atau ruang lingkup tempat orang melakukan perjalanan, serta unsur waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
The International Union of Official Ttravel Organization IUTO dalam
The United Nations Conference on International Travel and Tourism di Roma
tahun 1983 Yoeti, 1996 memberikan batasan tentang wisatawan pengunjung dalam dua kategori, yaitu wisatawan tourist dan pelancong excursionist.
Wisatawan didefinisikan sebagai pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya
untuk mengisi waktu luang rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olahraga, keperluan keluarga, bisnis dan konferensi. Pelancong didefinisikan
sebagai pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya, tanpa bermalam. Jika melihat sifat perjalanan dimana perjalanan
wisata dilakukan, maka wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Wisatawan mancanegara adalah orang-
orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal tiga bulan ke suatu negara yang bukan negeri dimana ia tinggal,
sedangkan wisatawan nusantara adalah seorang penduduk yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal menetap. Perjalanan dimaksud
dilakukan dalam ruang lingkup antar daerah di Indonesia, dimana yang bersangkutan tinggal dengan lama perjalanan minimal 24 jam dengan tujuan tidak
untuk memperoleh upah atau nafkah Musanef, 1996.
2.1.2 Faktor Pendorong Pariwisata
Meningkatnya kesejahteraan penduduk dunia membuat perjalanan wisata menjadi suatu kebutuhan utama bagi kehidupan modern dalam dua dekade ini.
Proses globalisasi telah menjadikan dunia tanpa batas borderless yang memberi kemudahan bagi orang-orang untuk saling berkunjung sehingga mendorong
peningkatan kunjungan
wisatawan di
waktu yang
akan datang.
Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjarajakti mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam Yoeti 2008 mengatakan bahwa suatu hal yang perlu
diperhatikan pada permulaan abad-21 adalah sektor pariwisata. Hal ini karena pada awal abad tersebut akan terjadi “Three T Revolution” yang mampu
mendorong pertumbuhan pariwisata, dimana 3T itu diartikan masing-masing sebagai : Transportation, Telecommunication, dan Tourism atau Travel.
a. Transportation : Beberapa tahun mendatang, diprediksi bahwa kemajuan teknologi transportasi akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Industri
pesawat yang biasanya memproduksi pesawat dengan double decker akan menghasilkan pesawat dengan triple decker sehingga kemampuan membawa
penumpang menjadi 900-1000 orang dengan kecepatan tinggi yang dapat membuat jarak antara New York dan Biak ditempuh dalam waktu 3 jam saja.
Kemajuan transportasi yang pesat tersebut dapat mempermudah orang untuk menempuh jarak jauh dengan waktu yang singkat.
b. Telecommunication : Munculnya teknologi komputer digital yang dapat diakses ke rumah-rumah, kantor-kantor, dan bahkan di desa-desa serta
munculnya one touched system membuat informasi lebih mudah diterima. Terjadinya direct communication melalui satelit yang makin berkembang
dimana semua peristiwa dunia dapat segera diketahui sehingga kegiatan promosi pariwisata akan lebih banyak menggunakan internet daripada sarana
lainnya. c. Tourism Travel : Akibat dari kemajuan dua T di atas, maka akan terjadi
“mass tourism” dimana rombongan wisatawan dapat meningkat dengan jumlah sekali datang 900-1000 orang. Akibatnya akan diperlukan paling
sedikit delapan bandara setaraf bandara Soekarno-Hatta di delapan daerah tujuan wisata seperti Juanda, Ujung Pandang, Manado, Sepinggan, Polonia,
Kataping, Biak dan Ngurah Ray. Selain itu, diperlukan sistem pelayanan imigrasi dan bea-cukai yang lebih profesional untuk melayani wisatawan
global yang datang secara bergelombang dalam waktu yang bersamaan. Perlunya biro perjalanan wisata dan pramuwisata yang profesional, pelayanan
industri perhotelan dan restoran yang berkualitas, pelayanan pusat-pusat perbelanjaan serta toko-toko cenderamata yang menarik. Hal lainnya adalah
perlunya sumberdaya manusia dan sistem pendidikan pariwisata yang profesional serta kebijakan pariwisata secara terpadu untuk menciptakan
kerjasama yang efektif dengan departemen-departemen terkait.
2.1.3 Dampak Pariwisata