nama homestay mereka, sehingga tidak semua wisatawan menyadari keberadaan homestay
mereka. Biasanya wisatawan mengetahui adanya homestay yang belum dipasang papan nama, melalui penduduk setempat.
Tabel 13. Homestay dengan Kapasitas Besar di Pulau Pramuka Tahun 2011
No. Nama Homestay
Tipe Bangunan Deskripsi
1. VDM
Bangunan Per Kamar 5 Bangunan, 10 Kamar
2. WDG
Bangunan Per Kamar 1 Bangunan, 12 Kamar
3. MTR 1
MTR 2 MTR 3
Bangunan Rumah Bangunan Rumah
Bangunan Per Kamar 1 Bangunan, 1 Pintu, 2 Kamar
1 Bangunan, 2 Kamar 1 Bangunan, 4 Kamar
4. TGL 1
TGLl 2 TGL 3
SFR Bangunan Per Kamar
Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar
Bangunan Per Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar
2 Bangunan, 4 Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar
1 Bangunan, 4 Kamar 5.
AGL 1 AGL 2
AGL 3 Bangunan Rumah
Bangunan Rumah Bangunan Rumah
1 Bangunan, 1 Pintu 1 Bangunan, 2 Kamar
1 Bangunan, 1 Pintu, 3 Kamar 6.
VIW Bangunan Rumah
3 Bangunan, 7 Kamar 7.
MGA 1 MGA 2
MGA 3 Bangunan Rumah
Bangunan Per Kamar Bangunan Per Kamar
1 Bangunan, 1 Pintu, 3 Kamar 1 Bangunan, 5 Kamar
1 Bangunan, 2 Kamar 8.
LLD 1 LLD 2
Bangunan Rumah Bangunan Per Kamar
1 Bangunan, 1 Pintu, 2 Kamar 1 Bangunan, 3 Kamar
9. DPN
Bangunan Per Kamar 1 Bangunan, 6 Kamar
10. WTN
Bangunan Rumah 3 Bangunan
Sumber : Hasil survai lapang penelitian.
Promosi juga dilakukan melalui word of mouth yang dilakukan para wisatawan yang pernah menginap di homestay tersebut, termasuk juga dari
penduduk pulau yang memberi tahu adanya homestay tersebut. Ada pula mereka yang melakukan promosi melalui media internet seperti facebook dan melakukan
kerjasama dengan biro perjalanan travel agent ataupun penduduk setempat. Bagi biro perjalanan ataupun penduduk setempat yang dapat membawa tamu ke
homestay tersebut umumnya mendapat imbalan Rp 50.000,00kamar.
6.3 Pendapatan Pedagang
Pedagang di Pulau Pramuka dibagi ke dalam jenis pedagang kaki lima, pedagang oleh-oleh dan warung sembako. Rata-rata pendapatan bersih pedagang
di Pulau Pramuka adalah Rp 1.500.000,00bulan. Pedagang kaki lima di Pulau Pramuka umumnya adalah pendatang. Pedagang tersebut biasanya berjualan
makanan dan minuman seperti nasi goreng, mie ayam, es buah, batagor, gorengan dan lainnya di pinggir dermaga. Para pedagang ini diperbolehkan berdagang di
pinggir dermaga tanpa iuran apapun dengan syarat menjaga kebersihan di tempat mereka berjualan. Pada saat hari biasa ketika kunjungan wisatawan
tergolong sepi, pendapatan rata-rata pedagang kaki lima adalah Rp 80.000,00 – Rp 150.000,00hari. Namun pada saat kunjungan wisatawan meningkat, para
pedagang kaki lima bisa mendapatkan pendapatan mencapai Rp 400.000,00 – Rp 800.000,00hari. Sebelum pariwisata berkembang, pendapatan pedagang
rata-rata Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00hari.
Pedagang oleh-oleh mencakup pedagang makanan khas pulau dan pedagang souvenir. Makanan khas pulau yang umumnya dijual adalah aneka ikan
segar, cumi asin, kerupuk ikan, fillet bandeng, ikan asin, dodol dan manisan rumput laut, serta keripik sukun. Sebaliknya souvenir yang dijual diantaranya
seperti kaos, gantungan kunci, gelang, jepitan, hiasan, dan celana pendek yang umumnya bernuansa pantai. Para pedagang oleh-oleh tersebut rata-rata
mengambil keuntungan sekitar Rp 2.000,00 – Rp 5.000,00 dari barang yang
mereka jual. Harga souvenir yang dijual berkisar pada harga Rp 5.000,00 – Rp 100.000,00buah, sedangkan harga makanan khas pulau berkisar pada harga
Rp 7.000,00 – Rp 50.000,00kemasan, harga ikan segar juga rata-rata pada harga
Rp 25.000,00 – Rp 35.000,00kg. Harga dagangan yang dijual oleh para pedagang
oleh-oleh sebelum pariwisata berkembang, umumnya memiliki selisih harga Rp 2.000,00
– Rp 15.000,00produk dari harga saat ini. SMO juga turut menjual souvenir untuk para wisatawan. SMO merupakan
suatu lembaga yang didirikan oleh SPKP Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu sebagai suatu upaya pemulihan lingkungan melalui kegiatan daur ulang sampah
rumahtangga. Tenaga kerja SMO ini meliputi para pengrajin terutama ibu-ibu yang mencakup satu Kelurahan Pulau Panggang. SMO memiliki 30 pengrajin
dimana 21 orang diantaranya merupakan pengrajin yang aktif. Produk – produk
yang mereka jual antara lain adalah tas, kotak pensil, tempat tisu, celemek, gantungan kunci, dompet mini, dan hiasan. Semua produk dibuat dengan bahan
plastik dari sampah rumahtangga seperti bungkus permen, bungkus kopi, bungkus sabun, bungkus pelembut pakaian dan lainnya. Produk tersebut dijual dengan
harga antara Rp 5.000,00 – Rp 50.000,00produk tergantung bahan dan tingkat
kesulitan dalam membuatnya. Produk kerajinan yang telah dibuat akan ditaruh pada Toko SMO, dimana upah para pengrajin akan sesuai dengan berapa banyak
produk yang mereka buat. Rata-rata pendapatan SMO adalah Rp 100.000,00 – Rp 150.000,00 minggu untuk tiap pengrajin. Toko SMO biasanya buka di akhir
pekan maupun di hari dimana kunjungan wisatawan meningkat. Selain itu SMO juga menerima pesanan untuk acara-acara tertentu.
Di KPP yang baru saja diresmikan Bulan April 2010 juga menjual beraneka produk oleh-oleh home industry yang dibuat oleh ibu-ibu PKK di
Kelurahan Pulau Panggang. KPP ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan keluarga di Kelurahan Pulau Panggang. Saat ini
terdapat sekitar 25 orang anggota KPP yang turut menyediakan barang dagangan. Produk yang dijual umumnya berupa makanan khas dengan harga Rp 7.000,00
– Rp 20.000,00kemasan. Rata-rata pendapatan KPP ini adalah Rp 500.000,00minggu, dimana biasanya KPP buka pada akhir pekan dan di saat
kunjungan wisatawan meningkat. Keberadaan wisatawan juga cukup membantu penjualan di warung-warung
yang dimiliki oleh warga. Tidak jarang warung-warung didirikan tepat disamping homestay
sehingga memudahkan wisatawan dalam mencari barang yang akan dibeli. Rata-rata pendapatan warung berkisar pada Rp 1.000.000,00
- Rp10.000.000,00bulan.
6.4 Pendapatan Rumah Makan dan Warung Nasi