akan dikaji dalam penelitian adalah : 1. Peluang usaha dan kerja apa saja yang tumbuh karena adanya kegiatan

pariwisata di Pulau Pramuka dan bagaimana karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut?

2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka terhadap tingkat pendapatan?

3. Sejauhmana terjalin keterkaitan antara sektor pertanian dengan luar pertanian di Pulau Pramuka dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata?

4. Sejauhmana telah terjadi alih sumberdaya (dari milik penduduk lokal menjadi milik pendatang) dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis :

1. Peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha dan kerja tersebut.

2. Pengaruh pemanfaatan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata di Pulau Pramuka terhadap tingkat pendapatan.

3. Keterkaitan antara sektor pertanian dengan luar pertanian di Pulau Pramuka dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata.

4. Alih sumberdaya (dari milik penduduk lokal menjadi milik pendatang) dalam upaya memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata.


(24)

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Pihak Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dan media evaluasi pemerintah dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan pariwisata di daerah pesisir, sehingga kebijakan pengembangan pariwisata tidak hanya untuk memperbesar perolehan devisa atau pendapatan daerah saja tapi juga dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Pramuka.

2. Pihak Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan wawasan pengetahuan terutama pada bidang ilmu yang bersangkutan dengan penelitian pariwisata dan pesisir.

3. Pihak Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha dan kerja luar pertanian di daerah pesisir.


(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pariwisata

Menurut Yoeti (1996), bila ditinjau secara etimologi pariwisata berasal

dari bahasa Sansekerta yaitu “pari” dan “wisata”. “Pari” berarti banyak, berkali

-kali, dan “wisata” berarti perjalanan, bepergian. Bila didefinisikan, Yoeti (1996) menjelaskan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (berbisnis) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya, dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Pariwisata menurut Murphy (1985) diacu dalam Pitana dan Gayatri (2004) diartikan sebagai keseluruhan elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Musanef (1996), pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini. Pengertian ini mengandung lima unsur yaitu : (1) Unsur manusia (wisatawan), (2) Unsur kegiatan (perjalanan), (3) Unsur motivasi (menikmati), (4) Unsur sasaran (objek dan daya tarik wisata), dan (5) Unsur usaha.

Berdasarkan definisi pariwisata di atas, maka terdapat beberapa faktor-faktor penting dalam konsep pariwisata. Hal tersebut diantaranya adalah adanya pergerakan orang-orang dari tempat tinggalnya ke tempat lain yang dilakukan hanya untuk sementara waktu, adanya perjalanan dimana bentuknya harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi, serta adanya orang-orang yang melakukan perjalanan tersebut. Orang-orang tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut. Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari unsur manusia yang merupakan pelaku utama yang melakukan perjalanan, adanya unsur ruang yang merupakan daerah


(26)

atau ruang lingkup tempat orang melakukan perjalanan, serta unsur waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

The International Union of Official Ttravel Organization (IUTO) dalam

The United Nations Conference on International Travel and Tourism di Roma tahun 1983 (Yoeti, 1996) memberikan batasan tentang wisatawan (pengunjung) dalam dua kategori, yaitu wisatawan (tourist) dan pelancong (excursionist). Wisatawan didefinisikan sebagai pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya untuk mengisi waktu luang (rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga), keperluan keluarga, bisnis dan konferensi. Pelancong didefinisikan sebagai pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya, tanpa bermalam. Jika melihat sifat perjalanan dimana perjalanan wisata dilakukan, maka wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Wisatawan mancanegara adalah orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal tiga bulan ke suatu negara yang bukan negeri dimana ia tinggal, sedangkan wisatawan nusantara adalah seorang penduduk yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal menetap. Perjalanan dimaksud dilakukan dalam ruang lingkup antar daerah di Indonesia, dimana yang bersangkutan tinggal dengan lama perjalanan minimal 24 jam dengan tujuan tidak untuk memperoleh upah atau nafkah (Musanef, 1996).

2.1.2 Faktor Pendorong Pariwisata

Meningkatnya kesejahteraan penduduk dunia membuat perjalanan wisata menjadi suatu kebutuhan utama bagi kehidupan modern dalam dua dekade ini. Proses globalisasi telah menjadikan dunia tanpa batas (borderless) yang memberi kemudahan bagi orang-orang untuk saling berkunjung sehingga mendorong

peningkatan kunjungan wisatawan di waktu yang akan datang. Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjarajakti (mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia) dalam Yoeti (2008) mengatakan bahwa suatu hal yang perlu diperhatikan pada permulaan abad-21 adalah sektor pariwisata. Hal ini karena


(27)

mendorong pertumbuhan pariwisata, dimana 3T itu diartikan masing-masing sebagai : Transportation, Telecommunication, dan Tourism atau Travel.

a. Transportation : Beberapa tahun mendatang, diprediksi bahwa kemajuan teknologi transportasi akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Industri pesawat yang biasanya memproduksi pesawat dengan double decker akan menghasilkan pesawat dengan triple decker sehingga kemampuan membawa penumpang menjadi 900-1000 orang dengan kecepatan tinggi yang dapat membuat jarak antara New York dan Biak ditempuh dalam waktu 3 jam saja. Kemajuan transportasi yang pesat tersebut dapat mempermudah orang untuk menempuh jarak jauh dengan waktu yang singkat.

b. Telecommunication : Munculnya teknologi komputer digital yang dapat diakses ke rumah-rumah, kantor-kantor, dan bahkan di desa-desa serta munculnya one touched system membuat informasi lebih mudah diterima. Terjadinya direct communication melalui satelit yang makin berkembang dimana semua peristiwa dunia dapat segera diketahui sehingga kegiatan promosi pariwisata akan lebih banyak menggunakan internet daripada sarana lainnya.

c. Tourism (Travel) : Akibat dari kemajuan dua T di atas, maka akan terjadi

mass tourism” dimana rombongan wisatawan dapat meningkat dengan

jumlah sekali datang 900-1000 orang. Akibatnya akan diperlukan paling sedikit delapan bandara setaraf bandara Soekarno-Hatta di delapan daerah tujuan wisata seperti Juanda, Ujung Pandang, Manado, Sepinggan, Polonia, Kataping, Biak dan Ngurah Ray. Selain itu, diperlukan sistem pelayanan imigrasi dan bea-cukai yang lebih profesional untuk melayani wisatawan global yang datang secara bergelombang dalam waktu yang bersamaan. Perlunya biro perjalanan wisata dan pramuwisata yang profesional, pelayanan industri perhotelan dan restoran yang berkualitas, pelayanan pusat-pusat perbelanjaan serta toko-toko cenderamata yang menarik. Hal lainnya adalah perlunya sumberdaya manusia dan sistem pendidikan pariwisata yang profesional serta kebijakan pariwisata secara terpadu untuk menciptakan kerjasama yang efektif dengan departemen-departemen terkait.


(28)

2.1.3 Dampak Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang kompleks dan menyangkut manusia seutuhnya serta memiliki berbagai aspek seperti sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis dan lain-lain. Aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting adalah aspek ekonomi. Menurut Cohen (1984) dalam Pitana dan Gayatri (2004) dampak pariwisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar yaitu : (1) Dampak terhadap penerimaan devisa, (2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) Dampak terhadap kesempatan kerja, (4) Dampak terhadap harga-harga, (5) Dampak terhadap distribusi manfaat atau keuntungan, (6) Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, (7) Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan (8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Dampak positif dari kegiatan pariwisata adalah adanya penerimaan devisa negara. Semakin besar tingkat belanja para wisatawan asing di suatu negara tujuan, maka akan semakin memperkuat neraca pembayaran. Hasil penelitian Manan et al. (1993) juga menyebutkan bahwa semakin bertambahnya wisatawan asing yang datang ke Indonesia, maka akan semakin banyak devisa yang diterima oleh negara. Masyarakat juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari aktivitas pariwisata. Pendapatan ini diperoleh dengan menjual atau menyediakan barang dan jasa baik secara langsung maupun tidak langsung. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Adanya peningkatan dan pemerataan pendapatan itu sendiri nantinya dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi wisata.

Pembangunan industri pariwisata di tingkat lokal seperti pembangunan hotel, restoran dan layanan pariwisata lainnya secara langsung telah membuka lapangan berusaha dan pekerjaan di kawasan tersebut dan dapat dikelola serta memanfaatkan tenaga kerja masyarakat setempat. Datangnya wisatawan ke suatu daerah wisata akan memerlukan pelayanan untuk menyediakan kebutuhan, keinginan dan harapan wisatawan yang berbagai macam, sehingga pariwisata telah memberi serta menambah lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat


(29)

dalam lingkungan dimana industri itu berada. Kesempatan kerja dalam pariwisata tersebut adalah seperti usaha akomodasi, restoran, pemandu wisata, seniman, pengrajin, biro perjalanan, serta bidang kerja dan jasa lainnya. Sebagai industri, kepariwisataan dapat memberikan peluang kepada para petani untuk memasarkan produknya seperti sayur dan buah-buahan, hasil ternak seperti susu dan daging, dan lain sebagainya (Pendit, 2006).

Dampak terhadap harga-harga akibat pariwisata ditunjukkan dengan meningkatnya harga-harga untuk produk–produk yang dibutuhkan baik oleh wisatawan maupun oleh masyarakat seperti meningkatnya harga bahan makanan, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya yang dapat meningkatkan inflasi tiap tahun. Damanik dan Weber (2006) menjelaskan bahwa harga-harga akan naik karena pada umumnya wisatawan mau dan memiliki kemampuan untuk membayar berbagai produk dan jasa lebih tinggi dari kemampuan membayar masyarakat lokal. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sistem harga yang berbeda antara harga untuk wisatawan dengan harga untuk masyarakat lokal. Hal lainnya yang terjadi adalah mahalnya harga tanah di sekitar lokasi wisata, pantai-pantai dikaveling, sehingga sering terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di sekitarnya. Kebutuhan pariwisata akan tanah untuk pengembangan pariwisata menyebabkan harga tanah meningkat terus dan menyebabkan masyarakat setempat tidak mampu membeli bahkan terpaksa menjual tanah mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka yang makin meningkat. Pada akhirnya hal tersebut justru menyingkirkan mereka dari sumberdaya dan lingkungannya.

Dampak dalam distribusi manfaat dan keuntungan ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya akibat pertumbuhan wisata. Kegiatan pariwisata telah menambah pendapatan sektor lainnya seperti pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, serta industri kerajinan dan

souvenir. Wisatawan membawa pengaruh terhadap peningkatan barang dan jasa yang dibutuhkan melalui alokasi belanja konsumsi wisatawan dari sebagian pendapatannya dan akan meningkatkan pendapatan pada sektor lain. Namun jika kesempatan dan distribusi keuntungan ekonomi yang diperoleh dari pariwisata tidak tersebar secara seimbang dan tidak didistribusikan pada masyarakat


(30)

setempat, maka keuntungan ekonomi hanya akan dinikmati oleh masyarakat dan pemodal dari luar sehingga masyarakat setempat akan dirugikan.

Dampak kepemilikan dan kontrol, salah satunya ditunjukkan dengan adanya kehadiran pihak asing yang dapat membuat masyarakat tersingkirkan. Dalam beberapa kasus seperti dalam penelitian Manan et al. (1993), masyarakat yang awalnya menempati daerah dengan potensi wisata yang baik, dipaksa harus meninggalkan tempat tersebut. Tindakan ini seringkali dilakukan dengan paksaan tanpa konsultasi dengan masyarakat yang bersangkutan, sehingga masyarakat kehilangan kontrol atas sumberdaya mereka dan merasa dirugikan karena lingkungan tempat tinggal mereka merupakan tempat mereka mencari nafkah. Pariwisata juga telah mendorong terjadinya pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang gerak pembangunan di daerah. Hal ini karena di daerah pariwisata banyak dijumpai kegiatan pembangunan jalan, hotel, restoran dan lain sebagainya sehingga pembangunan di daerah dapat terpacu untuk maju. Selain itu, pariwisata mampu meningkatkan pendapatan pemerintah dimana negara mendapatkan tambahan pendapatan melalui penerimaan pajak-pajak dari sektor-sektor usaha yang bersangkutan dengan kepariwisataan, termasuk dari retribusi daerah. Pembangunan industri pariwisata sendiri dapat meningkatkan pendapatan asli daerah seperti melalui pajak, pembagian keuntungan, retribusi, serta pertumbuhan dan perputaran ekonomi lokal.

Dampak lain dari kehadiran sektor pariwisata dalam aspek ekonomi adalah terjadi urbanisasi, dimana pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar atau ke daerah tempat wisata. Hal ini seperti yang terjadi di daerah Candi Borobudur, hasil penelitian Balitbang Jawa Tengah (2005) menunjukkan bahwa terdapat pendatang dari luar daerah yang mencoba mengadu nasib di daerah tersebut. Pariwisata juga dapat memberikan alternatif pekerjaan bagi masyarakat, adanya diversifikasi nafkah berupa pola nafkah ganda yang dilakukan oleh rumahtangga masyarakat desa, memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mencari nafkah dan terlibat dalam pengembangan sektor pariwisata (Mardiyaningsih, 2003). Selain memberi dampak positif, beberapa literatur juga menunjukkan adanya berbagai dampak negatif seperti kesenjangan antar kelompok masyarakat, ketimpangan antar daerah, hilangnya kontrol masyarakat


(31)

lokal terhadap sumberdaya ekonomi, serta munculnya kolonialisme atau

neo-imperialisme akibat penguasaan sektor wisata oleh pihak asing (Pitana dan Gayatri, 2004). Dalam penelitian Manan et al. (1993) juga terlihat

bahwa sektor pariwisata justru lebih dikuasai oleh pihak asing, sehingga timbul ketergantungan pada pihak asing seperti dalam hal investasi modal.

2.1.4 Pariwisata dan Kesempatan Berusaha atau Kerja

Industri pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga kerja, sehingga pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja lahir akibat adanya permintaan wisatawan. Kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, warung, dagang dan lain-lain. Freyer (1993) dalam Damanik dan Weber (2006) membagi industri pariwisata dalam dua golongan utama yaitu :

a) Pelaku langsung : usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel atau penginapan, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan dan lain-lain.

b) Pelaku tidak langsung : usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, pertanian, perternakan dan sebagainya.

Menurut BPS dalam Tando (1992), peluang usaha dan kerja dapat dibedakan atas usaha formal dan informal. Usaha informal adalah usaha tradisional yang lokasinya tidak tetap, tidak memakai bangunan dan jam kerja yang tidak teratur, mencakup usaha sendiri dan usaha dengan bantuan keluarga. Usaha formal merupakan usaha yang lokasinya tetap, menggunakan bangunan dan jam kerja yang teratur serta mencakup usaha dengan buruh tetap atau karyawan. Kegiatan informal merupakan kegiatan yang padat karya, tingkat produktifitas rendah, pelanggan yang sedikit, tingkat pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian pekerja keluarga, mudah keluar masuk usaha, serta kurang dukungan dan pengakuan dari pemerintah. Breman dalam


(32)

Tando (1992) memberikan batasan usaha formal sebagai semua pekerja yang bergaji bulanan atau harian dalam suatu pekerjaan yang permanen, dan meliputi sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan serta terorganisir dengan baik dan dilindungi badan hukum resmi.

BPS dalam Tando (1992) mengungkapkan bahwa penggunaan peluang usaha dan kerja dipengaruhi oleh faktor individu yaitu pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan umur. Soentoro (1983) dalam Tando (1992) menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan rendah akan menempati sektor informal sedangkan yang berpendidikan agak tinggi cenderung memilih pekerjaan di sektor formal. Usaha formal pariwisata umumnya membutuhkan tenaga kerja dan berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan (usaha penjualan jasa), sehingga sikap yang dibutuhkan dalam usaha pariwisata umumnya dimiliki oleh perempuan. Status perkawinan juga turut mempengaruhi dimana perempuan yang sudah menikah umumnya akan memanfaatkan peluang usaha yang tidak bertentangan dengan peran mereka sebagai ibu. Mereka yang sudah janda mempunyai kecenderungan tinggi untuk berpartisipasi dalam usaha atau kerja karena kesempatan mereka relatif lebih longgar baik alasan biologis, psikologis serta ekonomis. Motivasi memasuki lapangan kerja juga menentukan jenis pekerjaan yang ditekuni. Mereka yang janda cenderung memilih pekerjaan di usaha formal pariwisata (karyawan hotel, restoran atau guide) atau usaha informal sebagai pedagang yang berusaha sendiri. Bagi perempuan yang sudah kawin akan memilih pekerjaan yang dikerjakan sambil memainkan peranan sebagai ibu seperti berdagang asongan atau dengan bantuan keluarga. Bagi mereka yang belum kawin akan memilih pekerjaan yang dapat dikerjakan kapan dan dimana saja seperti menjadi karyawan hotel, restoran dan lain-lain.

Perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia dalam pertumbuhan juga menyebabkan perbedaan jenis pekerjaan yang dipilih. Pemanfaat peluang usaha dan kerja yang tergolong dalam kelompok umur muda umumnya memilih pekerjaan yang menuntut kekuatan otot seperti building, kitchen dan lain-lain. Pemanfaat peluang usaha dan kerja yang berumur menengah akan memilih pekerjaan yang bukan hanya menuntut kekuatan otot melainkan juga pertimbangan yang matang seperti tour pada travel. Sebaliknya pemanfaat


(33)

peluang usaha dan kerja yang berumur tua umumnya tidak dapat mengerjakan pekerjaan otot, sehingga pekerjaan yang dipilih umumnya seperti perdagangan, dan usaha lainnya pada usaha informal.

Terdapat empat macam keterkaitan yang penting secara ekonomis berkenaan dengan pengembangan industri pariwisata di suatu daerah yaitu keterkaitan produksi, konsumsi, modal dan tenaga kerja (Sadono et al., 1992). Keterkaitan produksi berlangsung dalam bentuk kerjasama pertukaran atau pemasokan faktor input produksi antara usaha industri skala besar dan formal dengan usaha-usaha masyarakat skala kecil. Jalinan ini terdapat pula pada aspek permodalan, usaha ekonomi skala kecil didorong melalui permodalan dengan skala usaha besar agar dapat tumbuh. Industri pariwisata yang tumbuh nantinya akan memberikan efek penyebarluasan penciptaan kesempatan kerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata akan membelanjakan sebagian atau seluruh uang mereka kepada produk atau jasa perdagangan yang ditawarkan masyarakat setempat. Aliran uang ini sebagian akan diterima oleh tenaga kerja dan juga pengusaha yang memasok barang dagangan di daerah tujuan wisata. Hal tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mampu menciptakan kesempatan kerja sekaligus menciptakan peluang pendapatan.

Bila melihat pada hasil penelitian terdahulu, hasil penelitian Tando (1992) menunjukkan bahwa kehadiran pariwisata telah memberikan peluang bagi masyarakat lokal dan sekitarnya untuk memanfaatkan peluang tersebut seperti dalam usaha penginapan, travel, rumah makan, perdagangan, transportasi dan jasa. Kelompok masyarakat yang menggunakan peluang usaha atau kerja di pariwisata umumnya berasal dari masyarakat lokal. Namun pada usaha formal, sebagian besar peluang kerja digunakan oleh karyawan dari luar daerah (bukan masyarakat lokal) yang umumnya laki-laki, belum menikah dengan rentang usia 10-24 tahun. Pada usaha informal, sebagian besar peluang digunakan oleh tenaga kerja lokal baik perempuan dan laki-laki, baik belum dan sudah menikah dengan usia 10 tahun ke atas. Penggunaan peluang usaha di pariwisata juga telah menyebabkan adanya peralihan pemilikan sumberdaya alam antara penduduk lokal dengan penduduk desa lain yang terlihat pada usaha pendirian penginapan. Hasil penelitian Sadono et al. (1992) menunjukkan bahwa adanya kunjungan


(34)

wisata berdampak pada penciptaan kesempatan usaha dan kerja serta penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama masyarakat desa lapisan bawah di sekitar objek wisata. Usaha di sektor informal cukup beragam diantaranya adalah pengusaha makanan atau minuman, penginapan, pedagang asongan dan usaha jasa seperti juru foto dan WC umum, sedangkan usaha formal berupa hotel, rumah makan dan toko cinderamata. Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan tambahan pendapatan yang cukup berarti bagi mereka yang berusaha di sektor ini. Sebab masyarakat yang terserap ke sektor pariwisata banyak yang bernafkah di sektor pertanian dengan lahan yang dikuasai kurang dari 0,25 Ha. Penelitian juga menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor pariwisata. Sektor pertanian menyediakan bahan baku untuk usaha rumah makan, jongko maupun pedagang buah-buahan dan opak, dan disisi lain sektor pariwisata menyerap cukup banyak tenaga kerja dari penduduk sekitar objek wisata yang berlatar belakang pertanian. Munculnya pariwisata juga telah mendorong pembangunan sarana dan prasarana untuk kegiatan pariwisata. Adanya peluang usaha dan kerja dalam sektor pariwisata tidak terlepas dengan kebutuhan lokasi untuk berusaha. Tidak jarang lokasi-lokasi yang dianggap strategis telah menjadi incaran bagi para pemilik padat modal untuk dibeli dan digunakan untuk berusaha. Investor yang masuk dapat saja menyingkirkan banyak usaha di sektor informal terutama mereka yang terlebih dahulu berusaha di daerah tersebut.

2.1.5 Wilayah Pesisir

Definisi wilayah pesisir menurut Dahuri et al. (1996) adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua. Menurut Soegiarto (1976) dalam Dahuri et al. (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir wilayah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang


(35)

terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi tersebut memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam. Lawrence (1998) dalam Ardarini (2002) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut yang mencakup perairan pantai, daerah pasang surut, dan tanah daratan yang luas dimana habitat dan jenis binatangnya beradaptasi secara khusus terhadap keadaan lingkungan yang unik.

Dahuri et al. (1996) menjelaskan bahwa dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem, dimana ekosistem tersebut dapat bersifat alami maupun buatan (man-made). Ekosistem alami diantaranya adalah terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Ekosistem buatan berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri, dan kawasan pemukiman. Dahuri et al. (1996) juga menjelaskan bahwa pada dasarnya wilayah pesisir secara keseluruhan memiliki berbagai fungsi dan manfaat bagi manusia diantaranya adalah penyedia sumberdaya alam hayati, penyedia sumberdaya alam non hayati, penyedia energi, sarana transportasi, rekreasi dan pariwisata, pengatur iklim dan lingkungan hidup, penampung limbah, sumber plasma nutfah, pemukiman, kawasan industri serta pertahanan dan keamanan. Satria (2009) menjelaskan bahwa laut merupakan salah satu kekayaan alam yang layak untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata bahari, dimana wisata ini dapat diwujudkan dalam berbagai aktivitas seperti perikanan rekreasi, penyelaman, atraksi paus dan lumba-lumba, penginapan dan melihat keindahan terumbu karang. Meskipun wisata bahari potensial dikembangkan namun terdapat beberapa masalah dan tantangan. Hal tersebut seperti masalah konflik dengan nelayan karena umumnya wisata bahari berkembang di wilayah konservasi. Nelayan menganggap berkembangnya wisata bahari makin menutup akses nelayan dalam penangkapan ikan. Umumnya wisata bahari juga memiliki daya serap yang relatif rendah terhadap tenaga kerja lokal, karena usaha tersebut membutuhkan tenaga kerja berpendidikan menengah ke atas sehingga akses nelayan untuk menjadi bagian dari wisata bahari relatif kecil. Usaha wisata bahari


(36)

juga masih banyak diusahakan oleh orang-orang asing yang umumnya sulit memahami dan bertoleransi dengan masyarakat lokal.

2.1.6Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir (Satria, 2004 dalam Satria, 2009). Masyarakat pesisir tidak saja nelayan tetapi juga terdapat pembudidaya ikan, pengolah ikan, pedagang ikan dan lainnya. Dahuri et al. (1996) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat pesisir antara lain adalah terbatasnya sarana pelayanan dasar, kondisi lingkungan yang kurang terpelihara sehingga kurang memenuhi persyaratan kesehatan, air bersih dan sanitasi yang jauh dari mencukupi, keadaan perumahan yang umumnya jauh dari layak huni, keterampilan penduduk yang umumnya terbatas pada masalah penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan, pendapatan penduduk rendah, pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang umunya rendah, dan umumnya masih tradisional terbatas pada satu produk saja (ikan).

Dahuri et al. (1996) menjelaskan karakteristik masyarakat pesisir secara ekonomi memiliki mata pencaharian tradisional yang kegiatan utamanya di dominasi oleh usaha perikanan dengan tingkat pendapatan yang masih rendah sehingga berada pada garis kemiskinan. Kondisi sosial dicirikan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah dengan ketergantungan hidup dari sumber-sumber perikanan di laut sehingga kurang mendukung diversifikasi usaha. Penyediaan sarana pelayanan dasar seperti jalan, air bersih, sanitasi dan persampahan terbatas dan tidak mencukupi sehingga lingkungan pemukiman masyarakat pesisir jauh dari layak huni (kumuh).

Satria (2002) menjelaskan karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris seiring dengan perbedaan karakteristik sumberdaya yang dihadapi. Masyarakat agraris menghadapi sumberdaya yang terkontrol berupa pengelolaan lahan untuk produksi suatu komunitas dengan output yang relatif dapat diprediksi. Sebaliknya nelayan menghadapi sumberdaya yang


(37)

bersifat open access dimana nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat nelayan memiliki karakteristik yang keras, tegas dan terbuka. Dalam penelitian Sulaksmi (2007) menunjukkan bahwa peran masyarakat pesisir dalam pariwisata umumnya adalah menyediakan penyewaan penginapan, penyewaan perahu dan alat menyelam, menjual souvenir, menjual makanan, membuka rumah makan dan menjadi pemandu wisata.

2.1.7 Stratifikasi Sosial

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. Menurut Sunarto (1993) stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan menurut Soekanto (1990) adalah :

1. Ukuran kekayaan, dimana lapisan teratas biasanya yang memiliki kekayaan yang paling banyak. Kekayaan disini bisa berbentuk rumah, kendaraan dan pakaian.

2. Ukuran kekuasaan, lapisan teratas adalah yang paling memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar.

3. Ukuran kehormatan, dimana orang-orang yang paling dihormati dan disegani berada di lapisan teratas.

4. Ukuran ilmu pengetahuan, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Kadang - kadang berakibat negatif karena yang dihargai adalah gelarnya bukan ilmu yang dimilikinya.

Sistem pelapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, meskipun adapula yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal-hal yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat menurut Soekanto (1990) adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan harta dalam batas-batas tertentu.


(38)

2.1.8 Konversi Lahan

Konversi lahan merupakan suatu proses perubahan penggunaan lahan oleh manusia dari penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain yang dapat bersifat sementara dan permanen (Maftuchah, 2005 dalam Lestari, 2011). Ruswandi (2005) dalam Lestari (2011) juga menjelaskan bahwa konversi lahan adalah berubahnya satu penggunaan lahan ke penggunaan lainnya, sehingga permasalahan yang timbul akibat konversi lahan, banyak terkait dengan kebijakan tataguna tanah. Kegiatan konversi lahan memiliki beragam pola tertentu tergantung pada kebutuhan dari usaha konversi lahan itu sendiri.

Pola konversi lahan bila ditinjau berdasarkan aspek pelaku konversi menurut Soemaryanto, et al. (2001) dalam Lestari (2011) dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada tiga, yaitu: (a) untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, (b) dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, dan (c) kombinasi dari (a) dan (b) seperti misalnya untuk membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha. Pola konversi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar. Dampak konversi terhadap eksistensi lahan sekitarnya baru significant untuk jangka waktu lama.

2. Alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha non sawah atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan). Dampak konversi terhadap eksistensi lahan sekitarnya berlangsung cepat dan nyata.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang dewasa ini sedang digalakkan oleh pemerintah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan di Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar dengan garis pantai sepanjang 95.181 kilometer, Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang dapat memberikan peluang terhadap penciptaan bentuk pemanfaatan


(39)

kawasan pesisir seperti budidaya perikanan, kawasan konservasi, pemukiman dan pariwisata. Salah satu kawasan pesisir yang mempunyai potensi sumberdaya dan dapat mendukung kegiatan pariwisata adalah Pulau Pramuka yang berada di bagian tengah gugusan Kepulauan Seribu. Pulau Pramuka selama ini telah menjadi lokasi tujuan wisata favorit selain Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, Pulau Puteri dan Pulau Bidadari. Kondisi pulau dan laut yang masih terjaga serta pemandangan laut yang indah merupakan pesona tersendiri bagi wisatawan. Hal ini juga didukung oleh fasilitas di pulau ini yang tergolong lebih lengkap dibandingkan pulau lain yang berada di gugusan Kepulauan Seribu, seperti tersedianya sekolah dari tingkat SD hingga SMA, rumah sakit, pusat pelestarian penyu sisik, penginapan dan sebagainya. Hal tersebut menjadi faktor penarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung.

Hadirnya kegiatan pariwisata akan menyebabkan adanya permintaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti : penginapan, rumah makan, transportasi, perdagangan, dan jasa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan peluang usaha atau kerja terutama bagi masyarakat di kawasan objek wisata. Bentuk peluang usaha dan kerja dapat dibedakan berdasarkan sifatnya (formal dan informal), berdasarkan jenis kegiatan (penginapan, rumah makan, transportasi, perdagangan, jasa) serta berdasarkan pola kegiatan (kegiatan yang dilakukan setiap hari atau kegiatan yang hanya dilakukan di akhir pekan, liburan atau musim kunjungan wisatawan). Dalam menggunakan peluang usaha dan kerja tersebut, masyarakat yang bekerja atau berusaha diduga memiliki karakteristik individu seperti asal penduduk, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, dan status perkawinan. Pemanfaatan peluang usaha dan kerja juga dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat yang memanfaatkan peluang tersebut yang dapat dilihat dari rata-rata pendapatan usaha atau kerja. Selain itu, adanya peluang usaha dan kerja dapat memunculkan suatu keterkaitan antara sektor pertanian dan luar pertanian yang dilihat dari supply atau penyediaan bahan baku produksi (bahan pangan) dan pola penggunaan hasil (surplus atau keuntungan) usaha atau kerja.

Pemanfaatan peluang usaha dan kerja seringkali terkait dengan ketersediaan lokasi yang dapat mempertemukan kebutuhan wisatawan


(40)

(konsumen) dengan pengusaha (produsen), bahkan tidak jarang beberapa lokasi yang dianggap strategis telah menjadi incaran para investor dari luar pulau. Adanya pemanfaatan peluang usaha dan kerja dapat berpengaruh terhadap alih sumberdaya dari milik penduduk lokal menjadi milik pendatang atau investor asing. Peralihan sumberdaya ini dapat dilihat dari sejauhmana terjadi alih kepemilikan atau pembelian sumberdaya (lahan) dari masyarakat lokal ke pendatang dan kebijakan pemerintah mengenai sumberdaya (lahan) di tempat pariwisata. Bagan kerangka pemikiran ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Kondisi dan Potensi Pulau Pramuka

Kegiatan Pariwisata

Karakteristik Pemanfaat Peluang Usaha dan Kerja

1. Asal Penduduk 2. Tingkat Pendidikan 3. Jenis kelamin 4. Umur

5. Status Perkawinan

Bentuk Pemanfaatan Peluang Usaha dan

Kerja

1. Sifat Kegiatan 2. Jenis Kegiatan 3. Pola Kegiatan

Keterkaitan Antar Sektor

Supply bahan baku produksi

(pangan)

 Penggunaan hasil usaha atau kerja

Tingkat Pendapatan

Usaha atau Kerja

Alih Sumberdaya  Pembelian sumberdaya

(lahan) oleh pendatang


(41)

2.3Hipotesis Pengarah

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disusun hipotesis pengarah sebagai berikut :

1. Adanya kegiatan pariwisata akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan peluang usaha dan kerja yang ada seperti dalam usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, transportasi dan jasa dimana pemanfaat peluang usaha dan kerja tersebut memiliki karakteristik tertentu berdasarkan asal penduduk, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur dan status perkawinan.

2. Adanya kegiatan pariwisata mengakibatkan munculnya peluang usaha dan kerja dimana bentuk pemanfaatan peluang usaha dan kerja di pariwisata akan dapat menyebabkan peluang pendapatan usaha atau kerja yang berbeda pada setiap pelaku usaha atau kerja tersebut.

3. Adanya kegiatan pariwisata mengakibatkan munculnya peluang usaha dan kerja dimana bentuk pemanfaatan peluang tersebut dapat menyebabkan peningkatan permintaan terhadap hasil-hasil pertanian seperti perikanan baik dari sektor penginapan, rumah makan, transportasi, perdagangan maupun jasa. Adanya kegiatan pariwisata mengakibatkan munculnya peluang usaha dan kerja dimana bentuk pemanfaatan peluang tersebut dapat menyebabkan hasil usaha atau kerja berupa keuntungan usaha atau kerja, dimana keuntungan tersebut dapat digunakan untuk membiayai investasi di bidang pariwisata maupun di bidang lainnya.

4. Adanya kegiatan pariwisata mengakibatkan munculnya peluang usaha dan kerja dimana bentuk pemanfaatan peluang tersebut memerlukan tempat atau lokasi yang dapat mempertemukan kebutuhan wisatawan dengan pengusaha. Lokasi yang dianggap strategis memungkinkan adanya intervensi dari pihak luar yang bermodal kuat (pendatang) untuk membeli lahan tersebut sehingga dapat terjadi alih sumberdaya (lahan) dari masyarakat lokal ke masyarakat pendatang (investor luar). Adanya alih sumberdaya (lahan) tidak terlepas dari kebijakan yang mengatur hal tersebut, dimana kebijakan tersebut bisa saja mendukung atau membatasi laju konversi (pengalihan) lahan.


(1)

yang sekaligus dapat dijadikan tempat usaha. Sejauh ini tidak ada kebijakan yang mengatur pertanahan di Pulau Pramuka, hanya ada kebijakan Pemda yang melarang membangun bangunan di sekitar jalan lingkar pulau. Pemda sendiri mendukung bila seandainya ada investor luar yang mau berusaha di Pulau Pramuka selama usaha tersebut dapat menguntungkan warga setempat.

9.2 Saran

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait. Melalui hasil penelitian ini disarankan :

1. Pemerintah disarankan untuk mendukung dan memfasilitasi penduduk lokal dalam mewujudkan “Pulau Wisata Pemukiman” di Pulau Pramuka, seperti melalui bantuan permodalan, pelatihan manajemen usaha dan keuangan serta menghidupkan paguyuban-paguyuban usaha yang ada di Pulau Pramuka. Hal ini disebabkan karena kegiatan usaha pariwisata sejauh ini merupakan alternatif matapencaharian selain di sektor perikanan, sehingga partisipasi para penduduk lokal dalam sektor wisata perlu dipertahankan karena membawa pada pertumbuhan perekonomian di Pulau Pramuka. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan memudahkan para pengusaha wisata di Pulau Pramuka yang ingin mendapatkan surat izin usaha.

2. Perlu adanya kebijakan pemerintah dalam hal membatasi investor luar maupun pemodal besar yang masuk dan berusaha ke Pulau Pramuka terutama jika dapat mematikan usaha penduduk lokal yang umumnya terbatas oleh modal. Termasuk menyusun ulang kebijakan tarif Kapal Kerapu yang merupakan milik Sudin Perhubungan. Sebelum pariwisata berkembang dan Kapal Kerapu ada, kapal ojek tradisional Muara Angke sudah beroperasi lebih dulu. Bahkan kapal-kapal ini juga telah berjasa membawa ribuan wisatawan ke Pulau Pramuka. Kehadiran Kapal Kerapu dengan tarif yang tidak berbeda jauh dengan tarif kapal ojek, telah menimbulkan persaingan dan kecemburuan bagi pengusaha kapal ojek Muara Angke. Apalagi Kapal Kerapu baik dari segi desain dan mesin jauh lebih canggih dibandingkan kapal ojek tradisional serta mendapatkan subsidi dari pemerintah. Oleh karena itu Pemerintah perlu mempertimbangkan kembali mengenai tarif Kapal Kerapu yang diterapkan.


(2)

121

3. Perlu adanya perbaikan pelayanan bagi para wisatawan di Pulau Pramuka seperti dukungan sarana mesin ATM sehingga memudahkan wisatawan dalam memperoleh uang tunai dengan cepat.

4. Bagi kaum akademisi, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai dampak pariwisata di Pulau Pramuka terutama pada aspek-aspek lain selain peluang usaha dan kerja di luar pertanian.


(3)

(Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta)

Oleh:

DIAN WIDYA SETIYANTI I34070080

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(4)

122

DAFTAR PUSTAKA

Ardarini, Fina. 2002. Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kondisi Ekosistem Terumbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Nusa Penida Bali. [Tesis]. Bogor : IPB.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Dahuri, Rokhmin, Jacub Rais, Sapta P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Laporan Bulanan Kelurahan Pulau Panggang Bulan Februari 2011.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Bulan April 2001.

Lestari, Astri. 2011. Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Konversi Lahan ( Studi Kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor : Fakulas Ekologi Manusia, IPB.

Manan, Fadjria N., Hari Radiawan, Poppy Savitri, dan Syamsidar. 1993. Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat Lombok Barat. Lombok : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Mardiyaningsih, Dyah Ita. 2003. Industri Pariwisata dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Lokal.[Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, IPB.

Minullah. 1997. Perkembangan Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Poso. Palu : Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

Mujiyani, Deny Hidayati, Laksmi Rachmawati, Toni Soetopo, Gutomo B. Aji, dan Rusli Cahyadi. 2002. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil : Partisipasi Masyarakat di Kepulauan Seribu. Jakarta : PPK-LIPI.

Musanef. 1996. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.


(5)

Pitana, I Gde dan Putu Gayatri. 2004. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Profil Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011.

Review Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu 1999-2019. Sadono, Dwi, Soeryo Adiwibowo, dan Arya H. Dharmawan. 1992. Dampak

Pariwisata terhadap Peluang Usaha dan Kerja Luar Pertanian di Pedesaan : Kasus di Daerah Wisata Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor : Pusat Studi Pembangunan - Lembaga Penelitian IPB. Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta : Pustaka

Cidesendo.

__________. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor : IPB Press.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Sitorus, M. T. Felix. 1998. Penelitian KualitatifSuatu Perkenalan”. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. SK dan Laporan Paguyuban Catering dan Homestay serta Paguyuban Ojek Antar

Pulau. Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudirman, I Wayan, I Gusti A. K. Giantari, Ketut Nurcahya, Wayan Sudianing, dan Nyoman Sudiarta. 1991. Pengaruh Pariwisata terhadap Pemanfaatan Kerja Wanita dan Penciptaan Pendapatan di Desa Sanur. Bali : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Sulaksmi, Rita. 2007. Analisis Dampak Pariwisata terhadap Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh Kota Sabang.[Tesis]. Bogor : Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB.

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Swarsi, I made Panca, I. B. Yuda Triguna, I. Gst. Made Sugiharta, I Wayan Namiartha, dan Tjok Istri Putri. 1996. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Bali. Bali : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tando, Samuel. 1992. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Peluang Usaha atau Kerja Luar Pertanian : suatu pengamatan di Kelurahan


(6)

124

Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalagi, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. [Tesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana IPB. Tim Balitbang Provinsi Jawa Tengah. 2005. Dampak Kegiatan Pariwisata pada

Tingkat Pendapatan Masyarakat Sekitar Objek Wisata Unggulan di Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Wijaya, Dewa Putu Mustika. 2007. Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Windiyarti, Dara, Primus Gusman, dan Eusebio Da Costa. 1994. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial di Dearah Timor Timur. Timor Timur : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa. __________ . 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta : Buku Kompas.