Dampak Pariwisata Tinjauan Pustaka

2.1.3 Dampak Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang kompleks dan menyangkut manusia seutuhnya serta memiliki berbagai aspek seperti sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis dan lain-lain. Aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting adalah aspek ekonomi. Menurut Cohen 1984 dalam Pitana dan Gayatri 2004 dampak pariwisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar yaitu : 1 Dampak terhadap penerimaan devisa, 2 Dampak terhadap pendapatan masyarakat, 3 Dampak terhadap kesempatan kerja, 4 Dampak terhadap harga-harga, 5 Dampak terhadap distribusi manfaat atau keuntungan, 6 Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, 7 Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan 8 Dampak terhadap pendapatan pemerintah. Dampak positif dari kegiatan pariwisata adalah adanya penerimaan devisa negara. Semakin besar tingkat belanja para wisatawan asing di suatu negara tujuan, maka akan semakin memperkuat neraca pembayaran. Hasil penelitian Manan et al. 1993 juga menyebutkan bahwa semakin bertambahnya wisatawan asing yang datang ke Indonesia, maka akan semakin banyak devisa yang diterima oleh negara. Masyarakat juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari aktivitas pariwisata. Pendapatan ini diperoleh dengan menjual atau menyediakan barang dan jasa baik secara langsung maupun tidak langsung. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat. Adanya peningkatan dan pemerataan pendapatan itu sendiri nantinya dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi wisata. Pembangunan industri pariwisata di tingkat lokal seperti pembangunan hotel, restoran dan layanan pariwisata lainnya secara langsung telah membuka lapangan berusaha dan pekerjaan di kawasan tersebut dan dapat dikelola serta memanfaatkan tenaga kerja masyarakat setempat. Datangnya wisatawan ke suatu daerah wisata akan memerlukan pelayanan untuk menyediakan kebutuhan, keinginan dan harapan wisatawan yang berbagai macam, sehingga pariwisata telah memberi serta menambah lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat dalam lingkungan dimana industri itu berada. Kesempatan kerja dalam pariwisata tersebut adalah seperti usaha akomodasi, restoran, pemandu wisata, seniman, pengrajin, biro perjalanan, serta bidang kerja dan jasa lainnya. Sebagai industri, kepariwisataan dapat memberikan peluang kepada para petani untuk memasarkan produknya seperti sayur dan buah-buahan, hasil ternak seperti susu dan daging, dan lain sebagainya Pendit, 2006. Dampak terhadap harga-harga akibat pariwisata ditunjukkan dengan meningkatnya harga-harga untuk produk –produk yang dibutuhkan baik oleh wisatawan maupun oleh masyarakat seperti meningkatnya harga bahan makanan, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya yang dapat meningkatkan inflasi tiap tahun. Damanik dan Weber 2006 menjelaskan bahwa harga-harga akan naik karena pada umumnya wisatawan mau dan memiliki kemampuan untuk membayar berbagai produk dan jasa lebih tinggi dari kemampuan membayar masyarakat lokal. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan sistem harga yang berbeda antara harga untuk wisatawan dengan harga untuk masyarakat lokal. Hal lainnya yang terjadi adalah mahalnya harga tanah di sekitar lokasi wisata, pantai-pantai dikaveling, sehingga sering terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah di sekitarnya. Kebutuhan pariwisata akan tanah untuk pengembangan pariwisata menyebabkan harga tanah meningkat terus dan menyebabkan masyarakat setempat tidak mampu membeli bahkan terpaksa menjual tanah mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka yang makin meningkat. Pada akhirnya hal tersebut justru menyingkirkan mereka dari sumberdaya dan lingkungannya. Dampak dalam distribusi manfaat dan keuntungan ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya akibat pertumbuhan wisata. Kegiatan pariwisata telah menambah pendapatan sektor lainnya seperti pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, serta industri kerajinan dan souvenir . Wisatawan membawa pengaruh terhadap peningkatan barang dan jasa yang dibutuhkan melalui alokasi belanja konsumsi wisatawan dari sebagian pendapatannya dan akan meningkatkan pendapatan pada sektor lain. Namun jika kesempatan dan distribusi keuntungan ekonomi yang diperoleh dari pariwisata tidak tersebar secara seimbang dan tidak didistribusikan pada masyarakat setempat, maka keuntungan ekonomi hanya akan dinikmati oleh masyarakat dan pemodal dari luar sehingga masyarakat setempat akan dirugikan. Dampak kepemilikan dan kontrol, salah satunya ditunjukkan dengan adanya kehadiran pihak asing yang dapat membuat masyarakat tersingkirkan. Dalam beberapa kasus seperti dalam penelitian Manan et al. 1993, masyarakat yang awalnya menempati daerah dengan potensi wisata yang baik, dipaksa harus meninggalkan tempat tersebut. Tindakan ini seringkali dilakukan dengan paksaan tanpa konsultasi dengan masyarakat yang bersangkutan, sehingga masyarakat kehilangan kontrol atas sumberdaya mereka dan merasa dirugikan karena lingkungan tempat tinggal mereka merupakan tempat mereka mencari nafkah. Pariwisata juga telah mendorong terjadinya pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang gerak pembangunan di daerah. Hal ini karena di daerah pariwisata banyak dijumpai kegiatan pembangunan jalan, hotel, restoran dan lain sebagainya sehingga pembangunan di daerah dapat terpacu untuk maju. Selain itu, pariwisata mampu meningkatkan pendapatan pemerintah dimana negara mendapatkan tambahan pendapatan melalui penerimaan pajak-pajak dari sektor- sektor usaha yang bersangkutan dengan kepariwisataan, termasuk dari retribusi daerah. Pembangunan industri pariwisata sendiri dapat meningkatkan pendapatan asli daerah seperti melalui pajak, pembagian keuntungan, retribusi, serta pertumbuhan dan perputaran ekonomi lokal. Dampak lain dari kehadiran sektor pariwisata dalam aspek ekonomi adalah terjadi urbanisasi, dimana pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar atau ke daerah tempat wisata. Hal ini seperti yang terjadi di daerah Candi Borobudur, hasil penelitian Balitbang Jawa Tengah 2005 menunjukkan bahwa terdapat pendatang dari luar daerah yang mencoba mengadu nasib di daerah tersebut. Pariwisata juga dapat memberikan alternatif pekerjaan bagi masyarakat, adanya diversifikasi nafkah berupa pola nafkah ganda yang dilakukan oleh rumahtangga masyarakat desa, memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mencari nafkah dan terlibat dalam pengembangan sektor pariwisata Mardiyaningsih, 2003. Selain memberi dampak positif, beberapa literatur juga menunjukkan adanya berbagai dampak negatif seperti kesenjangan antar kelompok masyarakat, ketimpangan antar daerah, hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumberdaya ekonomi, serta munculnya neo-kolonialisme atau neo- imperialisme akibat penguasaan sektor wisata oleh pihak asing Pitana dan Gayatri, 2004. Dalam penelitian Manan et al. 1993 juga terlihat bahwa sektor pariwisata justru lebih dikuasai oleh pihak asing, sehingga timbul ketergantungan pada pihak asing seperti dalam hal investasi modal.

2.1.4 Pariwisata dan Kesempatan Berusaha atau Kerja